Chereads / Diary Cia / Chapter 6 - Pulang

Chapter 6 - Pulang

26 Desember 2018.

"Pulang adalah tujuan utama dari sebuah petualangan. Pulang kembali menuju rutinitas harian yang mungkin sangat tidak diinginkan. Atau kembali kepada tempat nyaman kita."

-adpdita-

Pukul 01.00 kami berhenti di SPBU Purbalingga. Kami sangat lelah, hingga memutuskan untuk beristirahat sejenak di sana, kami berbaring di kursi taman SPBU dengan carrier sebagai bantal. Kami tidak mengobrol sama sekali, kami hanya menikmati nikmatnya rebahan sampai kami tertidur dengan pulas.

Suara adzan membangunkanku, aku membuka mataku dan langsung melihat jam ditanganku.

"Astaghfirullah, udah jam 04.15." Teriakku kaget.

Aku mengarahkan pandanganku ke teman-temanku yang sedang tidur. Mereka tidur dengan pulas sampai aku tidak tega untuk membangunkannya.

Aku pergi ke masjid yg jaraknya tidak jauh dari taman SPBU dan melaksanakan sholat jama'ah disana. Setelah aku kembali mereka sudah bangun.

"Cia, kamu habis dari mana?." Tanya Vania dengan khawatir.

"Aku habis dari masjid." Jawabku santai.

"Kenapa kamu tidak membangunkan kita?" Tanya Raffi dengan kesal.

"Tadi aku lihat kalian tidur dengan nyenyak. Aku tidak tega bangunin kalian. Maafin aku ya." Kataku dengan muka cemberut.

"Yauda tidak masalah. Kita sholat yuk, kamu tunggu disini dulu ya Ci. Jangan pergi kemana-mana." ,Dimas.

"Iya." Jawabku.

Aku menunggu mereka sholat, ku rebahkan tubuhku ke tempat tidurku tadi malam.

"Ahh, badanku pegal semua." Gerutuku dalam hati.

Ku penjamkan mataku, aku merilekskan tubuhku. Sampai mereka kembali dari masjid. Tanpa menunggu lama kami langsung bergegas pulang karena ini sudah sangat telat.

*****

Pukul 10.00 kami sampai dirumahku, aku turun dari motor tiba-tiba pintu rumahku terbuka, ternyata nenekku yang membukanya. Ia menatapku dengan perasaan senang karena aku sudah pulang. Kucium tangannya sambil mengucapkan salam.

"Assalamualaikum ma." Salamku. (Aku lebih suka memanggil nenekku dengan sebutan mama.)

"Wa'alaikumsalam." Jawab mama lalu memelukku.

Mama baru saja selesai masak sebelum kami sampai rumah. Kami-pun langsung makan masakan mama.

"Ah, mama tau aja kalo aku kelaperan." Ocehku dalam hati.

Mamaku mengambil piring yang telah ku isi nasi dengan lauk dihadapanku dan duduk disebelahku.

"Sini mama suapin." Ucapnya dengan mengodorkan sesendok makanan ke mulutku.

Ku nikmati suap demi suap makanan itu. Makanan kesukaanku, makanan yang tidak pernah aku temukan dimanapun kecuali di dapurku. Iya begitulah aku, anak pertama tapi manjanya sepertinya anak usia 5 tahun.

"Ma, aku mau juga disuapin." Rengek Vania yang duduknya didekatku.

"Ya sini, buka mulutnya." ,Mama.

Mama menyuapiku dan Vania, aku tidak memperdulikan siapapun kalau aku sedang disuapin mama.

Selesai makan kami mencuci semua peralatan kami. Sebenarnya kami sangat ingin beristirahat, namun kami malas kalau besok harus kumpul lagi buat mencuci peralatan. Jadi mau tidak mau kami mencuci hari ini juga.

Kami mencuci semua peralatan sambil bermain air. Membuat hujan dijalan dan sesekali menyiram salah satu dari kami dengan air dari selang.

"Alhamdulillah. Selesai." Ucap Dimas.

Sambil menunggu peralatan kering, mereka rebahan dan membuka ponsel mereka masing-masing. Aku pergi ke dalam menghampiri mamaku, ternyata ia sedang masak air untukku mandi. Aku-pun mandi dan memasukan bajuku kedalam mesin cuci. Ku rendam kakiku dengan air hangat, aku menghela nafas. Tanpa berdiam diri terlalu lama aku membersihkan seluruh tubuhku, dan segera menuju kekamarku.

Ku pakai baju yang ada di lemari pakaianku.

Ku lihat tempat tidurku, ingin sekali aku merebahkan tubuhku ke kasur tebalku. Aku melihat ke arah jendela, aku duduk di kursi dekat jendela dan memandang semua koleksi novel dan buku catatan harianku. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarku.

Tok.. Tok..

"Ciaa...." Ternyata itu mamaku.

Aku langsung membuka pintu.

"Ada apa ma?." Jawabku.

"Mama pikir kamu tidur." Ucap mama sambil mengelus-elus kepalaku.

Aku tersenyum dan pamit kepada mama untuk menemui teman-temanku.

Ternyata teman-temanku sedang merapihkan peralatan yang telah kering.

"Semangaaaattt!." Teriakku kepada tiga temanku.

"Iya deh yang udah mandi." Sambil sedikit kesal Raffi menjawabku.

"Siapin es dong." Rengek Vania.

Aku-pun menyiapkan minuman dingin untuk mereka.

Semua peralatan telah selesai kami rapihkan. Kami duduk mengelilingi minuman dingin yang tadi aku siapkan. Kami mengobrol banyak hal. Mereka juga menanyakan apa yang terjadi denganku. Aku menceritakan semua kejadian yang aku alami. Tentu saja mereka sangat kaget dan ketakutan.

"Waktu di pos 1 paman nungguin kita tau, dia juga yang memijit kakiku." Ceritaku.

"Hah? Paman?." ,Vania.

"Aku tidak melihat orang lain kecuali kita berempat." ,Raffi.

"Oh yang kamu teriak kesakitan itu?." ,Dimas.

Ternyata cuma aku yang melihat paman. Setelah selesai aku bercerita kami-pun tertawa membayangkan kisah kami. Kami tidak memikirkan soal hal itu, kami hanya tertawa dan bersyukur atas semua kejadian dan tanpa sadar kami mengobrol cukup lama.

Pukul 16.00 W.I.B teman-temanku pulang, aku langsung masuk ke kamarku. Ku letakan ponselku diatas kasurku, aku duduk didekat jendela dan melihat pemandangan disebelah kamarku. Tempat yang paling aku suka untuk membaca, aku melihat ke arah rak buku dihadapanku. Ku ambil buku harianku, ku bawa ke meja belajarku, aku tuliskan semua yang ku alami di buku kecil itu. Ku letakan pulpenku ke tempatnya, ku ambil bantal diatas kasurku, ku taruh bantal diatas meja untuk menaruh kepalaku. Aku membaca ceritaku, tanpa sandar aku mulai memejamkan mataku karena aku sudah sangat cape.

Mama menyelimutiku dengan selimut kesukaanku, tapi itu mengagetkanku dan membuatku terbangun.

"Mama." Ucapku dengan manja.

"Pindah tidur dikasur yuk." Ajak mama.

Aku berjalan menuju kasurku. Badanku terasa sangat pegal, aku membaringkan tubuhku lalu mama menjijat kakiku tanpa aku memintanya. Aku tertawa dan menahan sakit karena di pijit.

Mama memijatku sampai aku tertidur. Ia juga menyelimutiku dengan selimut tadi, Ia juga mencium keningku dan mengucapkan selamat tidur untukku.

"Selamat tidur sayangku."

Aku tersenyum mendengar kalimat itu. Tidurku terasa sangat nyenyak. Aku sangat bahagia.