Chereads / GOOD BOY! / Chapter 30 - YASHELINO : PERMAINAN PERTAMANYA

Chapter 30 - YASHELINO : PERMAINAN PERTAMANYA

Hari sudah malam dan saat ini seorang Yashelino sedang berbaring di tempat tidurnya dengan kedua tangan yang menjadi tumpuan kepalanya. Ia memandang langit kamar dengan sebuah senyuman yang terbit begitu saja setelah mengingat bagaimana dirinya yang sebentar lagi akan terbebas dari perjodohan yang tidak diinginkannya itu.

Ponselnya yang semula berada disampingnya pun kini sudah berada dalam genggamannya. Ia memutar benda tersebut secara berulang-ulang dengan senyum yang tidak pernah luntur sama sekali.

Laki-laki itu membayangkan bagaimana jadinya besok saat permainan pertamanya dimulai, akankah menyenangkan untuknya atau malah sebaliknya?

"Mari kita memulai permainannya," gumam Yas dengan senyum smirknya.

Mengenai ketiga sahabatnya itu, mereka memutuskan untuk pulang ke Rumahnya saja karena merasa bahwa Yas akan membutuhkan waktu privasinya. Maka dari itu, ia saat ini bisa bersantai hanya seorang diri dengan berbagai macam pemikiran yang sedang menghantuinya saat ini.

Pada akhinya Yas memutuskan untuk memejamkan matanya karena rasa kantuk yang mulai menyerang, lalu ponselnya dibiarkan tergeletak begitu saja diatas tempat tidurnya seperti biasa.

Keesokan harinya laki-laki itu sudah terbangun dari tidurnya. Setelah selesai mandi, ia langsung berhadapan dengan cermin untuk melihat penampilan dirinya pada hari ini.

Sepertinya ini adalah bagian dari rencana pertamanya karena akan segera bertemu dengan malaikat penolongnya itu. Maka dari itu, Yas benar-benar sangat tidak sabar ingin melihat seseorang tersebut mulai hari ini.

Yas sedang dalam perjalanan menuju kampusnya dengan penampilan yang cukup mencolok saat ini. Dapat dipastikan bahwa semua perempuan akan langsung melihat kearahnya hanya dalam sekejap saja membuat laki-laki itu langsung menyunggingkan senyumannya.

Suara yang berasal dari ponselnya pun langsung terdengar membuat laki-laki itu langsung mengalihkan pandangannya dari jalanan saat melihat layar ponselnya yang menyala.

"Halo," ujarnya kepada seseorang diseberang sana. "Ada apa?"

"Lo di mana?" tanya Didan. "Gue pengen nanya sesuatu sama lo."

"Jalan, nanya apa?" ujar Yashelino yang saat ini sedang fokus mengemudi. "James dateng gak?"

"Buruan ke sini," ujar Didan. "Nah itu, ada kok, makanya gue nyuruh lo cepet dateng ke sini."

"Emangnya ada apa?" tanya Yashelino. "Si James kenapa?"

"Dia mendadak jadi pendiem, Yas. Gue aja sama si Alfiz sampe kebingungan karena sikapnya tiba-tiba aneh gitu."

Satu alis Yas pun terangkat membuat laki-laki itu menjadi terlihat semakin tampan dengan ekspresi menyebalkannya itu.

"Aneh?" ulangnya terheran. "Aneh gimana maksud lo?"

"Ya aneh aja," ujar Didan. "Ah, pokoknya lo harus lihat sendiri deh ke sini."

Mendengar hal tersebut membuat Yashelino langsung menghela nafasnya seketika, kemudian mengangguk.

"Ya udah, tunggu, sebentar lagi gue sampe kok," ujarnya kepada Didan.

"Berapa jam lagi?" tanyanya.

"Jam pala lo, heh, 15 menitan lagi juga udah sampe kok ini."

Terdengar suara kekehan dari seberang sana yang membuat Yashelino menggelengkan kepala saat menndengarnya.

"Oke, kalau gitu udahan dulu, gue tutup teleponnya ya."

"Hm," sahut Yashelino sebagai jawaban.

Setelahnya pamggin pun langsung berakhir dengan Yashelino yang saat ini langsung menyalakan audio mobil untuk memutar lagu kesukaannya karena mood dari laki-laki itu yang pada hari ini sedang baik.

Tiba-tiba saja ia teringat dengan perkataan dari sahabatnya itu yang mengatakan bahwa James mendadak menjadi berbeda membuat dirinya menjadi berpikir akan sesuatu.

Pikiran tersebut yang membawanya menuju kebahagaiaan atau bahkan mungkin sebaliknya, akan tetapi satu hal yang Yashelino tahu bahwa sepertinya saudaranya tersebut tidak menyadari mulai menyukai targetnya sendiri.

"James," ujarnya dengan satu alis yang terangkat dengan senyum smirknya yang begitu khas. "Apa ini karena cewek yang gue pinjem itu?"

Jika memang benar seperti itu, maka Yashelino akan merasa beruntung karena sudah bisa bertemu dengan perempuan tersebut.

Setidaknya Yashelino sudah merasa yakin bahwa gadis tersebut akan aman jika selama bersama dengan dirinya. Bahkan ia akan menjamin keselamatannya jika seandainya itu benar-benar terjadi.

Memikirkan hal tersebut membuat seorang laki-laki sepertinya saja langsung terkekeh saat mengetahuinya.

Kemudian dengan cepat ia menggeelngkan kepalanya sesaat sebelum akhirnya benar-benar pergi dari sini.

Tidak butuh waktu lama hingga akhirnya ia sudah sampai di parkiran kampus, kemudian dirinya langsung mematikan mobil dan membuka pintu untuk keluar dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Semua orang sudah berada tepat ditempatnya masing-masing dan berdiri di sana sembari memandang kearahnya yang baru saja keluar dari dalam mobilnya.

Namun, siapa peduli ketika pada akhirnya Yas memilih untuk terus berjalan hingga dimana ia menemukan seseorang yang sepertinya tidak asing baginya itu sedang berjalan seorang diri membuat dirinya tersenyum smirk.

Dia adalah orang yang sama yang akan menjadi malaikat penolongnya dari perjodohan keluarganya mulai saat ini.

Langsung saja dengan cepat Yas berjalan semakin dekat kearah seseorang tersebut dan berhenti tepat disampingnya sehingga membuat gadis itu menoleh dan menatapnya dengan cukup terpaku.

Sementara itu di kejauhan sana tiga orang sahabatnya saat ini sedang memperhatikan bagaimana cara seorang Yashelino mulai bekerja dengan baik.

Didan terkekeh saat melihat sahabatnya itu dibawah sana sedang melakukan aksinya membuat seseorang yang berada disampingnya tersebut sedari tadi hanya diam saja.

"Eh, lihat tuh si Yas, anjir dia beneran jadi deketin tuh cewek?!" ujar Didan heboh.

Sedangkan Alfiz, laki-laki itu sedari tadi masih diam mengamati dan berkata, "Gue yakin kok Yas gak segampang itu, dia cuma butuh karena punya alasan aja, aslinya dia mana mau begitu."

Berbeda dengan satu orang yang satu ini, ia adalah James, saudara dari Yashelino sendiri yang tidak diketahui identitasnya karena dirinya yang lebih menginginkan kebebasan daripada laki-laki itu yang menurutnya kehidupannya terlalu banyak dipenuhi oleh drama.

Dalam hati James saat ini ada banyak sekali pisau tajam yang mengenai seluruh tubuhnya saat melihat bagaimana saudaranya tersebut sedang bersama dengan gadis yang menjadi incarannya.

"James, lo kok diem aja sih, ini tontonan asyik tahu!" ujar Didan lagi yang membuat Alfiz yang melihatnya langsung membekap mulut dari sahabatnya itu.

Diamnya James bukan berarti laki-laki itu tidak peduli, tetapi ada sesuatu hal yang sulit untuk ia lepaskan saat sesuatu yang sudah dirinya cap menjadi miliknya kini sedang dipermainkan oleh orang lain.

Laki-laki itu tidak menyukai pemandangan tersebut sehingga saat ini James langsung berlalu pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang menyadari kepergiannya itu.

Didan akhirnya bisa terlepas dari bekapan mulut Alfiz yang sedari tadi membungkamnya, ia lalu berkata, "Lo apa-apaan sih?!" ujarnya ketus.

"Eh, denger, lo kalau gak tahu apa-apa jangan asa ceplos aja deh kalau ngomong!" ujar Alfiz dengan tatapan tajamnya.

Hal itu membuat kening Didan langsung berkerut kala mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya tersebut.

"Apa sih?!" tanyanya. "Maksud lo apa, gue gak ngerti sumpah!"

"Makanya kalau gak tahu mending lo diem aja deh, kesel gue lihatnya."

Didan langsung menghela nafas ketika merasa bahwa dadanya saat ini begitu sesak, kemudian kembali melihat seseorang yang berada di sana yang ternyata sudah berhasil mengajak targetnya berbicara.

Melihat hal tersebut membuat Didan menjadi geleng-geleng kepala, sedangkan Alfiz, laki-laki itu langsung tersenyum.

"Gila, pesona pangeran kampus emang udah gak bisa diraguin lagi."

"Oh, jelas, siapa dulu gitu, Yashelino."

Mereka berdua pun langsung terkekeh setelah mengatakan hal tersebut.