"Aku sudah berada 500 meter dari lokasi kejadian, dan dari sini sudah cukup bagiku untuk mendapatkan visual yang bagus untuk menghabisi mereka semua," ucap sang hantu.
"Baiklah, laksanakan sesuai dengan rencana," ucap sebuah suara dari balik earphone sang hantu.
******
******
"Arrgggghhhh!!" teriak anggota kawanan perampok yang berada di sebelah sandera tumbang.
"Arrgggghhhh!!" teriak anggota kawanan perampok lainnya
"Berlindung," ucap pimpinan kawanan perampok memberikan perintah karena terkejut dengan kejadian yang menimpa dua orang anggotanya tersebut.
Sebelum kawanan perampok toko perhiasan tersebut melaksanakan pelarian mereka, dua peluru .338 Lapua Magnum telah bersarang di kepala masing-masing anggota kawanan perampok yang berada di sebelah masing-masing sandera.
* Senapan runduk AWM (Arctic Warfare Magnum) diproduksi oleh Accuracy International sebuah perusahan senjata Inggris tepatnya di Portsmouth, Hampshire, England. Senapan ini juga dikenal dengan nama AWSM (Arctic Warfare Super Magnum) menggunakan peluru .338 Lapua Magnum.
Dua anggota kawanan perampok terbujur kaku ditempat dengan tembakan tersebut. Dikarenakan, ia menggunakan silincer maka pimpinan kawanan perampok dan para pasukan MOP tidak ada yang tahu tentang penembakan tersebut. Terlebih penembakan tersebut berlangsung dengan sangat cepat dan hanya meninggalkan dua buah lubang di kaca toko perhiasan tersebut.
* Peredam suara, peredam bunyi, silencer, atau suppressor adalah sebuah alat yang dipasang pada atau bagian dari laras senjata api untuk mengurangi suara dan kilatan cahaya yang dihasilkan dari tembakan.
"Dia telah tiba rupanya. Kau ... hubungi nomor ini, dan beritahukan bahwa sang hantu telah tiba," ucap pimpinan kawanan perampok kepada salah satu anggotanya sembari melempar secarik kertas yang berisikan sebuah nomor.
"Baik, Bos," ucap anggotanya tersebut.
Ternyata, pimpinan perampok merasa khawatir dengan keberadaan sang hantu yang telah diperingatkan oleh klien mereka saat bertransaksi senjata api untuk melakukan perampokan hari ini. Beruntung pimpinan kawanan perampok tersebut masih menyimpan nomor klien mereka.
"Minimalkan pergerakan kalian semua, jangan ada yang bergerak dengan gegabah. Apabila kalian tidak ingin mati ditempat ini, paham!!" ucap pimpinan kawanan perampok.
"Baik, Bos," ucap seluruh anggotanya.
Pimpinan kawanan perampok tersebut sedikit cemas dengan nyawanya dan berusaha untuk berpikir keras agar dapat melarikan diri dari tempat tersebut. Dia melihat para pasukan MOP telah bersiaga dan berada dalam posisi siap tembak ke arah mereka. Sementara, keberadaan sang hantu belum dapat diketahui secara pasti.
"Bos, terkait ... aaarrggghhhh!!" teriak salah satu anggota kawanan perampok.
Di saat salah satu anggota kawanan perampok hendak melapor ke pimpinan mereka terkait perintah sebelumnya, ia lupa bahwa bos mereka untuk bergerak hati-hati dan bersembunyi untuk tidak menunjukkan diri mereka dengan jelas. Namun, hal tersebut terlambat.
"Sial," gumam pimpinan kawanan perampok tersebut.
"Setidaknya dia sudah berhasil menghubungi mereka, apapun keputusan mereka itu akan bergantung terhadap apa yang terjadi pada kami," gumam pimpinan kawanan perampok itu lagi.
Tiba-tiba pemimpin kawanan perampok mendapatkan sebuah ide yang patut untuk dicoba agar dapat keluar dari tempat tersebut. Daripada menunggu lebih baik ia mengambil tindakan cepat sebelum semuanya sia-sia.
"Kalian berdua, lemparkan bom asap ke arah depan dan belakang mobil pelarian kita, setelah itu tanpa membuang waktu kalian semua langsung masuk ke mobil, aku akan berada diposisi belakang kalian," ucap pimpinan kepada para anggota kawanan perampoknya.
Anggota kawanan perampok pun hanya menganggukkan kepala mereka tanda setuju dengan apa yang diperintahkan oleh pemimpin mereka.
"Drrttt ... drtt," tiba-tiba alat komunikasi pimpinan kawanan perampok bergetar, hal ini dikarenakan rupanya pimpinan kawanan perampok bersenjata api tersebut dihubungi oleh klien mereka yang ternyata adalah gembong mafia.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya sebuah suara tersebut yang ternyata adalah mafia, rekan kerja para perampok tersebut.
"Sungguh tidak menguntungkan bagi kami. Apa bisa kau membantu kami keluar dari masalah ini ... akan aku bagikan 20% dari hasil rampokan kami," ucap pimpinan kawanan perampok.
"Baiklah, aku sudah memperingatkanmu sebelumnya untuk berhati-hati kalau ingin melakukan kejahatan skala besar seperti yang sekarang kau lakukan. Dengan 20% dan hubungan baik kau dengan kami, maka aku akan membantu kalian," ucap mafia itu lagi.
"Terima kasih, lalu bagaimana sekarang?" tanya pimpinan kawanan perampok tersebut.
"Karena hal ini bersifat mendesak dan tiba-tiba, akan aku coba sesuatu hal. Yang jelas, setelah komunikasi ini akan ada tanda, dan jangan banyak berpikir. Ketika tanda itu muncul apapun bentuknya, kau langsung pergi ke mobil yang telah disediakan dan segera kabur," ucap mafia itu lagi dan memutuskan saluran komunikasi mereka.
Pimpinan kawanan perampok pun hanya pasrah dan menunggu akan datangnya tanda yang disebut oleh mafia tersebut. Karena, semakin lama mereka tinggal maka hasilnya pun akan sama saja, ditangkap atau menjemput ajal.
"Baiklah, semuanya ... dengarkan. Apabila ada tanda apapun itu bentuknya, lemparkan bom asap dan kita mulai bergerak," ucap pimpinan kawanan perampok tersebut kepada para anggotanya.
"Baik, Bos," ucap seluruh anggota komplotannya.
******
******
Bram heran dan mulai kebingungan dengan sikap para kawanan perampok yang masih berada di dalam toko perhiasan, padahal apa yang mereka minta telah disediakan oleh pihak MOP. Hal ini tentu akan menyulitkan proses evakuasi para sandera dan membuang-buang waktu dengan percuma, sementara para pasukan sedang menunggu instruksi untuk melakukan penyelamatan dan penyergapan.
"Jangan-jangan dia telah datang," ucap Bram sembari berlari menuju ke tempat Kapten Philip berada.
Tidak berapa lama Bram sampai ditempat Kapten Philip berada dan memaksa Kapten tersebut untuk segera mengambil tindakan cepat agar situasi tidak semakin memburuk. Terlebih lagi dengan kehadiran sosok yang paling tidak mau dipikirkan oleh Bram.
"Apa betul Bram, kau tahu darimana?" tanya Kapten Philip ragu.
"Apa kau punya buktinya?" lanjut Kapten Philip memberikan pertanyaan.
Membuktikan sosok yang tidak terlihat dengan jelas didepan mata bukanlah suatu hal yang mudah dan masuk akal, meskipun demikian Bram sudah memiliki dasar dan alasan mengapa Kapten Philip harus segera mengambil keputusan.
"Kapten lihat saja, mengapa para perampok tidak langsung menuju mobil yang telah disediakan, mereka tiba-tiba saja bersembunyi kembali. Selain itu, tadi ada dua teriakan dari dalam meskipun tidak terlalu jelas tapi asalnya bukan dari anak serta istri pemilik toko perhiasan yang mereka rampok," ucap Bram mencoba menjelaskan teorinya.
"Begitu rupanya, masuk akal opinimu," ucap Kapten Philip.
"Jadi?" tanya Bram memastikan.
"Semua unit siap untuk masuk ke dalam dan mulai proses penyelamatan dan penangkapan kawanan perampok, usahakan sandera dapat diselamatkan dengan baik. Sementara, penembak jitu posisikan disekeliling sandera agar mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi terhadap para sandera. Semuanya bergerak!!!" ucap Kapten Philip melalui HT (Handheld Tranceiver) ke seluruh pasukan MOP.
Akan tetapi, ketika semua pasukan akan bergerak, beberapa granat meluncur tepat diposisi pasukan MOP yang akan masuk ke dalam toko perhiasan dan tidak jauh dari posisi Kapten Philip serta Bram, selain itu terdengar bunyi tembakan dan beberapa pasukan MOP yang bertugas menjaga jalur pelarian kawanan perampok tumbang.
"Duuaaaarrr!!! Duuuaaaarrrrrr!!!" bunyi ledakan granat tersebut dan berhasil melukai beberapa pasukan MOP, tapi Kapten Philip dan Bram masih bisa selamat.
Setelah ledakan tersebut, tiba-tiba ada dua buah granat dilemparkan keluar dan tepat mengenai mobil pelarian mereka. Seketika itu juga, pasukan MOP, Kapten Philip, dan Bram terkejut dengan hal tersebut dan berhenti untuk sesaat.
"Kapten, kau tidak apa-apa?" ucap Bram.
"Aku baik-baik saja, darimana datangnya ledakan tersebut? Bagaimana statusnya?" tanya Kapten Philip.
"Ini sungguh diluar perkiraan kita," ucap Bram sembari melihat kepulan asap putih yang mulai menutupi pandangan terhadap mobil pelarian para perampok.
"Ayo, kita mulai bergerak," ucap Kapten Philip yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Bram.
******
******
"Percuma, aku masih bisa melihat kalian dengan menggunakan lensa sensor panasku ini," ucap sang hantu yang siap membidikkan senjatanya ke arah kawanan perampok.
Namun, sesaat sang hantu ingin menarik pelatuknya kembali, tiba-tiba ada peluru yang mengarah ke arah dirinya meskipun tidak mengenainya.
"Aku ketahuan ... bagaimana bisa. Tempat ini jauhnya 500 meter dari lokasi kejadian, dan para penembak jitu MOP saja tidak tahu keberadaanku," gumam sang hantu sembari berusaha mengamankan dirinya.
Sang hantu lalu berusaha bangkit untuk mengamati keadaan sekitarnya dengan lensa senjatanya, dan tiba-tiba dibalas dengan tembakan meleset yang kelihatannya penembak tersebut memiliki reflek yang cukup lambat.
"Dimana dia?" ucap sang hantu sembari memperhatikan sekelilingnya kembali, dan dibalas dengan tembakan beruntun untuk kali ini.
"Hei ... kau masih mendengarku? Aku sekarang lagi dalam posisi yang kurang menguntungkan, aku bisa saja mengalahkan mereka. Tapi, aku merasakan musuh tidak hanya seorang diri," ucap sang hantu kepada rekannya melalui earphone.
"Ya ... masih. Baiklah, akan aku lacak keberadaan mereka?" ucap sumber suara tersebut.
Cukup lama sang hantu menantikan instruksi apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Meskipun demikian, sang hantu masih berusaha dengan sendirinya untuk menemukan beberapa titik lokasi penembak yang ingin membunuhnya.
"Hei ... kau dengar aku. Aku sedikit kesulitan melacak melalui beberapa CCTV karena keadaannya berada di atas gedung, dan beberapa CCTV di beberapa blok disekitar tempatmu kelihatannya ada yang meretasnya, sehingga aku butuh waktu tambahan untuk meretasnya kembali," ucap suara dari balik earphone sang hantu.
"Hhhaaaahhhh ... sial," ucap sang hantu pendek menanggapi perkataan tersebut.
"Kau selamatkan dirimu dulu sampai aku memberitahukan instruksi berikutnya, oke!" ucap sumber suara tersebut.
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dari sini, aku juga sudah mengingat rute para perampok tersebut. Jadi, kalau urusan disini telah selesai, aku akan menghabisi para perampok tersebut," ucap sang hantu lalu memutuskan saluran komunikasi mereka.
Sang hantu lalu turun kembali ke lantai dasar bangunan yang ia gunakan untuk menembak para pelaku tindak kejahatan perampokan tersebut dengan menutupi senjatanya dengan sarung alat musik gitar, lalu mengitari jalan sekitar dengan perhitungannya terkait arah asal tembakan yang ditujukan kepada dirinya.
Dibeberapa blok, sang hantu sudah memiliki kecurigaan terhadap beberapa orang tertentu yang beraktivitas dengan tidak biasanya, lalu ia memikirkan cara bagaimana untuk mengetahui identitas orang-orang tersebut.
"Hei ..." ucap sang hantu.
"Apa lagi. Aku belum selesai ... kelihatannya mereka memiliki sindikat dengan para mafia, sebab dinding retasannya sungguh sangat kuat, dan membutuhkan waktu untuk mengembalikannya ke normal," ucap sumber suara tersebut.
"Aku kirimkan beberapa foto kepadamu, coba kau cari identitas mereka. Perasaanku memang tidak selalu salah, dan aku yakin kali ini mereka bukan warga masyarakat biasa," ucap sang hantu sembari mengirimkan beberapa foto wajah-wajah orang yang dicurigainya untuk melihat profil atau data-data penting yang dapat membantu sang hantu menghadapi orang-orang tersebut.
"Baiklah," ucap sumber suara tersebut singkat.
Sementara sang hantu menunggu informasi tersebut, ia mencoba mengecoh beberapa orang yang mencurigakan tersebut dengan memancing mereka melewati beberap gang sempit dan jarang dilewati oleh warga agar dapat diikuti oleh mereka. Hal ini dikarenakan, sang hantu sendiri kelihatannya sudah dikenali oleh orang-orang yang mencurigakan tersebut.
Setelah beberapa lama mengecoh mereka dan sang hantu akan memulai aksinya, rekannya menghubungi dan memberikan beberapa informasi terkait foto yang dikirimkan oleh sang hantu beberapa menit yang lalu. Hal ini memaksa sang hantu menunda aksinya untuk sementara waktu untuk menerima dan menganalisa beberapa informasi tersebut.
"Cepat juga kerjamu," ucap sang hantu mengejek.
"Kau pikir siapa diriku. Baiklah, ini informasi yang kau butuhkan ...." jawab suara rekannya sembari menahan emosi karena lelucon receh beberapa saat tadi.
Berdasarkan informasi yang diterima, orang-orang tersebut memang benar adanya bukan warga masyarakat biasa. Mereka adalah pembunuh bayaran yang bekerjasama dengan para mafia, dan bertugas sebagai mata-mata mereka di zona kuning ini. Diantaranya ada beberapa yang memiliki nilai buronan yangg cukup tinggi dan mantan agen pemerintah, ada yang menjadi buronan MOP karena sering melakukan tindak kekerasan bahkan menghilangkan nyawa, dan ada juga mantan prajurit militer pemerintah yang dikeluarkan karena tindakan asusila, sementara sisanya hanya penjahat kecil.
"Aku harap kau berhati-hati, akan tetapi aku sarankan lebih baik mundur dengan tidak menunjukkan siapa dirimu," ucap sumber suara tersebut.
"Beberapa orang dari mereka mungkin tidak mengenal diriku, tapi lain halnya dengan mantan agen pemerintah yang sedang mengikutiku dari tadi ... dan akan aku habisi dia saat ini juga. Sebab, kalau dibiarkan, akan menjadi urusan yang merepotkan dikemudian hari," ucap sang hantu.
"Baiklah, semoga kau beruntung seperti biasa. Apabila CCTV berhasil aku retas kembali akan aku kabari kau lagi," ucap sumber suara tersebut lalu memutuskan saluran komunikasi mereka berdua.
******
******
Kontak senjata tidak terhindarkan lagi antara pasukan MOP dengan para kawanan perampok toko perhiasan. Desingan peluru antar kedua belah pihak, ditambah dengan berbagai ledakan yang datang darimana, dan tubuh-tubuh pasukan MOP maupun kawanan perampok yang beterbangan karena ledakan tersebut menambah kekacauan semakin besar.
"Apa pasukanmu atau pasukan bantuan dari distrik lain tidak ada kaitannya dengan kawanan ... kawanan perampok," tanya Bram kepada Kapten Philip sembari berusaha melindungi diri dari berbagai ledakan yang terjadi.
Kapten Philip pun hanya bisa melancarkan beberapa tembakan balasan ke arah kawanan perampok tanpa mengindahkan pertanyaan Bram.
"Kapten, Kapten!?" tanya Bram kembali.
"Hhuuuhhh, aku tidak tahu. Keadaan sudah seperti sekarang ... mana bisa untuk bertanya kepada mereka satu persatu," ucap Kapten Philip sembari bersandar untuk melindungi dirinya dan mengisi kembali amunisi di senjata miliknya.
"Hhuuuuhhh ... ya sudahlah," ucap Bram singkat.
Tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dinyalakan. Kelihatannya sebagian kawanan perampok bersenjata tersebut berhasil mendapatkan keuntungan dari keadaan yang terjadi untuk segera pergi dari tempat yang semakin kacau tersebut.
"Kapten!!" ucap Bram merespon suara tersebut.
"Hubungi unit penyergapan, jangan sampai mereka kabur. Blokade pelarian mereka dipersimpangan," ucap Kapten Philip kepada salah satu bawahannya.
Sesuai rencana semula, pasukan MOP dibagi menjadi beberapa unit, unit penyelamatan, unit pengintai, dan unit penyergapan. Akan tetapi, sebagian unit pengintai tampaknya ada yang bekerjasama dengan para mafia untuk membantu kawanan perampok bersenjata kabur, dan unit penyelematan sebagian terluka parah akibat ledakan-ledakan granat. Dan, dapat diduga, unit penyergapan juga sebagian ada yang menjadi korban tembak ditempat, mengalami luka-luka, dan meninggal.
"Kapten, saluran komunikasi kita terputus," ucap bawahannya tersebut.
"Bagaimana ini bisa terjadi," ucap Kapten Philip.
Sebelum Kapten Philip memikirkan bagaimana keadaan menjadi berantakan dan kacau seperti ini, tiba-tiba mobil pelaku tindakan kriminal tersebut mulai berjalan dan menjauhi lokasi kejadian.
"Ayo kita kejar," ucap Bram sembari menarik lengan Kapten Philip.
"Baiklah, terima kasih, Bram," ucap Kapten Philip.
Sembari naik ke mobil patroli, Kapten Philip masih mencoba untuk menghubungi unit penyergapan melalui HT yang ia miliki. Kapten Philip berharap, setidaknya masih ada yang bisa mencegah kendaraan pelaku kejahatan tersebut agar tidak pergi lebih jauh dan berhasil lolos dari mereka.
"Disini unit pernyergapan, maafkan kami Kapten Philip, kondisi disini juga sangat tidak memungkinkan untuk melakukan penyergapan. Tapi, setidaknya kami berhasil membuat barikade seadanya dari mobil-mobil warga sekitar dengan waktu yang terbatas. Selain itu, kami juga berhasil memasang jebakan duri, mudah-mudahan ini masih bisa memperlambat aksi mereka dan kalian mampu mengejarnya," ucap sumber suara tersebut.
"Baiklah, terima kasih atas kerjasamanya," ucap Kapten Philip lalu memutus saluran komunikasinya, lalu memberikan instruksi kepada Bram di kursi kemudi untuk tancap gas agar tidak tertinggal dalam aksi pengejaran tersebut.
******
******
Seperti yang telah diceritakan pada chapter sebelumnya, pengejaran yang dilakukan oleh Kapten Philip, Bram, dan beberapa pasukan MOP menuai keberhasilan yang baik. Pimpinan kawanan perampok bersenjata tersebut tewas dan sisa anggotanya memilih menyerahkan diri karena kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan.
******
******
Ditempat penampungan, siaran berita tentang kejadian perampokan bersenjata yang para anggotanya berhasil ditangkap ditayangkan:
"Berita terbaru ... aksi kejar-kejaran dengan pelaku perampokan akhirnya telah selesai. Terdapat beberapa korban jiwa dari pihak sipil yang kebetulan berada di lokasi kejadian. Satu buah bangunan yakni Mart'n Friends ikut terkena imbas dari aksi kejar-kejaran pasukan MOP dengan kawanan perampok, sementara korban jiwa berdasarkan informasi dari tempat kejadian hanya satu orang, yakni pimpinan kawanan perampok itu sendiri sementara para anggota kawanan perampok yang lain menyerahkan diri dan sebagian luka serius ... kembali ke studio. Terima kasih."
"Hhmmmm," gumam Lune melihat tampilan tayangan berita ekslusif tersebut dari perangkatnya, dan ada sesuatu yang menarik perhatiannya.