Nabila berjalan menelusuri koridor sekolahnya sambil bersenandung mengikuti alunan musik yang terdengar dari earphonenya.
Sampai sudah di dalam kelas dia segera melepas earphonenya dan menyimpannya di dalam tas sambil mengambil topi SMA untuk upacara bendera.
Karena bel masuk masih 10 menit lagi Nabila memutuskan untuk membaca Novel kesayangannya yang selalu dia bawa kemanapun. Nabila dengan serius membaca novelnya dengan wajah yang penuh ekspresi kadang tersenyum, murung, bingung dan kaget. Ekspresi itu yang dapat membuat pria yang sedari tadi memperhatikannya tersenyum jail.
"Baca novel mulu kagak sepet tuh mata?" celetuk Dalvin yang sedang duduk di atas meja samping Nabila.
Nabila hanya menoleh sebentar kemudian kembali fokus pada novelnya.
Dalvin mendengus karena merasa di abaikan, terlintas sebuah ide di otak Dalvin untuk menjaili Nabila. Dengan gerakan cepat novel yang ada di tangan Nabila kini sudah beralih ke tangan Dalvin. Nabila tersentak kaget dan segera mengambil novelnya namun badan Dalvin terlalu tinggi hingga membuat Nabila kesulitan untuk mengambilnya.
"Dalvin balikin" ujar Nabila yang berusaha mengambil novel di tangan Dalvin.
"Gue mau pinjem bentaran elaahh pelit banget sii" ujar Dalvin.
"Kalau mau pinjem ya izin dulu, lah ini main serobot aja" ketus Nabila.
Dalvin tersenyum manis tapi bagi Nabila itu adalah senyuman yang menjijikan.
"Nabila sayang Dalvin yang ganteng ini mau pinjem novelnya ya" ujar Dalvin dengan suara yang dilembut-lembutkan.
Nabila merasa jijik mendengar ucapan Dalvin barusan.
"Sayang-sayang pala lu peang, gak ada pinjem-pinjeman, sini balikin Dalvin" ujar Nabila sambil memukuli lengan Dalvin dengan brutal.
"Aduduhh Nab sakit elaah, katanya harus izin dulu, tadi gue udah izin malah gak di izinin" ucap Dalvin.
Nabila menghentikan aksinya kemudian menatap Dalvin yang sedang menatapnya dengan wajah memelas. Nabila membuang nafasnya kasar.
"Dalvin itu novel romantis tau, bukannya lo gak suka ya baca-baca yang begituan" ujar Nabila.
"Kok lo tau sih gue gak suka sama novel beginian? lo stalkerin gue ya" tunjuk Dalvin ke arah Nabila sambil menyeringai jail.
"Gak ada kerjaan banget gue stalkerin lo, lo sendiri yang bilang ke gue curuut" elak Nabila.
Dalvin berpikir sejenak untuk mengingat-ingat apa benar dia pernah bicara seperti pada Dalvin. Melihat Dalvin yang sedang berfikir itu merupakan kesempatan Nabila untuk merebut kembali novelnya. Dengan gerak cepat Nabila merampas novel itu namun Dalvin terlalu kuat memegangnya.
Sreekk
Novel itu kini robek akibat tarikan Nabila. Nabila membulatkan matanya.
"DALVIIIIINN NOVEL GUE ROBEK" teriak Nabila sambil memunguti robekan-robekan novel yang ada di lantai.
"Salah lo lah, suruh siapa main tarik-tarik segala" ujar Dalvin enteng.
"Kan lo yang ngawalin Vin" ujar Nabila pelan namun masih bisa terdengar oleh Dalvin.
Dalvin terus memperhatikan Nabila yang sedang memunguti robekan itu, Dalvinpun merasa bersalah, baru saja dia ingin membantu Nabila namun bel sudah berbunyi. Dalvin beranjak pergi meninggalkan Nabila yang masih memperhatikan novel kesayangannya dengan air mata yang mengalir dari matanya.
"Lo jahat Vin gue benci sama lo" ujar Nabila lirih.
"Maafin kaka Ris kaka gak bisa rawat novel ini" lirih Nabila.
"Nabila lo kenapa?" ujar Fitra sahabat sekaligus teman sebangku Nabila.
"Novel gue robek Fit" ujar Nabila.
Fitra yang melihat itu ikut sedih karena novel itu kado ulangtahun nabila dari almarhum adiknya.
"Udah jangan sedih nanti kita coba lem ya, yaudah sekarang kita upacara" ujar Fitra sambil mengelus pundak Nabila.
Nabila hanya mengangguk sambil mengusap bekas air mata diwajahnya.
Sepanjang upacara sampai dikelas Nabila terlihat sedih, hal itu membuat Dalvin semakin merasa bersalah. Dalvin berjalan menuju bangku Nabila.
"Maaf Nab" ujar Dalvin yang sudah duduk dibangku depan Nabila.
"Maaf-maaf enak banget lo ngomong maaf, novel kesayangan Nabila robek gara-gara lo tau" sewot Fitra.
"Ehh bedug gue gak ngomong sama lo ya" ujar Dalvin.
"Enak aja lo ngatain gue bedug, lo tuh-" belum sempat Fitra menyelesaikan ucapannya Dalvin lebih dulu memotongnya.
"Ganteng" ujar Dalvin dengan pedenya.
Fitra memasang muka orang yang ingin muntah mendengar ucapan Dalvin.
"Jijik gue dengernya" ujar Fitra
"Wahh lo ngode pengen di halalin ya ? Maaf aja ya Fit tapi calon istri gue itu Nabila, mana mau gue sama bedug kaya lo" ujar Dalvin.
"Ehh bayi dugong sampe tuyul jadi gondrong juga gue ogahh jadi bini lo" kesal Fitra.
Baru saja Dalvin akan membalas ucapan Fitra suara Nabila mengintrupsi agar mereka berdua diam.
"BERISIK" Teriak Nabila.
Dalvin dan Fitra langsung bungkam. Nabila menatap Dalvin dan Fitra secara bergantian sedangkan yang ditatap memasang ekspresi bingung.
"Kalian kok agak mirip ya, denger-denger ya katanya kalau mukanya agak mirip itu jodoh" ujar Nabila sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Dalvin dan Fitra saling bertatapan sebentar kemudian menoleh ke arah Nabila.
"Aaaaa amit-amit gue jodoh sama tikus got kaya dia" teriak Fitra.
"Ehh gue juga amit-amit jodoh sama bedug kurus kaya lo" balas Dalvin.
"Udah dong berisik, gue cuma becanda kali, dan lo Dalvin gue udah maafin lo jadi sekarang lo pergi dari bangku gue" ujar Nabila.
"Sana pergi tikus got hush hush hush" usir Fitra.
"Mana ada tikus got ganteng kaya gue" ujar Dalvin pede.
"Pede banget lo curut" ujar Fitra.
"Awas lo nanti naksir sama gue baru tau rasa" ujar Dalvin.
"Ishh sampe Nabila nikah Chanyeol gue gak akan suka sama lo" ujar Fitra.
"Nabila tuh nikahnya sama gue bukan sama Chanyeol" ujar Dalvin.
Kemudian Dalvin pergi ke tempat duduknya.
"Ngarep lo" teriak Fitra.
Nabila yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Dasar ketua kelas gila" gerutu Fitra.
"Baru tau lo kalau dia gila" ujar Nabila.
Kemudian tawa mereka bedua pecah.