Happy Reading :)
.
.
.
.
^-^
Satu minggu kemudian, hari dimana pengumuman nilai ujian diumumkan. Haechan berlari-lari dari kelasnya gang lantai 3 ke papan pengumuman di lantai dasar untuk melihat hasil ujian.
"Tolong permisi." Dengan nafas yang masih tersenggal, Haechan masuk kerumunan anak-anak dengan tujuan yang sama yaitu melihat hasil mereka.
"Peringkat satu adalah.. mark.." Haechan mendongakkan kepanya ke atas untuk melihat peringkat pertama.
"Syukurlah." Senyum diwajahnya mengembang dan tarikan napas terdengar dari mulutnya.
"Namaku tidak mungkin ada dipapan kan?" Kemudian Haechan berbalik tanpa niatan melihat hasil nilainya sendiri.
Sementara dari arah lain, Mark dan temannya Hendery berjalan ke papan pengumuman.
"Ada apa? Dulu kau tidak pernah melihat hasilnya." Tanya Hendery heran. "Hei, nomor satu ada di sebelah sana." Hendery terhenti dari jalannya saat Mark tiba-tiba berhenti, "kalau sebelah sini.." ucapan Hendery terhenti saat Mark membalikkan dari papan pengumuman dan pergi setelah melihat apa yang dia tuju. "Hei, mark!" Teriak Hendery, dari tadi diabaikan sekarang ditinggal, namun itu sudah sering jadi sudah terbiasa.
Mark terus berjalan tanpa mendengarkan teriakan Hendery. Dan saat beberapa langka berjalan, Haechan datang dari arah berlawanan dan mereka berhenti berhadapan.
"Selamat sudah menjadi peringkat pertama dengan nilai sempurna." Ucap Haechan.
"Tentu saja. Ini pertama kalinya dalam hidupku, aku banyak belajar." Ucap Mark dingin dengan wajah datar andalannya. "Dan kau. Kau sudah berhasil juga." Lanjut Mark dan Haechan terkejut saat memahami ucapan tersebut, "kau belum melihatnya?"
Haechan menoleh kearah papan pengumuman. "Kelimapuluh?" Masih bengong saat melihat dan membacanya dan tiba-tiba, "HAAAA, MARK! AKU PERINGKAT LIMA PULUH!" Teriaknya saat beberapa detik kediamannya sampai murid lainnya yang tadi melihat papan pengumuman menoleh ke arah Mark dan Haechan dengan Haechan yang menunjuk papan yang ada namanya.
Mark menjulurkan tangannya ke arah Haechan dan langsung ditangkap oleh Haechan dengan senyum lebarnya. "Terima kasih, aku sangat senang! Terima kasih!"
"Bukan itu." Tangan Haechan ditepis yang membuatnya kaget. "Kembalikan benda yang kau janjikan." Seketika Haechan teringat akan janjinya.
"Oh, i i-ya." Haechan langsung merogoh saku blazer seragam sekolahnya, "ini" dan memberikannya kepada Mark.
"Jangan diberikan di tempat seperti itu!" Mark kaget dan kelimpungan saat melihat fotonya kemudian ditariknya foto itu lalu dimasukkannya di saku blazernya. Mark menbalikkan tubuhnya sambil melirik Haechan di belakangnya dan berkata, "dan juga, aku sudah mengatakannya berkali-kali, tolong jangan berbicara kepadaku di sekolah." Lalu pergi begitu saja meninggalkan Haechan yang terbengong.
"TERIMA KASIH, MAARK!" Teriak Haechan saat Mark sudah beberapa langkah menjauh darinya sambil melambaikan tangannya.
"Kau tak dengar apa yang sudah kukatakan?" Gumam Mark.
Setelah Mark tak terlihat, Haechan melihat ke papan pengumuman lagi. "Dia di atas dan aku di bawah. Tapi tetap saja, namaku ada di kertas yang sama dengan mark."
.
.
"Hei, nomor lima puluh." Di kelas F, Jaemin menghampiri Haechan yang berada dibangkunya dengan tas di meja. "Apakah kau tidak merasa seperti mark dari kelas F?" Lanjut Jaemin.
"Aku tak merasa begitu." Ucap Haechan sambil membuka tas nya dan merogoh nya, mungkin mencari sesuatu.
"Hei, kau menjatuhkan sesuatu, haechan." Jaemin memberi tahu saat melihat amplop jatuh dari dalam tas saat Haechan merogohnya. Haechan pun mengambilya dan teringat hari pertama ujian dilakukan, ibunya Mark yang memberikannya amplop itu.
"Ini.." masih dipegang amplop itu, "aku lupa tentang hal ini."
"Apa itu?" Tanya Jaemin.
"Ini adalah jimat keberuntungan yang membantuku masuk ke peringkat lima puluh." Haechan mengangkat amplop tersebut.
"Apakah kau tidak ingin berbagi dengan kami?" Lucas yang duduk dibawah samping bangku gang diduduki oleh Haechan.
Haechan membuka amplop dan ternyata berisi foto. Foto tersebut direbut oleh Lucas, dan seketika Lucas berteriak.
"Apa-apaan ini?!" Kemudian Lucas terjatuh pingsan karena terkejut, untung temannya siap dan memegangi tubuh bongsornya.
"Lucas, bertahanlah!"
"Oh, tidak. Itu benar-benar mengejutkan sekali! Air, air!" Iya, yang memegangi Lucas 2 temannya Hyunjin dan bangchan.
"Hei, haechan ah! Ada apa ini?!" Jaemin berteriak dan sekarang Renjun sudah berada disamping Jaemin.
"Uu uhmm.. i i-tu.." Haechan bingung mau berkata apa.
"Kenapa kau dan mark tidur bersama dengan begitu bahagia?" Renjun bertanya dengan nada tidak percayanya.
"Maafkan aku!" Haechan menangkupkan tangannya dan menundukkan tangannya minta maaf.
Sudah 1 jam bercerita tentang kejadian setelah rumahnya yang roboh karena gempa bumi sampai foto itu bisa ada agar temannya tidak berfikir yang aneh-aneh.
"Orang tua kalian berteman dekat?" Tanya Lucas setelah sadar dari pingsannya dan ikut mendengarkan cerita Haechan. Haechan memainkan jari telunjuknya dengan jari telunjuk sambil menundukkan wajahnya.
"Jadi, kau diajari oleh mark saat ujian kemarin?" Tanya Jaemin.
"Iya."
"Jadi itu caramu bisa berada di peringkat lima puluh. Dia benar-benar jenius." Ucap Renjun dengan tangan di pinggangnya.
"Tapi aku berusaha sendiri saat ujian." Haechan terkejut saat mendengar Renjun dan langsung mendelik.
"Tapi, tidakkah kalian terlihat benar-benar dekat dalam foto ini?" Jaemin memperhatikan foto yang dipegangnya kembali. "Dengan kau tinggal di bawah atap yang sama. Kau bisa memiliki hati mark, atau mungkin merubah rasa suka padamu?"
"Jangan bodoh!" Lucas yang ada dibelakang Jaemin langsung pindah disebelahnya dengan wajah marah.
"Itu benar!" Haechan ikutan, "bahkan di rumah, ia benar-benar mengacuhkanku." Ucap Haechan sedih, "dia benci padaku." Ucapnya memelan dan menundukkan kepalanya kembali.
"Haechan." Jaemin
"Kasihan." Renjun
"Mengerikan." Lucas sambil mengelap air matanya menggunakan sapu tangan birunya.
"Tapi, aku tak peduli lagi pada pria berhati dingin itu. Aku tak apa-apa." Saat mendengar ucapan teman-temannya Haechan berucap semangat agar temannya tidak khawatir ataupun sejenisnya.
Saat Haechan menucapkan bahwa Mark dingin, Haechan teringat saat Mark memarahinya karena tidak bisa mengerjakan soal latihan, saat melihat Mark tertidur karena lelah telah membantu belajar, saat Mark menahan pintu kereta agar terbuka kembali, saat Mark memberi ucapan semangat di hari pertama ujian. Ingatan itu terlintas begitu saja saat melihat foto tersebut dan ucapannya tadi.
"Haechan?" Jaemin memanggil Haechan dengan lembut karena merasa Haechan diam saja dan melamun.
"Eh" tersadar dari lamunanya, "meskipun begitu, aku hanya tinggal bersamanya sementara." Ucap Haechan mengalihkan perhatiannya dari foto ke Jaemin. "Tolong jaga rahasia ini, oke? Kumohon." Dan membungkukkan badannya diakhir kalimatnya.
"Oke oke." Ucap Jaemin semangat.
"Tentu saja kami akan menjaganya." Renjun memegang pundak Haechan. Dan Lucas hanya diam saja berdiri disamping Haechan memperhatikan.
.
.
Suasana lorong kelas begitu mencekam, murid-murid yang berada disana terdiam dan fokus pada objek yang sama. Mark berjalan dengan langkahnya yang cepat dan wajah yang sepertinya marah. Dan ternyata Mark menuju kelas F dan membuka pintu kelas tanpa permisi.
"Donghyuck!" Ucap Mark tegas.
Haechan bersama dengan Renjun dan Jaemin sedang makan sambil tertawa terkejut sampai-sampai Haechan menyemburkan air yang diminumnya dan moneleh ke sumber suara berasal.
"Ikut aku!" Mark tidak peduli dan melanjutkan ucapannya.
.
"Hei, kau menyuruhku untuk tak berbicara padamu di sekolah. Pasti akan ada rumor yang menyebar." Ucap Haechan sambil mengikuti Mark yang berjalan didepannya dengan langkah cepat.
"Rumor itu sudah menyebar." Jawab Mark masih dengan berjalan.
Saat sampai di papan pengumuman Haechan terkejut dengan mata yang mendelik sampai pupilnya mengecil. Disana terdapat kertas yang bergambarkan dirinya dan Mark saat tidur bersama dengan kata-kata dan jangan lupakan dibawah gambar terdapat namanya. Gambar tersebut seperti gambar anak-anak namun cukup jelas untuk dipahami.
"Apa-apaan ini?!" Teriak Haechan
"Itulah yang aku ingin tahu." Ucap Mark yang berdiri disamping Haechan.
"Mereka keterlaluan! Aku sungguh-sungguh mengatakan pada mereka untuk menjaga rahasia ini!"
Mark mengambil kertas tersebut dan meremasnya sampai tak berbentuk. "Sudah cukup sampai di sini!"
"Mark."
"Kau mungkin tak masalah dengan hal ini, tapi itu masalah bagiku!" Membanting kertas tersebut, "jangan main-main dengan hidupku lagi!" Setelah mengucapkan itu Mark pergi dengan tangan yang dimasukkan saku celananya tanpa memperdulikan Haechan.
"Ada apa dengan diriku?" Haechan hanya melihat kepergian Mark dan mengepalkan tangannya kesal. "Tak peduli seberapa banyak ia mengitimindasiku.. Aku pasti akan bisa membencinya. Aku sudah siap dengan hal itu. Seharusnya aku tak apa-apa dengan hal itu. Aku bisa bertahan saat dia menolak surat cintaku. Lalu kenapa aku..?" Haechan meneteskan air matanya dengan kepala menunduk memperhatikan kertas yang dihancurkan Mark tadi, "aku pikir.. aku benar-benar mencintai mark."
.
.
.
.
^-^
Tbc.