Chapter 7 - Kebaikan Hati

"Hari ini aku telah salah paham terhadapmu. Kamu boleh kembali ke Aula Qingge kapan saja."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Luo Qinghan pun pergi tanpa menoleh ke belakang.

Setelah mereka berjalan jauh, Xiao Xixi bergegas duduk kembali di samping hot pot, mengangkat mangkuk dan sumpit, lalu dengan sangat cepat menyumpit ikan dan daging dari dalam panci, mencelupkannya ke dalam saus lalu memasukannya ke mulutnya.

"Pedas sekali, harum sekali, enak sekali!"

Bao Qin memasakkan lauk untuknya sambil bertanya, "Ternyata Anda berasal dari Sekte Xuan, ya?"

Xiao Xixi mengangguk sambil makan, "Iya."

"Mengapa sebelumnya belum pernah mendengar Anda menyebutkan tentang hal ini?"

"Hanya hal kecil, tidak perlu disebut-sebut."

Bao Qin bertanya lagi, "Apakah jenderal dan nyonya mengetahui hal ini?"

"Mereka tidak tahu, di rumah hanya kakek yang mengetahui hal ini. Tapi kakek sudah meninggal tiga tahun yang lalu, orang rumah mengira aku dibesarkan di sebuah biara biasa."

Dalam hati Bao Qin berpikir ternyata begitu.

Seandainya jenderal dan istrinya tahu kalau Xiao Xixi adalah anggota Sekte Xuan, mereka pasti tidak akan memasukkannya ke istana.

Memang mengesankan menjadi selir pangeran, tetapi kalau dibandingkan dengan status sebagai anggota Sekte Xuan, itu tidak ada apa-apanya.

Luo Qinghan kembali ke ruang baca.

Dia memberi instruksi kepada Kakek Chang.

"Semua yang dikatakan oleh Selir Xiao malam ini tidak boleh sampai tersebar keluar satu kata pun."

"Baik."

"Besok berikan sesuatu untuk Selir Xiao, anggap saja sebagai kompensasi untuknya."

"Baik."

Luo Qinghan membuka catatan kekaisaran dan mulai membacanya satu per satu.

Sejak Luo Qinghan diangkat menjadi pangeran setahun yang lalu, setiap hari kaisar akan memberikan catatan kekaisaran yang telah dia evaluasi agar Luo Qinghan bisa belajar untuk menangani urusan pemerintahan.

Luo Qinghan terus membaca sampai tengah malam baru dia selesai membaca semua dokumen itu.

Setelah tidur hanya empat jam, dia bangun sendiri. Kemudian dia bangkit dari tempat tidur dan membersihkan diri serta berganti pakaian, lalu sarapan dengan sederhana. Setelah itu dia pergi ke aula dewan dan membahas urusan politik dengan kaisar dan para menteri.

Pagi harinya ketika Xiao Xixi dan Bao Qin baru saja membawa kembali barang-barang mereka ke Aula Qingge, Kakek Chang sudah datang dengan membawa dua kotak besar.

"Selir Xiao, ini adalah hadiah dari Yang Mulia Pangeran untuk Anda. Berterima kasihlah kepadanya."

Xiao Xixi berlutut, "Terima kasih atas kebaikan hati Yang Mulia Pangeran."

Satu kotak berisi satin dan sutra, satu kotak lagi berisi perhiasan emas dan perak, semuanya adalah model yang populer tahun ini.

Xiao Xixi tersenyum gembira, lalu dia mengeluarkan sebuah jimat dari lengan bajunya.

"Kakek Chang, jimat yang kemarin mestinya sudah rusak. Ini adalah jimat baru yang kubuat, tolong bantu aku untuk memberikannya kepada Yang Mulia Pangeran."

Sekarang dia dan Luo Qinghan berada di kapal yang sama, dia harus menjaga keselamatannya.

Selama Luo Qinghan tetap hidup, dia pun bisa terus hidup santai dengan tenang.

Kakek Chang menerima jimat itu dengan kedua tangannya lalu menyimpannya dengan hati-hati.

"Selir Xiao jangan cemas, aku pasti akan memberikannya kepada Yang Mulia Pangeran."

Setelah mengantar kepergian Kakek Chang, Xiao Xixi pun segera berubah menjadi kupu-kupu kecil dan terbang dengan gembira ke halaman belakang.

Halaman belakang Aula Qingge awalnya adalah sebuah taman. Saat ini taman itu sudah berubah menjadi kebun sayur dengan ladang sayuran di sebelah kiri dan kandang ayam serta kandang bebek di sebelah kanannya. Di tengahnya ada sebuah kolam kecil. Bunga teratai ditanam di sana, di dalam kolam juga ada banyak ikan dan udang.

Xiao Xixi pergi ke depan kandang ayam dan berdiri selama beberapa saat di sana.

Dia menghitung jumlah ayam di dalamnya satu per satu. Ada satu ekor ayam jantan dan dua belas ekor ayam betina, selain itu juga ada beberapa anak ayam.

Saat ini ayam jantan sedang membawa para selirnya untuk berjemur, hidupnya sangat memuaskan.

Kemudian Xiao Xixi pergi melihat kandang bebek di sampingnya.

Tepatnya ada sepuluh ekor bebek putih besar.

Xiao Xixi membuka pintu kayu kandang bebek dan mengeluarkan bebek-bebek itu.

Mereka pun berjalan melenggak-lenggok dengan rapi dan teratur menuju ke kolam.

Di kebun sayur sebelah kiri ditanami lobak putih, sawi, daun bawang, jahe, bawang putih, cabai, buncis, ketimun, jagung, dan bunga matahari.