Chereads / Diary Cia / Chapter 2 - Pendakian

Chapter 2 - Pendakian

24 Desember 2018.

"Mendaki gunung adalah pelarian terbaik saat keadaan hati sedang kacau. Memang masalah tidak akan selesai jika kita pergi mendaki gunung, tetapi kita bisa lebih bijak menghadapi masalah ketika mendaki gunung."

-adpdita-

"Ciaaa!" Teriak seorang wanita dari depan pintu rumahku. Jelas aku mengenali suara itu. Suara yang setiap hari bercerita kehidupan denganku. Siapalagi kalau bukan suara Vania sahabatku. Aku sudah tau dia akan datang, karena kita akan mendaki Gunung Slamet Via Bambang dengan dua teman laki-laki yang aku kenal di organisasi Pecinta Alam SMK N Bandung.

Aku tidak menghiraukannya, dihadapanku masih banyak perlengkapan pendakian yang harus dipacking ulang.

"Cia, aku mau pergi beli logistik kamu mau titip beli apa?" Teriak Vania yang sedang terburu-buru untuk pergi membeli perlengkapan logistik.

"Jangan teriak-teriak, ga enak sama tetangga sebelah."

"Aku udah beli logistik pribadiku. Udah sana kamu pergi beli logistik kelompok aja. Beli sesuai list ya, jangan sampai ada yang tidak terbeli." Ocehku pada Vania.

Aku kembali mempacking perlengkapan yang ada didepanku. Satu jam sudah berlalu, aku sudah selesai mempacking semua perlengkapan tetapi Vania belum pulang juga. Dan kedua temanku juga belum kerumahku, padahal 1 jam lagi kami harus sudah berangkat ke basecamp Bambangan.

"Mungkin aku istirahat dulu aja kali ya, sambil menunggu semua berkumpul." Kataku dalam hati.

Baru saja aku duduk, tiba-tiba Vania datang dengan semua barang belanjaan yang akan kami bawa.

"Dimas dan Raffi belum datang?" Tanya Vania padaku. Dimas dan Raffi adalah teman laki-laki yang akan ikut mendaki bersamaku.

"Belum." Jawabku.

Vania menghela nafas.

"Kita packing logistik aja yuk." Ajakku pada Vania.

Dengan semangat kami mempacking semua logistik. Vania juga bercerita padaku kalau tadi dia salah memanggil orang ditempat belanja, Ah dasar Vania emang suka begitu.

"Akhirnya selesai juga." Kata Vania.

"Eh, itu Dimas dan Raffi datang." Kataku sambil menunjuk kearah Dimas dan Raffi.

"Hay!" Sapaan dari Dimas dan Raffi.

"Yuk berangkat." Ajak Vania.

"Sebentar." Jawab Dimas.

Sebelum berangkat Dimas dan Raffi mengecek carrier yang kami packing.

"Yaps, kita berangkat." Teriak Raffi.

Pukul 16.00 kami berangkat dari rumahku menuju basecamp Bambangan. Jarak dari rumahku ke basecamp lumayan jauh,  memerlukan waktu kurang lebih 6 jam 5 menit.

Sesampainya di basecamp, hal yang pertama kami lakukan adalah sholat karena itu kewajiban setiap insan kapanpun dan dimanapun. Setelah itu kami melakukan aktivitas yang ingin kami lakukan masing-masing. Dimas dan Raffi memilih untuk ngopi didepan basecamp sambil bercerita diwarung, sementara aku dan Vania memilih untuk tetap didalam basecamp sambil menjaga barang bawaan kami dan mengobrol dengan salah satu pendaki yang berada di dekat kami.

Setelah puas bercerita aku dan Vania tidur. Baru saja kami merebahkan badan, Dimas dan Raffi kembali kedalam basecamp dan ikut tidur.

*****

Jam menunjukkan pukul 04.30 W.I.B, Aku terbangun dari tidurku karena suara adzan dan suhu yang sangat dingin.

"Bangun." Teriakku pada ketiga temanku.

"Ada apa cia? Aku masih ngantuk." Sahut Raffi, dan cuma dia yang menjawabku.

"Ayo bangun, udah subuh nih." Ajakku memaksa.

"Haaaa? Udah subuh?" Teriak Viana.

"Yuk ah, sholat." Jawab Dimas dengan nada ngantuk.

Kami berempat melaksanakan sholat jama'ah di masjid dekat basecamp, setelah selesai sholat kami pergi kewarung untuk sarapan.

Pukul 06.00 kami berempat melihat sunrise dari basecamp.

"Nikmat tuhan manalagi yang kau dustakan." Ocehku pada diriku sendiri.

"Alhamdulillah." Kata Vania yang mendengar ocehanku.

"Regist yuk, abis itu kita langsung naik." Ajak Dimas.

"Ayo!" Raffi menyetujui ajakan Dimas.

"Eh, tunggu. Kamu regist sama Vania aja mas, nanti aku sama Raffi packing ulang." Ujarku.

"Siap!" Teriak mereka bertiga.

Kami melaksanakan tugas kami masing-masing. Hingga pukul 08.30 semua tugas sudah selesai.

"Kita langsung berangkat?" Tanyaku pada mereka.

"Iya." Semua mengiyani pertanyaanku.

"Kenapa?" Tanya Vania padaku.

"Ngga papa." Jawabku pada Vania.

Sejujurnya hatiku saat itu sedang kacau sekali. Ini merupakan pendakian pertamaku pada ketinggian 3000mdpl. Aku merasa takut, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri waktu itu.

"Kita berdo'a dulu yuk, sebelum melaksanakan pendakian." Ajak Dimas.

Kami berempat langsung merapat, Dimas memimpin Do'a, setelah selesai Do'a kami mulai berjalan naik menuju pos 1.

Sekitar 45 menit kami naik, semua masih bersemangat untuk berjalan begitupun aku tetapi hatiku masih ketakutan. Sepanjang track aku mengucap istighfar dalam hati, sembari mengucap kata-kata untuk menyemangati diriku sendiri.

"Lah ko gerimis?" Vania kaget.

"Cuaca emang sulit ditebak seperti wanita." Teriak Raffi yang ada di barisan paling belakang.

"Y." Jawabku dengan nada judes.

Dimas yang ada di barisan depan mengamati keadaan sekitar.

"Eh itu gardu pos 1 sudah terlihat, sebelum hujan lebat sebaiknya kita bergegas cepat menuju kesana." Perintah Dimas.

Dengan cepat kami melangkah menuju gardu pos 1. Jam menunjukan pukul 10.00 ketika kami tiba di pos 1, baru saja kita duduk hujan deras beserta petir datang. Aku hanya duduk terdiam ketakutan, aku berfikir dari pada aku duduk dengan rasa takut lebih baik aku menajak Vania untuk pergi kewarung dekat samping gardu pos 1.

"Vi, kita ke warung yuk, ngopi sambil ngobrol gitu." Ajakku.

Tanpa suara Vania langsung merangkul bahuku dan pergi kewarung.

"Pak, kopi." Teriak kami berdua.

"Okeh, ditunggu neng, duduk dulu."

Sambil menunggu kopinya jadi aku memandangi derasnya hujan. Tiba-tiba seorang bapak yang merupakan pemilik dari warung itu menaruh kopi didekatku.

"Panggil aku paman, jangan takut. Alam tidak akan melukaimu, jika kamu menjaganya. Lagipula alam adalah guru terbaik bagi kehidupan kita." Kata pemilik warung itu.

Aku hanya tersenyum kepada paman, ketakutan mulai menghilang hingga akhirnya aku melontarkan pertanyaan yang ingin ku dengar jawabannya dari paman itu. Paman menjawab semua pertanyaanku, dan menceritakan kehidupan dia.

Aku, Vania dan paman sedang tertawa lepas, berbagai pengalaman. Tertawa tanpa ada kepura-puraan, hal seperti itulah yang tidak aku dapatkan di kota. Orang seperti paman yang jarang aku temui di kota. Baru saja kami bertemu, rasanya perbincangan kami hanggat sekali layaknya orang yang sudah lama ku kenal.

Tak terasa jam menunjukkan pukul 14.00. Hujanpun sudah reda. Aku dan Vania berpamitan pada paman sambil tertawa bahagia. Kami berdua langsung menunju gardu, ternya Dimas dan Raffi sedang tidur.

"Bangun, Tidur mulu." Teriakku

"Ayo, kita naik lagi, hujan sudah pergi." Ujar Vania.

Dimas dan Raffi terbangun. Kami mengangkat carrier kami masing-masing. Kami berjalan menuju pos 2, untuk mencapai tempat kami bermalam yaitu dipos 5.

Kami satu rombongan lewat depan warung paman.

"Semangat keponakanku, besok pulang mampir nanti paman gratisin mendoan anget pos 1 Gunung Slamet via Bambangan." Teriak paman.

"Siap!." Jawabku dan Vania sambil tersenyum.

Dimas dan Raffi kebingungan mendengar kata-kata paman. Sambil melangkah kaki, Aku dan Vaina menceritakan semua yang kami lakukan ketika diwarung pada mereka. Dimas yang berada dibarisan paling depan tertawa sambil memastikan jalan, Dibarisan kedua ada Vania, dibarisan ketiga ada aku, dan yang terakhir Raffi sebagai sweeper perjalanan kami.

Kami berjalan dengan pelan dan hati-hati karena track yang kami lalui sangat licin akibat hujan tadi. Ketika kami sedang berjalan, tiba-tiba aku terpeleset karena carrierku yang berat dan tubuhku mulai cape. Melihatku terpeleset, teman-temanku meneretawakanku, malahan Raffi mengabadikan moment itu dan membuat video.

"Kepleset ya mba,haha." Ejek Raffi.

"Tumbuh tuh keatas, jadi ngga kalah tinggi dengan carrier yang dibawa." Ejek Vania.

"Ulang dong aku ngga lihat,haha." Ejek Dimas.

"Ah, sudahlah ayo jalan lagi." Teriakku dengan kesal.

Pos 1 sampai Pos 2 = 60 menit (1jam).

Pos 2 sampai Pos 3 = 45 menit.

Pos 3 sampai Pos 4 = 30 menit.

Pos 4 sampai Pos 5 = 30 menit.

(Jadi sekitar jam 05.00 sore kami sampai ditempat camp yang kami inginkan yaitu pos 5)

*****

"Alhamdulillah sampai pos lima." Ucap kami bersyukur pada Allah.

Sesampainya di pos 5 kami mencari tempat yang bisa untuk mendirikan tenda dengan aman. Dan kami menemukan tempat yang sesuai untuk mendirikan tenda. Kami melaksanakan ibadah sholat, menjamak sholat dhuhur dan ashar. Cara kami mensucikan diri dengan tayamum, karena kami belum tau dimana sumber airnya.

Tenda telah kami bangun bersama. Raffi dan Dimas pergi mencari sumber air, Aku dan Vania memasak. Tiba-tiba aku terkagetkan melihat jam tanganku, jam menunjukkan pukul 17.50 Dimas dan Raffi belum kembali, aku cemas tapi aku tidak mengatakan apapun pada Vania.

10 menit kemudian Dimas dan Raffi datang. Aku menghela nafas, merasa lega, Aku dan Vania melanjutkan masak. Sementara Dimas Dan Raffi langsung sholat magrib karena dia sudah berwudhu disumber air. Selesai masak aku dan Vania sholat, dilanjutkan dengan makan. Kami menghabiskan semua makanan yang sudah kami masak.

Setelah merasa kenyang kami bercanda didalam tenda, bermain ludo. Tak terasa sudah jam 21.00 malam, kami memutuskan untuk sholat jama'ah diluar tenda dengan beralaskan mantel.

"Main lagi yuk." Ajak Raffi.

"Enggalah, aku mau tidur." Aku menolak.

Vania dan Dimas-pun menggelengkan kepala. Kami menempatkan diri untuk tidur. Ketika semua sudah tidur, dan hanya aku yang belum tidur. Aku menangis, entahlah hal yang ingin aku lakukan hanya menangis dan merenungi semua beban yang ada di pundak ku, sampai aku tertidur dengan sendirinya.