Chereads / Diary Cia / Chapter 7 - My Room

Chapter 7 - My Room

27 Desember 2018.

"Sejauh manapun aku melangkah, seberapa lamapun aku pergi. Tujuanku hanya pulang dengan selamat dan kembali ke rutinitas harian."

-adpdita-

Aku terbangun dari tidurku, Ku peluk erat bantal gulingku dan ku tarik selimut ku sampai ke leher. Tubuhku terasa sangat lelah, aku masih ingin tidur lebih lama.

Cahaya matahari masuk kedalam kamarku melalui lubang angin diatas jendela. Ku buka korden jendela, ternyata hari sudah siang, akuu menghirup udara dari jendelaku.

Ku langkahkan kaki menjuju jendela favoritku. Aku duduk di kursi panjang depan rak buku, dan ku arahkan pandanganku keluar jendela, disana sedang ada anak kecil bermain. Aku tersenyum melihat mereka bahagia.

Tok.. tok.. tok..

Seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku berjalan menuju pintu dan langsung membukakan pintu dan ternyata mama yang mengetuk pintu, Ia juga membawakan makanan untukku.

"Bangun jam berapa?" ,Mama.

"Cia baru saja bangun ma." Jawabku.

"Ini mama bawain makanan kesukaan kamu. Kamu makan dulu ya." Ucap mama sambil memberiku makanan yang ia bawa.

"Iya ma. Makasih." Jawabku sambil tersenyum.

Aku pergi kedalam, ku tutup pintu kamarku, aku tidak menguncinya. Ku letakan makanan yang ku bawa di atas meja belajarku. Aku kembali duduk disamping jendela dan melihat anak kecil yang sedang bermain lompat tali. Ingin sekali rasanya kembali ke zaman diamana aku masih kecil, yang hanya tau main dan makan. Aku tertawa dengan keinginanku untuk kembali kecil lagi.

Aku melangkahkan kaki menuju tempat tidurku. Aku mencari ponselku, sudah 4 hari aku tidak membuka aplikasi whatsapp.

"Akhirnya ketemu." Ocehku.

Ku nyalakan data seluler, banyak sekali pesan yang masuk. Teman kelasku menanyakan kabarku, Pamanku yang sama-sama suka naik gunung juga mengirim pesan padaku, dia tau perihal ditemukan jenazah di pos 5. Ku jawab satu persatu pesan yang masuk.

Ibu.

"Hello darling."

"How are you doing?"

"Bagaimana petulanganmu kali ini?"

"Bahagia selalu peri kecilku."

Cia.

"Halo bu, Cia lg duduk dan baru bangun tidur."

"Alhamdulillah, sangat menyenangkan."

Ibu.

"Oke darling."

Cia.

"Cia ada sesuatu buat ibu."

(Aku mengirimkan foto salam-salam untuk nya di puncak slamet. Tulisnya "My Mother Is My hero." (Ps : fotonya di di hp yang lama.))

Ibu.

"Thanks and i love you darling."

Cia.

"Love you too mom."

Dia ibuku. Ibu yang melahirkan, Malaikat bumi yang selalu menjagaku. Dia berada jauh dariku, Ia berjuang keras untuk membesarkan ku seorang diri. Sejak umur 3 tahun aku sudah harus berpisah dengan ibuku. Aku tidak pernah suka jauh darinya, tetapi ia memilih jauh dariku demi masa depanku.

Satu per satu pesan telah aku jawab. Aku menemukan pesan dengan nomor baru.

"Hay cia."

"Aku orang utan."

Aku berpikir sejenak. Mengingat siapakah dia dan aku ingat yang berbicara seperti itu adalah Danil yang bertemu denganku di Slamet. Dia sudah mengirimkan pesan dari kemaren padaku.

Cia.

"Danil ya?"

Danil.

"Iya. Dih lama jawabnya, kek masih dihutan aja."

Cia.

"Hehe baru sempet buka ponsel."

Danil.

" Orang sibuk nih. Simpan nomorku ya, ini temen-temen yang lain juga minta nomor kamu.

Aku menyimpan nomornya dan teman-temannya juga mengirimkan pesan, memintaku untuk menyimpan nomor mereka masing-masing.

Tiba-tiba mamaku masuk ke kamarku. Ia melihat ku dan melihat makanan yang ada diatas meja lalu mengambil nya. Aku takut mama marah, aku hanya terdiam melihat mama. Mama berjalan ke arahku dan duduk disebelah ku.

Mama menguapiku, aku tersenyum padanya.

"Bilang dong dari tadi kalo minta disuapin." ,Mama.

Aku hanya tersenyum. Ku nikmati suap demi suap dari tangan mama. Aku sangat rindu makanan seperti itu, ku letakan kepalaku di pundak mama. Dia mengelus-elus kepalaku.

"Ini habisin dulu, tinggal satu suap." ,Mama.

Aku langsung menghabiskan dengan cepat. Mama tertawa melihatku, Ia mencium keningku.

"Mandi sana, bau tau." Ejek mama.

"Iya nanti ih." Aku mulai jengkel.

"Masa cantik-cantik bau asem." Ejek mama lagi.

"Biarin." Judesku.

Mana keluar dari kamarku. Aku menghentikan langkahnya dan memeluknya dari belakang. Mama mengelus-elus tanganku.

"Mandiii." Ucap mama.

Aku mengangguk dan mama segera pergi dari kamarku.

Aku kembali duduk di jendela. Ku ambil novel yang belum selesai aku baca, aku lihat jam di atas meja sebelah kasurku. Jam menunjukan pukul 13.00.

"Hah. Udah jam segini?." Aku terkejut.

Aku langsung bergegas menuju kamar mandi. Aku melepaskan semua pakaianku, ku buka shower untuk membasahi tubuhku. Aku mengambil handuk yang tadi ku bawa dan langsung mengambilkan air wudhu.

Aku berjalan menuju kamarku, ku kunci pintu dari dalam kamarku. Aku mengambil pakaian dan langsung memakainya, ku ambil mukena yang tergantung di dalam lemariku. Aku melaksanakan sholat dhuhur dikamarku. Aku gantung kembali mukenaku dan meletakkannya kedalam lemari lagi.

Aku duduk di meja riasku. Aku bercermin lalu menyisir rambutku.

"Sudah lama sekali aku tidak duduk disini." Ocehku dalam hati.

Ku pakai skincare yang biasa aku kenakan, aku mengarahkan pandanganku ke seluruh sudut kamarku. Rasanya aku sangat merindukan kamar ku ini. Tempat ternyamanku, tempatku beristirahat, tempatku menangis. Semua barang yang ada di kamarku adalah saksi bisu tentang diriku.

Aku tersenyum kepada semua barang yang ada diruang kamarku.