Chereads / Diary Cia / Chapter 9 - Arlando Danil Saragih

Chapter 9 - Arlando Danil Saragih

01 Januari 2019.

"Mungkin benar kata Danil, 2019 adalah milik kita."

-adpdita-

Arlando Danil Saragih adalah orang yang bertemu denganku dikala aku mendaki gunung Slamet, ia memperkenalkan dirinya dengan sebutan Danil. Dia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, ibunya pergi jauh untuk mencari nafkah tambahan sementara ayahnya kerja dirumah.

Dari segi penampilan Danil terbilang cowo keren, dia suka berpetualang sama sepertiku, selain itu dia juga suka membaca novel. Umurnya sama denganku, ia bersekolah di SMK daerahnya dan mengambil jurusan pelayaran. Katanya sih banyak yang suka ke dia karena dia baik, tapi aku engga mau first impression ke dia. Aku engga mau nyimpulin dia sebelum aku tau tentang nya.

*****

Cia.

"Happy new year juga danil."

Aku membalas ucapan happy new year dari Danil setalah lama memandangi pesan dari Danil, aku hanya menganggap perkatan Danil sebagai lelucon saja karena kita baru saja berkenalan, dan aku juga ingin berbagi pengalaman tentang dunia pendakian dengan Danil. Aku dan Danilpun saling berkirim pesan malam itu.

Danil.

"Cia. Boleh ngga aku cerita sesuatu sama kamu?"

Cia.

"Boleh aja."

Danil menceritakan tentang hidupnya, menceritakan semua pengalamannya, dia juga bercerita tentang keluarganya. Banyak sekali yang diceritakna Danil padaku, hingga Danil mengajukan pertanyaan untukku.

Danil.

"Kamu mau tau apalagi tentang aku?"

Cia.

"Udah cukup. Seiring berjalannya waktu aku pasti tau semuanya tentang kamu kok."

Danil.

"Hehe, next Cia ada planing mendaki kemana?"

Cia.

"Cia ingin ke Ciremai Danil. Tapi itu bukan planing cuma keinginan Cia aja."

Danil.

"Besok ke Ciremai bareng Danil aja ya."

"Oh iya. Aku ada banyak pengalaman disana."

Cia.

"Ceritain semuanya. Ceritain semua pengalaman kamu tentang Ciremai."

Gunung Ciremai merupakan gunung yang ada di salah satu list yang ingin aku kunjungi. Dari segi mistis, Ciremai terkenal dengan keangkerannya dan ada via yang sangat ingin aku lewati, yaitu via Linggarjati. Selain tracknya yang curam, pemandangan nya juga sangat indah.

Tiba-tiba Mila mengirimkan pesan kepada ku.

Mila.

"Happy new year Cia. Makasih kamu baik ke mila."

Cia.

"Happy new year juga mil. Apa kabar kamu? Udah sehat kan?"

Mila.

"Alhamdulillah aku udah sehat kok."

Mila merupakan teman dekat Danil, dia tau banyak tentang Danil, selain itu dia juga menjadi makcomblang aku sama Danil.

Cia.

"Mil, tadi Danil ngirim pesan gini ke aku."

"2019 milik kita."

"Gimana?"

Mila.

"Hah?"

"Danil?"

"Wih selamat ya, kalian cocok kok."

Cia.

"Apaan sih, dia cuma bercanda."

Mila menceritakan tentang Danil. Dia bercerita bahwa selama mila mengenalnya, Danil engga pernah marah ke dia, padahal dia sering bikin kesel Danil. Danil juga seorang pekerja keras, disetatusnya sebagai pelajar ini, dia sering ikut pergi berlayar ketika libur sekolah dan uangnya ia gunakan untuk jajannya.

Mila.

"Aku saranin si, coba aja dulu. Dia baik kok. Sama seperti kamu baik hati walaupun baru ketemu."

Cia.

"Bisa aja kamu mil."

Setalah aku menceritakan pesan dari Danil ke Mila, dia tiada hentinya mengejekku, menjodoh-jodohkan diriku dengan Danil. Aku terlalu asik bercerita dengan Mila sampai aku melupakan ada pesan dari Danil yang belum aku balas.

Danil.

"Kok ngga dibales?"

Cia.

"Maaf ya. Lagi asik chat sama Mila."

Danil.

"Eh Mila. Ikut aja ndeketin kamu."

Jam menunjukan pukul 02.00 W.I.B.

Aku masih asik bercerita dengan Mila. Entahlah, aku suka mendengarkan Mila bercerita tentang Danil dan berkirim pesan dengan Danil.

Danil.

"Kamu tidur gih. Emang engga cape yah? Tadikan habis ngerayain tahun baru."

Cia.

"Cape si."

Danil.

"Udah sana tidur Cia.

Cia.

"Nanti juga tidur kok."

Danil.

"Yaudah Danil temenin. Atau mau telfon?"

Cia.

"Terserah aja."

Danil menelfonku. Begitulah aku, Danil sudah banyak menceritakan tentang nya, tetapi aku belum menceritakan sedikitpun tentang kehidupanku. Bukan karena aku sok jual mahal atau sok cantik, tetapi aku memang jarang bercerita tentang masalahku. Bukan pendiam ataupun tertutup, aku kadang menceritakan tentang hidupku kepada teman kelas ataupun yang sedang minta pendapat ku untuk masalahnya sebagai motivasi buatnya. Aku termasuk wanita yang cerewet dan engga bisa diem kok, kecuali kalau dikamar dan sedang tidur. Aku terbilang cukup friendly karena aku cukup humoris ketika dihapan semua orang.

Aku jarang bercerita tentang masalahku kepada ketiga sahabatku dan teman-temanku yang lain, bukan aku tidak percaya kepada mereka tetapi aku lebih suka menceritakan semuanya kedalam buku, menjadikan nya sebuah tulisan. Vania bisa tau tentang masalah yang sedang aku alami juga karena dia yang sering baca buku Diaryku.

Kamarku menjadi saksi bisu dari segala kesedihan yang ku alami, aku memendam kesedihanku seorang diri. Aku ingin menceritakan kesedihan ku kepada teman-temanku, tetapi aku tidak mau teman-temanku khawatir atau mungkin malah menjadi beban baginya. Aku tau mereka juga punya masalah sendiri dalam hidupnya, selagi aku masih bisa menutupi segala kesedihanku, pasti akan ku tutupi kok.

Aku dan Danil masih telfonan, Danil membacakan sebuah novel yang sedang ia baca supaya aku cepat tertidur. Aku hanya terdiam mendengar suara DanilĀ  yang sedang membaca novel untukku.

Danil.

"Cia, udah tidur?"

Cia.

"Belum."

Danil melanjutkan membaca novelnya. Dia juga kadang mengganti nama tokoh menjadi namaku dan membuatku tertawaan, sebenarnya aku sangat lelah dan ingin tidur tapi entahlah, malam ini mataku tak kunjung tertutup.

"Danil stop. Bagaimana aku bisa tidur coba, kamu bikin aku ketawa terus." Ketusku pada Danil.

"Eh ternyata bidadari bisa ketawa ya." Ledek Danil.

Tingkah Danil semakin membuatku tertawa, sekarang ia membaca novelnya seperti sedang membacakan puisi untukku. Nada yang ia buat cukup membuatku tertawa, aku tidak memikirkan 'jika aku tertawa itu akan menggangu ketiga sahabatku yang sedang asik bermimpi' dan aku tetap saja tertawa mendengarkan suara Danil.

"Danil bacanya normal aja deh, tapi dengerin ya." ,Danil.

"Itu lagi baca cerita apa ngomong ke Cia?" Tanyaku.

"Itu Danil ngomong ke Cia." Jawab Danil dengan nada ngambek.

Aku hanya tertawa, Danil membacakan novelnya seperti sedang membacakan dongeng untuk anak kecil, itu membosankan dan membuatku merasa mengantuk tetapi aku tetap mendengarkan Danil hingga akupun tertidur.