Chapter 2 - 2

Happy Reading

.

.

.

.

^-^

Malam hari di rumah baru Haechan

"Rumah baru yang sangat bagus! Rumah yang bagus ditentukan dengan adanya bau cemara. Benar kan haechanie?" Jongin, ayah Haechan bicara dengan semangat di ruang tamu bersama Haechan.

Haechan menjawabnya dengan dehemannya saja.

"Humm"

"Aku sudah membuatmu melalui banyak masa sulit, haechan. Tapi, kita, ayah dan anak, bahkan bisa membangun sebuah rumah jika kita bekerja sama." Setelah bicara seperti itu Jongin balik badan dan membunyikan lonceng yang ditaruh di meja belakangnya.

"Ibu, bagaimana dengan rumah barunya?" Berbicara dengan senyum yang tulus, sambil menangkupkan tangannya menjadi satu didepan dadanya dan mulai terpejam.

"Cukup bagus, bukan?" Lanjutnya.

"Tapi, tidakkah rumah ini berderit keras setiap kita melangkah?" Haechan berpendapat karena dia merasakan sesuatu yang aneh.

"Jangan konyol! Rumah ini dibangun dengan baik! Suatu hari, suamimu akan hidup.." Jongin menolehkan kepalanya kepada anaknya.

"Tidak mungkin. Aku takkan memdapatkan seorang menantu untukmu." Potong Haechan

"Apakah kau mengatakan bahwa kau takkan pernah menikah?" Jongin mendelik ke Haechan

"Bagaimana bisa kau menjadi anak yang berhati dingin...?" Nada suaranya semakin meninggi, namun ucapannya lagi-lagi kepotong, sekarang bukan lagi karena Haechan namun karena suara bel rumah yang berbunyi.

"Ada tamu? Siapa yang datang bertamu pada jam segini?" Haechan berdiri dari lantai tempat duduknya dan berjalan menghampiri pintu.

"Hei, Haechanie!" Panggil Jongin namun diabaikan Haechan.

Saat Haechan di depan pintu, pintunya sudah dibuka oleh teman-temannya sambil membawa sebagai ucapan selamat untuk rumah baru Haechan.

"Masuklah!" Ucap Haechan semangat

"Haloo~, Kami datang untuk membantumu." Jaemin yang mendahului masuk

"Teman-teman. Kalian benar-benar datang." Ucap Haechan yang masih kaget atas datangnya teman-temannya yang mendadak.

"Bukankah itu Jaemin dan Renjun? Ayo masuklah!" Jongin berdiri di pintu ruang tamu dan menyapa teman-temannya Haechan dan masuk kedalam lagi.

"Selamat atas selesainya rumah baru anda paman." Jaemin mengikuti arah Jongin bergi.

"Aku masuukk. Terima ini." Renjun juga ikut melangkah dan saat sampai sebelah Haechan, dia memberikan bingkisan yang dia bawa sebelumnya.

"Oh, terima kasih." Haechan masih berdiri di depan pintu masuk. Masih bingung.

.

.

.

.

^-^

"Mari kita merayakannya" ucap Jongin semangat.

"Baiklah" jawab Lucas

"Sungguh lezat. Aku sangat kenyang." Renjun

"Ayah, bagaimana kalau segelas lagi?" Lucas memberikan soju kepada ayahnya Haechan, berhubung mereka belum cukup umur jadi minum jus saja.

"Kupikir sudah cukup untuk hari ini." Kata Jongin yang dipijit oleh Hendery dibahunya kepada Lucas.

"Sebenarnya, Lucas datang ke sini untuk membantu menghiburmu atas apa yang terjadi hari ini." Bisik Jaemin pada Haechan.

"Dia benar-benar jatuh cinta padamu, loh?" Renjun yang mendengarnya pun ikut berbisik.

Jaemin melihat sekeliling, saat matanya tertuju pada gelas jus di meja, dia merasa ada yang aneh

"Ada yang salah jaeminie?" Tanya Haechan melihat Jaemin yang memandang i jus yang ada di meja sampai kepalanya miring-miring.

"Tidakkah kalian berpikir kalau jus ini miring?" Dengan posisi yang sama Jaemin menjawabnya.

"Hah? Apa maksudmu?" Tanya Haechan tidak paham.

"Apakah maksudmu rumah ini miring?" Renjun bertanya sambil bersender di bahu Haechan.

"Bagaimana bisa?" Masih melihat ke arah Jaemin.

"Tepat." Kata Renjun dan kemudian Renjun dan Haechan pun tertawa bersama karena melihat dan mendengar ucapan Jaemin sebelumnya.

"Kalau begitu, bergegaslah melupakan mark lee itu, oke Haechan ah?"

Lucas yang mendengar nama Mark disebut dia langsung berdiri dan menunjuk ke Renjun

"Jangan menyebut nama itu lagi! Hanya dengan mengingat nama itu sudah membuatku kesal. Keparat itu, membuatku terlihat bodoh!" Dengan berapi api mengatakannya.

"Dia benar-benar marah!" Ucap Jaemin bangun dari miring lalu berpegang ke Haechan.

"Sialan!" ucap Lucas sampil meninju pinggir pintu ruang tamu tersebut.

"Hey!" Jongin

"Lucas!" Haechan

"Sialan." Lucas, masih meninju

"Sialan. Sialan. Sialan." Sekarang kepalanya yang dipukulnya ke tembok itu.

"Lucas! Jangan merusak rumah ini!" Marah Renjun yang melihat kelakuan Lucas.

"Tidak akan terjadi hal seperti itu kan ayah?" Tanya Lucas pada Jongin.

"Ada apa ini? Aku tidak melakukan apapun." Ucap Jongin yang merasa rumahnya berguncang.

Barang-barang banyak yang jatuh, Haechan berteriak.

"Gempa bumi?

"Oh tidak! Tampaknya sangat besar!" Ucap Jaemin. Mereka bertiga masih duduk sambil berpegangan seperti tadi.

"Tidak bagus! Haechan, kita harus keluar dari sini!" Lucas pun mulai berlari.

"Jangan Khawatir! Rumah ini dibangun dengan baik! Hahahha." Jongin berbicara percaya diri dengan kedua tangan di pinggang.

"Apa yang ayah lakukan? Cepatlah!" Haechan menarik Jongin agar cepat keluar.

Teman-teman Haechan sudah di luar semua.

"Haechan cepatlah!" Teriak Jaemin dari luar rumah.

Saat sampai di depan pintu rumah, masih belum keluar. Jongin masih melihat sekitarnya dengan tatapan bingung nya.

"Ada apa lagi?" Tanya Haechan yang melihat ayahnya berhenti lagi.

"Aku harus menyelamatkan ibumu!" Ucap Jongin dan kembali lari masuk ke dalam rumah.

"Apa yang kau lakukan haechan? Cepat!" Jaemin manarik Haechan karena Haechan masih berdiri di depan pintu melihat ayahnya yang kembali masuk ke rumah.

"Ayah! Ayah!" Teriak Haechan saat sudah di luar dan pintu rumah runtuh begitu saja. Setelah itu rumah itu roboh, hancur.

"Ayah?" Melihat rumahnya yang roboh

"Ayah!" Dan berlari menuju rumahnya lagi namun sudah tidak bisa masuk karena udah runtuh.

.

.

.

.

^-^

Oh ya, biar gk bingung. Yang tulisan miring itu ngomong dalam hati yaa..

Berhubung ini udah panjang(udah 2000 lebih) jadi tiap eps nya aku jadiin 2 bagian yaa!! Biar yang baca gk bosen gitu. Oh ya, aku gk akan publish ini kalau ceritanya belum aku tulis sampai tamat. Soalnya nanti semisalnya gk aku lanjutin kan kalian yang baca jadi merasa tergantung gituu, kan gk enak, soalnya aku juga gitu kalo baca cerita.

Dan juga ini cerita pertamaku jadi penulisannya lumayan lama.

Ini aku tulis saat aku tulis cerita ini, biar besok besok kalo jadi di publish gk usah nulis apa-apa lagi, soalnya aku gk suka baca ulang cerita (orang yang cepet bosen ditambah males). Hehe...

Ini juga akun watpad tanpa pengikut sama sekali sih, ya karena emang aku cuma pembaca yang iseng nulis karena kegabutan gk sekolah sekolah hehe. Aku gk berharap cerita ini dibaca banyak orang sih.

Maaf ya kalo bacot banget aku nya.

Terimakasih yang udah mampir...

See u di next chapter..

Byeee....

.

.

.

.

.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-