Selamat Membacaa~
.
.
.
.
^-^
Malam hari telah tiba, Haechan belajar dengan sungguh-sungguh. Di meja belajarnya tertumpuk berbagai buku untuk dipelajarinya. Namun belum sampai 5 menit, Haechan merasa pusing dengan apa yang dibacanya, belum juga 1 lembar halaman. Haechan sangat bingung belajar mulai dari mana karena dia merasa tidak tahu bahkan apa yang dia tidak tahu.
Haechan terkejut saat mendengar pintu kamarnya di buka, dia langsung menolehkan kepalanya. Ternyata yang masuk adalah Luhan dengan membwa cemilan dan minuman di nampan untuk Haechan. Luhan berjalan menghampiri Haechan dan menaruh bawaannya di meja setelah menyapa Haechan.
"Ini benar-benar enak."
"Bukankah ini bagus? Aku benar-benar merasa seperti seorang ibu sekarang." Haechan menolehkan atensinya ke Luhan. "Mark tidak belajar sama sekali. Sehingga aku bahkan tidak bisa membuat camilan untuknya seperti ini." Luhan sangat bahagia saat mengucapkannya karena akhirnya dia bisa melakukan apa yang selama ini ingin dia lakukan.
"Dia tidak belajar?! Tapi mark siswa paling pintar di sekolah!" Haechan terkejut dan berbicara dengan suara cemprengnya jangan lupakan badannya bergetar.
"Ya. Itu sangat luar biasa kan? Dia tak suka belajar sepertimu sekarang." Ucap Luhan lemas.
"Lalu, apa yang dia lakukan sekarang?" Suara Haechan memelan dan tidak se cempreng sebelumnya.
"Dia tidur cepat." Luhan menoleh kepada Haechan. Haechan sangat terkejut sampai wajahnya memucat. "Kau harus memintanya untuk mengajarkan bagian-bagian yang tidak kau mengerti."
"Aku berharap aku bisa."
"Kau ingin beristirahat sejenak? Aku akan menunjukkan sesuatu yang sangat menarik."
"Ah, apakah itu album foto punya mark?"
"Aku selalu ingin menunjukkan ini kepada seseorang."
"Waaa, mark ketika ia masih kecil.. Hah? Anak itu begitu lucu!" Mata Haechan berbinar
"Benarkah?" Luhan mendekatkan tubuhnya ke Haechan dan berbisik "Anak itu adalah minhyung." Haechan langsung loncat karena terkejut.
"Tapi, dia benar-benar terihat seoerti.."
"Aku benar-benar menginginkan anak perempuan. Aku begitu yakin bahwa aku akan melahirkan anak perempuan. Jadi, semua uang kubeli adalah pakaian anak perempuan. Aku terkejut ketika minhyung lahir. Aku tidak ingin membeli baju baru. Jadi, aku pakaikan saja dia pakaian gadis sampai ia cukup umur untuk bisa protes. Dia sangat kesal tentang hal ini. Dia juga tidak mau masuk sekolah saat dia tahu itu, dan tertinggal 1 tahun sekolah. Aku bertanya-tanya apakah ini alasan di balik sikap dinginnya itu. Jadi, tolong jaga rahasia ini."
"Tentu saja!" Haechan tertawa dalam hatinya. Dan jadilah Haechan tidak melanjutkan belajarnya karena memikirkan hal-hal licik yang akan dia rencanakan di sisa malamnya dan terlelap begitu saja. Dan Haechan tahu bahwa Mark lebih tua 1 tahun darinya.
.
.
.
.
^-^
"Haechanie! Di jalan mana sekarang kau tinggal?" Lucas masuk kekelas dan menghampiri Haechan yang sedang duduk bersama para sahabatnya.
"Ah, di tempat teman ayahku."
"Daerah mana?" Jaemin ikut bertanya.
"Kurasa sekitar 3 pemberhentian kereta api."
"Wah, itu daerah mana?" Renjun juga penasaran karena selama ini Haechan belum cerita.
"Aku tidak benar-benar yakin." Sambil menggaruk kepalannya yang mendadak agak gatal karena gugup. Haechan merasa itu semua harus dirahasiakannya.
"Haechan ah. Bawalah tasmu dan ikut aku." Tiba-tiba Mark datang dan memanggil Haechan. Tangannya ia sampirkan ke pintu untuk menyanggah badannya yang dimiringkannya. Semua murid kelas F yang berada dikelas melihat sumber suara sambil menganga terkejut.
Haechan menghampiri Mark dan membawa tasnya seperti yang disuruh Mark. Mark mengajak Haechan ke taman belakang gedung sekolah, ya walaupun tempat tersebut terlihat langsung dari kelas F, kelas Haechan. Tapi mereka memilih tempat yang agak jauh.
"Tampaknya ibuku salah memasukan bekal makan ke tas kita." Mark menyodorkan kotak bekal berwarna kuning ke Haechan.
"Pantas saja aku merasa tasku begitu besar." Haechan mengangkat tasnya.
Sedangkan di kelas F. Teman-teman Haechan memperhatikan dirinya dan Mark karena merasa penasaran.
"Aku pikir mereka bertukar sesuatu." Jaemin berucap dengan matanya yang menyipit melihat Haechan dan Mark dari jarak cukup jauh.
"Aku tak bisa mendengar apa yang mereka lakukan." Renjun yang disebelah Jaemin ikut menundukkan dirinya agar tak terlihat jika sedang mengawasi.
"Mungkinkah dia berubah pikiran dan sekarang ingin meminta haechan berkencan?" Curiga Jaemin.
"Tidak mungkin! Itu akan jadi hal yang luar biasa!" Elak Renjun tak percaya sambil masih berbisik, sejak tadi mereka berbicara bisik-bisik.
"Sekarang sudah terlambat bagimu untuk jatuh cinta padanya, tolol!" Lucas yang hanya diam sejak tadi ikut bicara.
Kita kembali lagi kepada Mark dan Haechan. Mark memasukkan bekalnya ke dalam tasnya setelah bekalnya ditikar dengan milik Haechan.
"Bekal kita tertukar karena kita ada di sekolah yang sama."
"Benar sekali." Seketika wajah Haechan yang semenjak tadi biasa saja berubah dengan senyuman, ah tidak sebut saja seringaian. "Kau bahkan bisa memakai seragam yang salah dengan memakai rok, Minhyung." Pertama kali Haechan memanggil Mark dengan nama koreanya, siara Haechan juga tidak seperti biasanya, agak memberat ya walaupun tetap cempreng.
"Kenapa aku harus memakai rok?" Masih dengan wajah dingin dan muka datarnya, Mark belum sadar ternyata.
"Nah, itu karena.." Haechan merogoh saku kemeja sekolahnya dan mengambil 1 lembar kertas. "Lihatlah! Kau mengenakan rok ketika kau masih kecil." Kertas itu adalah foto masa kecilnya Mark, Haechan menyodorkan foto tersebut. "Kau begitu menggemaskan minhyung!" Ucap Haechan kembali dengan suara cemprengnya.
Wajah Mark berubah mengeras dan berteriak "darimana kau mendapatkan foto itu?!" Mark marah
"Ibumu yang memberikannya padaku." Haechan membalikkan tubuhnya menjadi membelakangi Mark.
"Kembalikan!"
"Tidak!" Haechan monoleh dan mngejek Mark yang membuat semakin menjengkelkan.
"Apa yang kau katakan?"
"Karena, kau selalu mengintimidasiku sepanjang waktu." Haechan mulai berjalan menjauhi Mark. "Bukankah tak apa-apa aku melakukannya juga?"
"Kapan aku pernah mengitimidasimu?!" Mark semakin marah namun Haechan tidak perduli dan masih tenang.
"Bahkan orang jenius punya kelemahan juga."
"Aku bilang, kembalikan!" Mark mengejar Haechan untuk mengambil foto tersebut dari tangannya. Haechan langsung berlari menghindari Mark.
"Aku akan mengembalikannya, tapi dengan satu syarat." Tangan Haechan diatas agar foto tersebut tidak diraih Mark.
"Syarat?" Tanya Mark dan Haechan menurunkan tangannya dan menyembunyikan tangannya dibelakang punggungnya.
"Ujian tengah semester 2 minggu mendatang. Kau harus meganjarku." Ucap Haechan dengan mata yang berbinar. Sedangkan wajah Mark sangat kacau rambutnya juga kusut.
"Aku? Mengajarimu..?" Ucap Mark pelan sambil terbata.
"Benar. Aku akan kembalikan jika kau dapat membantuku masuk ke peringkat 50 teratas. Setuju?" Suara Haechan begitu ceria saat mengucapkannya.
"Aku menolak! Itu jelas mustahil!" Tolak Mark
"Oh, benarkah?" Haechan mengeluarkan ponselnya "kalau begitu, aku akan menyebarkan foto ini kepada semua siswa di sekolah kita." Kamera sudah diarahkan ke foto, siap untuk memotret.
"Baiklah kalau begitu!" Sela Mark
"Benarkah? Horeee!" Haechan langsung membalikkan tubuhnya saat mendengar ucapan Mark dan berteriak senang, matanya semakin berbinar. Sangat manis dan menggemaskan namun Mark tak menyadarinya.
"Tapi, aku tidak bisa menjanjikan apapun." Suara Mark kembali dingin dan wajahnya datar, Haechan langsung berhenti berteriak dan melihat kearah Mark. "Peringkat 50 teratas biasanya sebagian besar diisi oleh siswa-siswi dari kelas A dan B. Dibutuhkan sebuah keajaiban untuk seseorang dari kelas F sepertimu untuk bisa masuk." Seketika Haechan menciut setelah mendengar perkataan Mark. Memang semua yang dikatakan Mark benar.
"Sepertinya kau benar.." suara Haechan mengecil dan semangat yang sebelumnya menghilang.
"Kalau begitu mulai malam ini." Setelah itu Mark pergi meninggalkan Haechan.
Lucas, Jaemin, dan Renjun dari berlari dari arah belakang Haechan untuk menghampirinya. Mereka berteriak memanggil Haechan.
"Apa yang kalian bicarakan?" Saat sampai Renjun langsung bertanya.
"Kau menolaknya kan? Tolong beritahu aku bahwa kau menolaknya!" Lucas berpikir yang tidak-tidak.
"Bukan tentang hal itu!" Haechan berlari meninggalkan teman-temannya.
Saat sudah jauh dari temannya Haechan mulai berjalan dengan santai meninggalkan teman-temannya dengan pikirannya masing-masing yang masih memlerhatikan Haechan tanpa berniat mengejarnya kembali.
"Sebuah keajaiban, ya? Aku akan menunjukkannya padamu!
.
.
.
.
.
^-^
Tbc
.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-._.-