Chapter 7 - 7

Selamat membaca...

.

.

.

.

^-^

Malam hari telah tiba. Malam pertama Haechan belajar dengan Mark. Bagi Mark malam pertama dia belajar, mengingat selama ini tidak pernah belajar. Mereka duduk di lantai dengan meja belajar di kamar Haechan, Mark mencatat sesuatu dan Haechan hanya melihatnya dari samping.

"Hyung, bantu aku belajar juga!" Jisung membuka pintu kamar dan langsung berseru namun Mark bahkan tidak menoleh dan berkata "bukankah kau sudah mendapatkan nilai paling bagus bahkan tanpa bantuanku?" Saat mendengar itu Jisung memberengut dan mendengus kemudian menutup pintu pergi begitu saja.

Haechan merasa gugup karena keadaan ini begitu canggung baginya dan mereka hanya berdua saja. "Oh ya, kudengar bahwa kau tidak pernah belajar. Bagaimana kau mampu berhasil dengan baik saat ujian?" Haechan berusaha mencairkan suasana dan mencari topik dengan wajah yang memerah memulai pembicaraan karena suasana tersebut.

"Bukankah normal untuk ingat sesuatu setelah mendengar atau membacanya sekali?" Jawab Mark tanpa mengalihkan perhatiannya pada Haechan dan tetap menulis. Saat mendengar ucapan Mark, Haechan langsung melongo merasa tidak masuk akal. "Kau bisa mendapatkan 80 poin jika kau dapat mengerjakan soal ini." Mark menunjukkan soal yang telah ditulisnya kepada Haechan dan menyodorkannya.

Saat Haechan melihat soal tersebut, kepalanya tiba-tiba pusing. "Terlihat seperti sandi morse."

Waktu berlalu begitu saja, detik menjadi menit, menit menjadi jam, dan Haechan telah menunduk berjam-jam mencoba mengerjakan soal yang diberikan Mark tadi. Mark hanya memperhatikan dari samping tanpa membantu Haechan sama sekali.

"Masih belum selesai?" Ini sudah pukul 11 malam, Mark menarik buku yang berada didepan Haechan.

"Tunggu. Aku salah ya?" Sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal berbicara terbata.

"Bagaimana bisa kau mengerjakan semuanya seperti ini? Mana rumusnya?" Mark mendelik saat melihat jawaban Haechan merasa terkejut.

"Rumus? Apanya ya?" Tanya Haechan polos masih dengan menggaruk kepalanya.

"Apa yang kau lakukan selama di kelas?! Aku ingin melihat isi kepalamu itu! Kita akan mulai dari dasar-dasar. Perhatikan baik-baik!" Mark meledak begitu saja, dia berbalik dan berteriak marah kepada Haechan sampai Haechan terkejut dan melompat.

"I i-ya!" Jawab Haechan spontan namun gugup.

Sekarang jarum pendek jam sudah berada di angka 2. Dan mereka masih belum tidur. Setelah Mark menjelaskan, Haechan disuruh mencoba contoh soal.

"X sama dengan 72?"

"Benar."

"Horeee!" Haechan sangat senang dan berteriak sambil mengangkat tangannya.

"Masih ada sembilan soal lagi." Ucap datar Mark.

Cekriik

Suara flash dari kamera terdengar, Mark dan Haechan menolehkan kepalnya ke arah pintu. Disana ada Luhan dengan kamera yang mengarah ke arah mereka.

"Maaf telah mengganggu kalian berdua, hehe." Luhan merasa tertangkap basah.

"Apa yang ibu lakukan?" Mark berteriak kesal.

"Tapi, kau dan Haechanie terlihat begitu serasi saat bersama-sama." Jawab Luhan, Mark hanya berucap hah dan mulai mengalihkan atensinya ke ibunya, "pokoknya nanti kalian harus menikah!" Lanjut Luhan.

"Apa yang ibu pikirkan? Itu sangat konyol!" Mark hari ini selalu marah.

"Nah, ini camilan kalian. Sampai jumpa." Setelah metakkan nampan di meja dekat pintu, Luhan pergi dan menutup pintu tidak memperdulikan Mark, Mark memang begitu Luhan sedah biasa.

Mark berdiri dengan posisi badannya menunduk putus asa mendengarkan perkataan ibunya. "Hah, mari kita lanjutkan." Suaranya pelan namun cukup berat dan berjalan ke meja belajar kembali.

"Ba ba-iklah." Jawab Haechan pelan.

.

.

.

.

^-^

"Huuuooommm." Haechan menguap sangatlah lebar.

"Kau tampak mengantuk akhir-akhir ini, haechan ah." Renjun yang berada disamping Haechan mengatakan apa yang ada dipikirannya.

"Aku belajar semalaman terus." Haechan menoleh sehabis menguap ke arah Renjun.

Tiba-tiba Lucas datang dari arah belakang Haechan dan berkata, "Ayolah, beritahu kami kebenarannya haechanie." Sambil memegang bahu Haechan dan melanjutkan kalimatnya, "Kau pasti bekerja membanting tulang di rumah barumu kan? Kau mengatakan bahwa kau belajar untuk membuat kami tak khawatir. Aku tahu bahwa kau terintimidasi. Aku akan pergi kerumah itu.." ucap Lucas penuh dengan drama sampai-sampai air matanya berair dan dia mengelapnya dengan sapu tangan, "eh? Haechanie?" Lucas menoleh ke kanan kiri saat merasa tak menemukan Haechan yang tadi didepannya.

"Dia bilang kalau dia akan pergi ke perpustakaan sebelum pulang ke rumah." Jaemin memberi tahu Lucas agar Lucas menghentikan dramanya.

.

.

Hari demi hari, Haechan dan Mark belajar bersama, lebih tepatnya Mark mengajari Haechan. Dan ini malam tepat seminggu sejak hari perjanjian mereka, artinya malam terakhir mereka belajar bersama karena ujian akan dilakukan kesokannya.

"Dia bilang 'Kapan aku jadi siswa sekolah dasar'?" Haechan mengartikan bahasa inggris ke bahasa korea dari cerita untuk menjawab pertanyaan soal-soal latihan.

"Oh tuhan. Bahkan bahasa koreamu tak kumengerti." Mark meletakkan kepalanya di atas meja setelah mendengar Haechan, "Ini pelajaran anak SMP." Memberbaiki posisi duduknya dan menoleh ke arah Haechan yang menggaruk kepalanya dan masih memperhatikan bukunya.

Jam berlalu begitu saja dan sekarang jarum pendeknya menunjukkan angka 1 dengan jarum panjangnya di angka 12, Haechan masih menjawab soal-soal latihan yang diberikan oleh Mark tanpa melihat sekelilingnya dan terus fokus.

"Hei, ini di sini kan.." Haechan melihat kearah Mark tetapi Mark sudah tidur dengan kepalanya diatas meja dan tangan sebagai bantal. Haechan ikut meletakkan kepalanya di atas meja dan memperhatikan wajah Mark. "Dia terlihat begitu tampan saat sedang tidur. Mark lee yang aku kagumi."

Malam semakin larut dan diluar sana bulan tertutup oleh awan karena hembusan angin yang membuat awan bergerak. Pintu kamar Haechan di buka oleh Luhan yang setiap malam memberikan cemilan untuk menemani belajar mereka.

"Permisi. Aku membawa camilan." Luhan berucap semangat sambil tersenyum sampai matanya ikut tersenyum. Saat melihat kearah Mark dan Haechan, Luhan membulatkan matanya karena mereka tertidur dengan kepala yang berada di meja dan wajah yang saling berhadapan.

"Aku akan mengambil gambar kalian." Dengan nada yang berbisik wajah Luhan memerah karena senang dan seringaiannya muncul saat hobi mempotret seseorang diam-diamnya muncul, emang hobi yang aneh.

.

.

Kesokannya, hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari dimana ujian dilakukan.

Haechan dan Mark berangkat sekolah bersama, sebenarnya sih Haechan yang mengikuti Mark di belakangnya.

"Semoga berhasil mengerjakan tesmu." Ucap Luhan saat mengantar kepergian Haechan dan Mark ke sekolah di depan rumah. "Ini jimat keberuntunganmu." Luhan memberikan amplop coklat ke Haechan.

"Waah, terima kasih!" Haechan menerimanya dengan senang.

"Jangan dibuka sampai tahu hasilnya."

"Baik."

"Ini bukan ujian masuk universitas." Ucap Mark dingin sambil melirik kegiatan ibunya bersama Haechan dan berjalan meninggalkan mereka.

Seperti biasanya, disetiap pagi kereta pasti ramai karena waktu berangkat kerja dan sekolah. Haechan berlari sambil menyelip kerumunan itu untuk mengejar kerata agar tidak ketinggalan seperti hari-hari biasanya. Namun saat sampai di depan pintu kereta pintu menutup, wajah Haechan seketika muram. Tetapi saat melihat tangan yang menghalangi pintu kereta agar terbuka kembali, Haechan mematung melihatnya dengan wajah yang memerah, dia hanya berdiri di depan pintu sampai orang-orang yang sebelumnya telat masuk mendorong Haechan dan menyadarkan lamunannya.

Iya, itu tangan Mark. Yang menghalangi agar pintu terbuka adalah Mark. Saat pintu kereta tertutup, keretapun melaju dengan kecepatan standar.

Setelah beberapa menit perjalanan, mereka akhirnya sampai sekolah. Haechan selalu mengikuti Mark dibelakangnya. Tidak seperti biasanya, Mark hanya diam dan terus berjalan. Sampai di tangga menuju kelas mereka tetap diam tak ada yang bicara.

"Aku ingin berterimqkasih padanya. Walaupun cuma satu kata." Haechan berjalan sambil memandang bahu lebar Mark dari belakang, "Tapi, dia mungkin akan marah jika aku bicara padanya di sekolah. Dia bahkan selalu mengabaikanku." Tanpa sadar Mark berbelok saat tangga yang dipijak sudah habis, Haechan terlalu lama berpikir. "Oh, tidak! Dia akan masuk ke kelas!" Haechan pun berlari agar dapat menyusul Mark sebelum masuk ke kelasnya.

"Terima kasih." Ucap Haechan sambil masih berlari dari belakang tubuh Mark saat Mark membuka pintu kelasnya.

"Semoga berhasil." Ucap Mark pelan seperti berbisik dan masuk kelas tanpa menoleh ke Haechan. Haechan terhenti dari berlarinya saat mendangar ucapan Mark, dia sangat bingung dan kaget.

.

.

Kertas ujian dibagikan di kelas F, mungkin kelas laiinya juga sama. Haechan sangatlah tegang.

"Hah? Soalnya.." Haechan melihat kertas ujiannya terkejut. "Sama persis dengan soal yang mark buat untukku!" Haechan mulai mengerjakan soal soal tersebut sambil tersenyum, "tak dapat dipercaya, aku tahu jawabannya!"

Hari-hari ujian terlewati dan ini hari ketiga yaitu hari terakhir. Haechan mengerjakan dengan senyuman diwajahnya.

"Haechan, bagaimana tadi?" Tanya Renjun dengan wajah yang suram dan menoleh ke Haechan.

"Hmm.. kurasa, aku bisa mengerjakannya." Jawab Haechan dengan kepala yang menunduk.

"Kenapa kau terlihat begitu santai?" Tiba-tiba Jaemin datang dari arah belakang Renjun dan Haechan sambil mendelik saat mendengar Haechan berkata.

"Nanti kau akan mempermalukan diri sendiri." Ucap Renjun sambil menyanggah kepalanya menggunakan tangannya di meja.

"Mari kita pergi bersenang-senang hari ini, haechanie." Lucas menghampiri Haechan dan memegang pundaknya.

Lucas menarik Haechan hingga berdiri. Haechan tidak mau namun apadaya, dilihat dari badan saja perbedaannya sudah terlihat.

"Tunggu lucas!"

"Tak peduli apapun yang kau katakan, aku tidak akan membiarkanmu pergi hari ini." Haechan tetap meronta-ronta dan berteriak namun Lucas tidak peduli sama sekali.

"Hei, bukankah gadis itu yang mengaku jatuh cinta padamu?" Hendery, teman Mark bertanya pada Mark saat mereka lewat kelas F dan melihat Lucas yang merangkul Haechan didepan kelasnya, masih di dalam kelas. Mereka berhenti saat melihat itu. "Jadi, dia sudah berpacaran dengan pria itu." Lanjut Hendery.

Mark melihat sebentar kearah kelas F dan memejamkan matanya. "Itu bukan urusan kita." Lalu kembali berjalan.

.

.

.

.

^-^