Yuri hanya melambaikan tangannya saja sambil berlalu keluar dan tidak sengaja berpapasan dengan salah satu pria dari dua pria tersebut tanpa saling menyapa. Tapi, tatapan matanya selalu tidak pernah bersahabat dan terlihat begitu dingin dipandangan Yuri.
"Aneh sekali dia, meskipun kita sudah saling kenal sejak kecil ditempat ini, tatapan masih seperti itu. Seperti tidak ada semangat untuk hidup saja," gumam Yuri.
******
******
Seperti biasanya, Yuri berangkat kerja dengan berjalan kaki melewati trotoar yang ramai dengan orang-orang pekerja sama seperti dirinya.
"Hai," ucap Yuri menyapa seseorang yang dikenalnya.
"Halo, Yuri," balas asal suara tersebut.
"Jangan lupa ya, aku minta tolong sampaikan ke bos, seperti biasa," ucap Yuri.
"Oke, aku sudah mengerti tentang itu, tenang saja. Tapi, kapan-kapan traktir aku," ucap asal suara yang tidak lain adalah rekan kerja paruh waktunya di Cafe.
"Apa kau mendengar berita pagi ini, Yuri?" tanya rekan kerjanya tersebut.
"Berita apa, Tom. Aku belum mendengarnya, kau tahu sendiri aku tinggal dimana," ucap Yuri.
"Tapi kau masih punya AD, bagaimana sih," ucap Tom memberikan kritik kepada Yuri.
"Ah ... hal-hal seperti itu akan mengganggu konsentrasiku dalam bekerja saja nanti. Aku pun terkadang bangun lebih awal bukan karena alarm, melainkan suara Lune," ucap Yuri.
* AD atau yang dapat disebut sebagai Augmented Device adalah pengganti smartphone dikarenakan adanya pembatasan pemakaian teknologi yang berlebihan dampak dari pecahnya perang 10 tahun lalu.
"Ada kasus perampokan terjadi, dan kalau tidak salah lokasi kejadiannya berada tidak jauh dari tempat kau kerja pagi ini. Apa kau akan baik-baik saja nanti?" ucap Tom memberi peringatan kepada Yuri.
"Tenang saja," ucap Yuri meremehkan perkataan Tom.
"Kau ini," ucap Tom sembari merangkul Yuri rekan kerjanya tersebut.
Yuri dan Tom sudah lama saling mengenal, dari pertama kali Yuri mendapatkan kerja paruh waktunya di salah satu Cafe dikotanya tersebut, Tom ditunjuk sebagai penanggung jawab atas pekerjaan Yuri selama proses magang.
"Baiklah, sampai bertemu nanti sore, bye," ucap Tom sembari menepuk pundak Yuri saat mereka berada dipersimpangan.
"Oke," ucap Yuri singkat.
Yuri pun melanjutkan perjalanannya ke tempat kerja paruh waktunya untuk pagi ini, yaitu sebuah swalayan retail yang menjual kebutuhan sehari-hari. Meskipun Yuri tidak terlalu memperdulikan perkataan Tom, Yuri tetap memikirkan kejadian yang dibicarakan tersebut.
"Mudah-mudahan tempat kerjaku akan selamat dari musibah pagi ini, kalau tidak aku akan mencari tempat pekerjaan lain kembali. Tapi, apa mungkin hal itu dapat terjadi," gumam Yuri.
Tidak berapa lama Yuri pun sampai ke tempat kerja paruh waktunya yang pertama.
"Selamat pagi," ucap Yuri.
"Pa-Pa-Pagi, Yuri," ucap Charlotte yang bertanggung jawab atas operasional dari cabang swalayan retail Mart'n Friends dengan grogi.
"Aku ke ruang utama dulu, ya." Ucap Yuri sembari melangkah pergi melewati Charlotte yang hanya bisa untuk menganggukkan kepalanya saja tanpa berkata sepatah kata apapun sembari membalikkan tanda OPEN di pintu masuk.
Mart'n Friends termasuk salah satu perusahaan retail terbesar yang pusatnya berlokasi di zona hijau, dan memiliki 20 cabang. Salah satunya adalah tempat Yuri mendapatkan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya maupun membantu ibu angkatnya dalam mengurus tempat penampungan mereka agar tetap berjalan dengan baik, disamping bantuan dari beberapa donatur yang berbaik hati. Charlotte adalah pimpinan di tempat tersebut yang bertanggung jawab atas kelancaran operasionalnya.
"Baiklah, Char. Silahkan beristirahat. Biar aku yang menangani selebihnya," ucap Yuri setelah berganti pakaian tugasnya.
"Ba-Ba-Baik," ucap Charlotte singkat sembari berlalu dari Yuri dan masuk ke ruangan kerja utama.
Toko retail tempat Yuri sendiri tidak begitu buruk, Yuri merasa nyaman untuk bekerja disini. Selain gaji yang cukup, waktunya pun tidak terlalu mengganggu aktivitas lain, selain itu ada ruang kerja utama untuk beristirahat sejenak.
"Aku sungguh tidak nyaman dengannya, apa dia masih teringat dengan kejadian tempo hari," gumam Yuri mencoba menebak tindakan yang tidak biasanya dari Charlotte.
Tidak lama pintu toko pun terbuka oleh konsumen yang ingin membeli.
"Selamat datang," ucap Yuri.
"Bagaimanapun aku ini masih laki-laki normal. Huuuhhh," gumam Yuri sembari menghela nafasnya.
******
******
"Keadaan sudah aman sekarang, lebih baik aku masuk dari pintu belakang," gumam pria yang berpapasan dengan Yuri saat mau pergi berangkat kerja tadi pagi.
Meskipun memiliki tubuh tegap dan berisi, kelihatannya tidak begitu dengan isi kepalanya. Kondisi jalan yang ramai dengan orang-orang berjalan, dia tetap saja berjalan dengan mengendap-endap secara perlahan menuju ke tempat kerja Yuri.
Sesekali ia menyembunyikan dirinya di tempat-tempat yang tentu saja masih banyak orang yang dapat melihatnya.
"Kenapa dia?", "Apa yang dilakukannya?", "Sungguh memalukan.", "Apa tidak ada hal lain yang bisa dilakukan." begitulah berbagai ucapan-ucapan orang-orang disekitarnya tanpa ia sadari.
"Oke, aman. Pelan-pelan, pelan-pelan. Pintu belakangnya sudah mulai terlihat," gumam dirinya.
Berhubung dengan adanya kejadian perampokan pagi ini, tentu saja pasukan MOP tidak ada yang melakukan patroli disekitar toko retail tersebut. Dikarenakan, semuanya dipanggil untuk menuju lokasi kejadian. Maka, dengan leluasa si pria itu terus berjalan mendekati pintu belakang tempat Yuri bekerja dengan sesekali melihat kondisi di sekelilingnya. Yang ia tidak sadari adalah Charlotte sedang beristirahat di ruang kerja utama yang memiliki akses langsung ke pintu belakang toko retail tersebut.
Hanya tinggal beberapa meter saja pria tersebut akan masuk ke dalam tempat kerja Yuri, tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang tidak dikenal sambil berkata, "Ada perlu apa kau kemari."
Dengan muka pucat dan mulai merasa kebingungan, si pria tiba-tiba saja berlari menjauhi orang yang menegurnya tadi agar tidak ketahuan jati dirinya. Meskipun sebetulnya, dengan postur tubuh dan banyaknya warga yang beraktivitas, tentu hal itu sangat mustahil.
"Hoooiiiii, tungguuuuu!!" teriak pria satunya lagi meskipun yang ditegurnya tersebut sudah menghilang dari pandangannya.
"Dasar orang aneh, mengganggu saja ... kalau begini aku tidak bisa melakukan pekerjaanku. Sebentar lagi bos akan meneleponku. Kalau tidak aku tegur dan usir, malah orang-orang akan curiga," ucap si pria yang menegur tersebut.
"Gara-gara dia nanti bisa jadi heboh dan ramai dengan masyarakat, akibatnya wajahku akan terekam kamera CCTV," ucapnya lagi sembari masuk kembali ke mobilnya.
Tidak berapa lama, alat komunikasi pria tersebut berbunyi.
"Halo, Bos. Aku sekarang lagi di Mart'n Friends untuk membeli minuman dingin dulu, bagaimana---" ucap pria tadi yang langsung dipotong pembicaraannya.
"Mart'n Friends dimana?" tanya bosnya dengan tergesa-gesa.
"Apa kau baik-baik saja, Bos? Mengapa terdengar banyak sekali suara tembakan, Bos?" ucap pria tadi sembari bertanya karena heran dengan situasi yang hanya bisa didengarnya.
"Mart'n Friends dimana kampret, jawab cepat!!" teriak bosnya.
"Mart'n Friends tidak terlalu jauh dari tempat penampungan, Bos," ucap pria tadi.
******
******
Charlotte hanya bisa duduk sembari menutup wajahnya dengan menunduk di meja kerjanya karena masih merasakan gugup saat bertemu dengan Yuri beberapa saat lalu.
"Mengapa aku ini? Dia 'kan sudah menolakku, tapi ... mengapa aku masih saja merasa gugup ketika berada didekatnya," ucap Charlotte pelan.
Begini ceritanya ...
Beberapa tahun lalu, setelah Yuri mendapat rekomendasi untuk dinaikkan menjadi karyawan tetap dengan waktu kerja tidak penuh atau seperti biasanya, Charlotte pernah mengungkapkan perasaannya ke Yuri. Namun, ditolak. Hal ini disebabkan, Yuri belum begitu memikirkan hal-hal seperti itu karena masih memikirkan untuk mengurus ibu angkatnya yang telah dianggap sebagai ibu kandung, serta keadaan tempat penampungan itu sendiri. Sejak hari itu, Charlotte selalu bersikap grogi dan gugup, serta tidak tahu bagaimana harus bersikap di depan Yuri.
Setiap hari Yuri datang untuk melakukan pekerjaannya, Charlotte selalu bersikap seperti itu. Ia tidak merasa kesal, marah, jengkel, maupun kecewa terhadap penolakan Yuri tersebut. Bahkan, pada hari itu air matanya menetes perlahan dari matanya seakan-akan merasakan kehilangan orang yang begitu penting dari hidupnya untuk selama-lamanya.
"Maafkan aku Char ... untuk sekarang aku tidak bisa dan tidak mau memikirkan hal-hal seperti itu," ucap Yuri mencoba memberikan penjelasan yang masuk akal bagi dirinya.
"Hiks, hiks," Charlotte mulai meneteskan air matanya.
"Hei, hei, kau tidak apa-apa ... kenapa kau seperti ini, Char?" ucap Yuri bingung sembari bertanya dan memegang ke dua pundak Charlotte.
Yuri pun pada akhirnya hanya bisa terdiam dan bingung melihat situasi yang ada dihadapannya.
"Hhhmmmm ... Kepala Cabang Katharina Charlotte, ada apa dengan dirimu," ucap Yuri pelan sambil tersenyum menyebutkan nama lengkap Charlotte.
Charlotte dengan seketika tambah merasa malu yang sangat luar biasa. Tanpa basa-basi, tiba-tiba saja Charlotte pun berlari dan tidak kembali pada hari itu meninggalkan Yuri dengan penuh rasa bersalah, dan kebingungan melihat Charlotte. Hal ini dikarenakan, otomatis Yuri harus libur bekerja di Cafe sebab harus menjaga toko retail tersebut sampai Charlotte kembali. Sebab, kunci utama toko retail tersebut pergi bersamaan dengan Charlotte yang pada keesokan harinya baru kembali.
"Aaahhhh!!" teriak Yuri teringat bahwa ia akan bekerja lembur menunggu toko retailnya semalam suntuk karena kunci terbawa oleh Charlotte.
Charlotte tidak pernah suka apabila orang yang tidak dikenalnya memanggil namanya dengan lengkap. Apabila itu Yuri tidak masalah karena berhubungan dengan masalah pekerjaan, tapi Charlotte sendiri sudah pernah menyinggung untuk tidak memanggil dirinya dengan nama lengkap. Itu membuat dirinya malu.
Begitulah kejadian tempo hari yang dimaksud dengan Yuri sebelumnya ...
"Sungguh memalukan," ucap Charlotte pelan.
"Aahhhh ... memalukan sekali diriku ini," ucap Charlotte lagi.
"Mau berapa lama kau begini terus, Char. Fokus ... fokus, pekerjaan menunggu dan laporan ini harus disiapkan untuk rapat pimpinan kepala cabang bulan depan," gumam Charlotte sambil menepuk ke dua pipinya agar dapat kembali semangat.
******
******
"Kringg!! krinnggg!!" bunyi alat komunikasi si pria yang menunggu diparkiran tersebut.
"Ada apa, Bos?" ucap si pria yang ternyata adalah bagian dari komplotan para perampok toko perhiasan.
"Siap-siap, aku dan yang lain akan segera sampai disana. Segera kau hidupkan mesin mobilnya, kita tidak punya waktu lama," ucap bosnya yang sangat jelas sekali terdengar bunyi suara tembakan dan sirine mobil pasukan MOP.
"Baik, Bos!" balas si pria tadi langsung menutup alat komunikasinya.
"Kelihatannya sangat gawat, aku harus bertindak cepat," ucap si pria tadi.
Tidak berapa lama datang sebuah mobil yang sudah terdapat banyak lubang peluru dimana-mana, kaca mobilnya sebagian juga sudah ada yang pecah, ditambah kondisi para penumpang didalamnya sudah ada yang terkena luka tembak dan tidak sadarkan diri. Sementara, tidak jauh dari mobil tersebut ada kendaraan pasukan MOP yang berada dibelakang untuk mengejar mobil tersebut.
"Itu tempatnya, segera lemparkan bom asap untuk menghalau pasukan MOP, Bram, dan sang hantu tersebut agar kita bisa berpindah kendaraan ... dan tinggalkan saja mereka disini," ucap pimpinan kawanan perampok tersebut sembari menunjuk ke arah istri dan anak pemilik toko perhiasan yang mereka rampok.
"Apa yang kau lakukan, jangan kau lakukan itu bodoh!!!" teriak pimpinan saat melihat salah satu anggotanya melepaskan kaca belakang mobil yang sebagian sudah retak karena tembakan untuk menembakkan RPG ke arah mobil MOP.
"Maaf, Bos," ucap anggotanya tersebut.
Keadaan semakin kacau, banyak masyarakat yang beraktivitas, jalan yang ramai dengan kendaraan yang melintas jalan tersebut, ditambah dengan suara tembakan dan rencana yang gagal membuat pimpinan kawanan perampok tidak bisa mengatur para anggotanya. Namun, hanya dengan sebuah butir peluru .357 Magnum memecahkan ban mobil kawanan perampok, akhirnya jari anggota kawanan perampok yang tidak jadi menembakkan RPG tetap menarik pelatuk tersebut dan pelurunya malah mengarah ke arah parkiran Mart'n Friends.
"Oh, sial!" ucap si pria diparkiran, pimpinan kawanan perampok, kapten Philip, dan Bram yang melepaskan tembakan tersebut.
Dan, bisa dibayangkan. Peluru RPG menghantam dinding Mart'n Friends. Seketika asap hitam muncul, api berkobaran, bangunan Mart'n Friends hancur dan sebagian terbakar, dan warga masyarakat yang berada di sekitar ada yang mengalami luka-luka akibat efek ledakan tersebut meskipun tidak terlalu parah, termasuk si pria yang ada diparkiran (yang ternyata selamat setelah ia berhasil dengan tanggap memundurkan kendaraan yang telah ia nyalakan mesinnya dari tadi, meskipun bagian depan mobil penyok dan sedikit mengeluarkan asap, dan kaca depan mobilnya pecah).
Akhirnya mobil bos kawanan perampok sampai ke tempat si pria tadi dan bersiap berpindah kendaraan sembari memberikan instruksi kepada para anggotanya untuk mengambil posisi dan melemparkan bom asap.
"Lemparkan bom asap, kau dan kau segera pindahkan barangnya ke mobil yang satunya ... kau, kau, kau dan kau ambil posisi untuk menahan sementara pasukan MOP tersebut, ayo cepat," ucap pimpinan kawanan perampok memberi perintah kepada para anggotanya.
Kepulan asap hitam akibat ledakan dari RPG yang salah meluncur tersebut menambah irama peperangan kecil antara gabungan pasukan MOP dan Bram. Sementara, sang hantu terpisah karena tanpa diduga ternyata ada mafia yang membantu pelarian para kawanan perampok yang hampir saja tertangkap.
"Tinggalkan saja mereka, ayo cepat pergi dari sini," ucap pimpinan kawanan perampok tersebut kepada para anggotanya yang sibuk melepaskan tembakan ke arah pasukan MOP.
"Ayo cepat, Arrgghhhhh ...." Teriak pimpinan kawanan perampok itu lagi sebelum akhirnya peluru kaliber .357 Magnum milik Bram bersarang di kepalanya.
******
******
"Ada apa ribut-ribut di-di luar, Yu-Yuri?" tanya Charlotte mendadak dan membuat kaget Yuri, namun langsung grogi ketika melihat wajah Yuri.
Yuri yang terkejut pun tidak tahu harus menjawab pertanyaan Charlotte atau harus menghindari sebuah peluru RPG yang terbang dan sedang mengarah ke tempat kerja mereka, dan di saat itu mereka berdua tepat berada pada jangkauan ledakan.
Tanpa basa-basi, Yuri langsung meloncat dari tempat kasir dan merangkul Charlotte menuju ke ruang kerja utama. Dan, tepat pintu ruang kerja tersebut tertutup.
Ledakan terjadi.
"Untung saja masih selamat ... Arrggghhh, kakiku," gumam Yuri yang ternyata kakinya tertimpa reruntuhan bangunan Mart'n Friends.
"Kau tidak apa-apa, Char ... Char, Char," ucap Yuri melihat kondisi Charlotte yang tidak sadarkan diri sambil menepuk pipinya.
Yuri berusaha bangkit dan segera mencari tempat yang lebih aman meskipun kondisi dan situasi memang sudah tidak menguntungkan bagi mereka berdua.
"Ughhh, Ughhhuu, Uhhuuukkk," Charlotte terbatuk dan mulai mendapatkan kesadarannya kembali.
"Yuri, Yuri, ka-kau tidak apa-apa, Akkhhhh ... kaki, kakimu," ucap Charlotte terbata-bata setelah melihat kaki Yuri yang tertimpa reruntuhan bangunan.
Yuri hanya bisa tersenyum karena akhirnya Charlotte kembali sadar dan tidak mengalami luka yang serius.
"Kau tidak apa-apa, Char?" ucap Yuri sembari berdiri dari posisi yang menurutnya sangat tidak tepat meskipun pada keadaan seperti ini.
"Yuri, Yuri," gumam Charlotte.
Tanpa diduga Charlotte tersebut menarik kerah baju seragam kerja yang dipakai Yuri sehingga Yuri kembali terbaring dengan posisi di atas Charlotte dan tidak dapat bergerak sama sekali karena tiba-tiba saja tangannya memeluk erat tubuh Yuri.
"Tetaplah seperti ini untuk beberapa saat lagi, aku mohon, Yuri," bisik Charlotte ditelinga Yuri.
"Huuhhh," gumam Yuri singkat heran.
"Charlotte ... situasi kita ini lagi tidak bagus, kita tidak tahu apakah kita bisa selamat atau tidak dari dalam bangunan ini," ucap Yuri mencoba untuk menjelaskan.
Charlotte pun tersenyum kecil dan tidak mendengarkan perkataan Yuri. Malah Charlotte semakin erat memeluk tubuh Yuri.
"Ini sungguh merepotkan ... kakiku, bersabarlah sebentar lagi, mudah-mudahan tuanmu ini berhasil selamat dan mengobati dirimu," gumam Yuri bercanda sembari melihat kondisi kakinya tapi ia tidak bisa meninggalkan Charlotte yang bertindak sesuka dirinya.
Tidak berselang lama kemudian, mereka berdua pun kehilangan kesadaran karena kurangnya pasokan oksigen dan terlalu banyak menghirup asap dari kebakaran tersebut.
******
******
Selang beberapa menit, keadaan mulai bisa dikendalikan oleh pasukan MOP. Tenaga medis dan petugas pemadam kebakaran pun langsung bertindak cepat. Akibat dari tewasnya pimpinan mereka, kawanan perampok yang lain langsung menyerahkan diri mereka dan tidak ingin melakukan perlawanan lebih jauh lagi.
"Ada orang disini!!" teriak petugas pemadam kebakaran dari dalam Mart'n Friends.
Kapten Philip, Bram, dan beberapa anggota MOP serta tenaga medis segera bergerak ke arah sumber suara dan melihat ternyata benar ada orang di dalam bangunan toko retail atau swalayan Mart'n Friends tersebut.
"Ayo cepat bergerak, segera evakuasi mereka berdua!!" teriak Kapten Philip memberikan perintah.
"Syukurlah mereka berdua masih selamat," ucap Kapten Philip lagi sembari menepuk bahu Bram yang tidak dapat berkata apa-apa melihat siapa orang yang dimaksud tersebut.
Bram pun hanya bisa menggarukkan kepalanya sembari pergi menjauh dari tempat tersebut dan meninggalkan Kapten Philip.
"Kalau sampai dia tahu, pasti akan sangat merepotkan nantinya," ucap Bram terkejut dengan apa yang dia lihat.
******
******
Tanpa mereka sadari, CCTV di dekat Mart'n Friends tempat kerja Yuri tersebut kembali menyala.