Chereads / Sekarang dan Selamanya / Chapter 11 - SEBELAS

Chapter 11 - SEBELAS

Hira merapikan mejanya dan mengeluarkan kotak pensilnya. Dia sudah sangat siap untuk menghadapi ujian hari terakhir. Seminggu ini dia benar-benar belajar dengan keras dan giat. Dia sangat ingin mendapatkan nilai 7 untuk semua mata pelajarannya dan menagih janji Aldo yang bilang akan mengajaknya nonton.

Cowok itu benar-benar mengabaikannya selama beberapa akhir ini dan Hira yang ingin menyapanya duluan jadi mengurungkan niatnya karena takut cowok itu tidak membalas sapaannya.

Barangkali dengan menagih janjinya, Hira bisa kembali mengobrol seperti biasa dengan cowok itu lagi.

"Moga hari ini juga lancar ya, Tuhan." Doa Hira dalam hati sambil memejamkan matanya.

"Udah siap ujian hari terakhir, Hir?" Tanya Farah.

Hira mengangguk. "Mau ga mau harus siap, kan?"

Farah terkekeh. Dia sangat takjub dengan perubahan Hira belakangan ini dari anak yang tidak peduli pada pelajaran menjadi siswa yang sungguh rajin.

***

Bel pulang berbunyi, semua orang berhamburan keluar dari kelas. Hira dan teman-temannya yang lain keluar dari kelas dengan perasaan lega. Hari masih cukup pagi karena hari terakhir ujian hanya ada 1 mapel yang diujikan. Teman-teman dekatnya sudah pulang terlebih dulu karena mereka ada urusan, meninggalkan Hira yang sedang menunggu Pak Amir. Disaat terbengong-bengong karena sedang berpikir mau ngapain setelah pulang nanti, tiba-tiba ponselnya berbunyi kencang.

Hira menatap layar ponselnya yang menunjukkan panggilan masuk dari sahabat baiknya, Arabella.

"Hira, gue lagi pulang nih. Meet up dong." Suara ceria Arabella menyambut telinga Hira setelah dia mengangkat telepon dari Bella.

"Oh ya? Boleh deh dimana?" Tanya Hira.

Arabella mengerutkan keningnya. "Kok Lo kedengaran ga antusias gitu sih denger gue pulang? Lo ga kangen gue?"

"Hah? Ya ga mungkinlah. Gue kangen sama Lo, kok."

"Hemm... Kok gue ga percaya ya?"

"Apaan sih Bell?" Hira terdengar mulai kesal.

"Suara Lo beda banget ga seceria biasanya. Biasanya kan Lo heboh banget. Ini jawabnya 'oh ya? Boleh deh'. Jadi males deh gue mau ketemuannya," Bella merajuk.

Hira menghela napas. "Baru juga gue selesai ngadepin UAS, sekarang gue dapet ujian lagi dari Lo. Bisa-bisanya Lo bilang suara gue beda. Memangnya suara gue yang biasanya kayak gimana?"

Arabella tertawa. Dia lalu menirukan suara heboh Hira ketika menerima telepon darinya. Mendengar Arabella meniru dirinya mau tidak mau Hira tertawa juga.

"Nah, ini baru Hira yang gue kenal. Suara-suara lemes kayak orang belom makan ga cocok sama Lo."

"Hahaha... Gue emang belom makan siang sih. Terus lemes karena abis ujian juga. Btw mau ketemuan dimana? Gue pulang dulu deh ya, baru kita ketemuan di tempat janjian."

"Of course. Nanti gue chat ya lokasinya. Kita ketemuan jam 1 aja oke. Sekalian maksi."

"Duh jam segitu mah udah lewat jam maksi. Gue keburu laper dong."

"Ih, dasar gembul. Ya Lo makan dulu lah di rumah."

"Ngapain gue makan dulu kalo nanti kita mau maksi juga. Jam 12 deh ya, ini masih jam 10, masih keburulah."

"Baiklah, baiklah. See you, honey."

"Oke beb."

Hira mematikan teleponnya dan berlari dengan riang menuju mobil jemputannya yang kebetulan sudah tiba. Dia sangat bersemangat karena setidaknya hari ini dia ada kegiatan.

Menghabiskan waktu bersama Arabella kadang bisa tidak terasa. Tahu-tahu hari sudah malam karena memang seseru itu jalan bersamanya. Sayang sekali, sekarang Hira tidak bisa sesering dulu jalan bersama Bella karena sahabatnya itu sekolah di luar negeri. Bella masuk sekolah seni di Inggris karena ingin mendalami balet yang memang sudah menjadi impiannya sejak kecil.

Tanpa dia sadari, sepasang mata memperhatikannya dari jauh. Mata yang begitu tajam tersembunyi di balik kacamata dan rambut berantakannya. Aldo.

Belakangan ini Aldo merasa bersalah karena mengabaikan Hira dan hari ini rencananya dia mau mengajak gadis itu makan siang di kafe dekat sekolah sekaligus mengobrol banyak tentang ujian yang baru saja terlewat, tapi dia mengurungkan niatnya ketika melihat Hira yang terlihat ceria saat menerima telepon. Bahkan gadis itu langsung berlari dengan semangat kearah mobil jemputannya seolah-olah sedang terburu-buru ingin bertemu seseorang.

Aldo menatap jam tangannya. Dia masih memiliki banyak waktu luang, pulang pun tidak ada yang bisa dia lakukan. Aldo menimbang-nimbang sampai akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke mall untuk menghabiskan waktu di toko buku seperti yang terakhir kali dia lakukan saat dia di pukuli orang tak di kenal di jalan.

***

"Hir, disini!" Arabella melambaikan tangannya dengan semangat sambil melompat-lompat kegirangan.

Hira tidak kalah semangat. Dia berlari kearah Bella dan menubruk gadis itu hingga mereka berdua hampir terjengkang. Meski terkejut tapi mereka akhirnya tertawa bersama.

"Lo masih aja gila kayak dulu. Kita hampir jatuh bareng tahu," Arabella mencubit pipi Hira gemas.

Hira nyengir. "Tambah glowing aja Lo kena angin Inggris."

Arabella terkekeh. "Jadi apa Lo mau ke Inggris juga biar glowing kayak gue?"

"Gue sih ga perlu ke Inggris buat jadi glowing. Gue kan emang udah glowing dari dulu."

"Ish, kedengerannya nyebelin tapi fakta," Arabella cemberut.

Hira tertawa. "Jadi kita mau kemana? Maksi dulu kali, ya. Gue udah laper, nih."

"Pikiran lo sih ga jauh-jauh dari makan ya."

Hira mengangkat bahunya. "Udah dari sononya gue doyan makan. Udah yuk cepet kita cari resto."

"Aduh, iya-iya. Tunggu sebentar ya, gue lagi nunggu orang dulu."

Hira mengerutkan keningnya. "Emang kita nunggu siapa?"

"Sepupu sama keponakan gue. Mereka ikut kesini buat jalan-jalan." Arabella mengedarkan pandangannya dan melihat sosok yang di tunggu-tunggu.

"Oh itu dia." Arabella melambaikan tangannya. "Kak disini."

Hira ikut menatap kearah Arabella melambaikan tangan, seorang cowok terlihat menggendong seorang anak perempuan yang terlihat berusia 3 tahun yang memegang permen kapas berwarna pelangi.

"Itu siapa Bell?" Tanya Hira keheranan. Dia mengenal hampir semua sepupu Arabella karena mereka berteman sejak kecil.

"Kakak sepupu gue, Christian sama keponakan gue Callista."

"Kakak sepupu Lo yang mana? Perasaan gue baru denger namanya."

"Oh ya? Gue juga emang jarang ketemu dia sih, karena dia tinggal di Bali."

"Oh. Terus dia ngapain di Jakarta?"

"Dia disini buat pemakaman kakaknya. Kakaknya kak Chris, maksud gue mama Callista baru aja selesai di makamin kemarin."

"Hah? Kok Lo baru bilang sekarang? Jadi Lo disini udah dari kemarin?"

"Dari kemarin lusa sih sebenernya. Cuma gue sibuk di rumah duka, baru hari ini sempet ngehubungin Lo."

Hira terdiam. "Gue turut berduka cita ya."

Arabella terkekeh. "Makasih ya sayang."

Christian dan Callista mendekat, setelah berada di dekat mereka Hira baru menyadari bahwa wajah Callista terlihat sembab seperti habis menangis.

"Kak, kenalin ini sahabat aku, Hira."

Hira menganggukkan kepalanya, dia tidak mengulurkan tangannya karena Christian terlihat kerepotan.

"Halo, aku Christian." Christian tersenyum ramah.

"Halo kak. Aku Hira." Hira balas tersenyum. Dia lalu menatap Callista. "Halo cantik. Nama kamu siapa?"

Callista membuang mukanya saat Hira mengulurkan tangannya pada gadis kecil itu.

"Maaf ya, Ra. Dia memang agak sulit di dekati." Kata Christian.

Hira menggeleng. Dia sangat paham karena gadis itu baru saja kehilangan orang yang paling berharga baginya.

Mereka lalu berjalan beriringan menuju restoran untuk makan siang.

"Maaf ya, kami berdua jadi mengganggu acara kalian," Christian membuka obrolan saat mereka menunggu makanan yang mereka pesan di sajikan. Arabella sedang pergi ke toilet sedangkan Callista terlihat sibuk memainkan tissue di meja.

Hira menggelengkan kepalanya. "Tidak mengganggu kok kak."

Christian tersenyum. "Sejak kemarin Lita terus menangis mencari mamanya. Makanya ketika Bella bilang mau pergi ke mall, aku pikir untuk ikut sekalian ajak Lita main."

Hira cuma tersenyum tipis menanggapi. "Pasti sulit ya kak. Tapi, karena Lita anak yang kuat, dia pasti bisa melewati ini dan tumbuh besar menjadi anak yang cantik dan pintar."

Christian tertegun mendengar kata-kata Hira. Dia lalu menatap Hira yang kini berusaha mengajak Callista mengobrol lagi.

"Callista, lihat kakak punya apa?" Hira melambaikan gantungan kunci berbentuk kucing lucu di depan Callista. Mata gadis itu berbinar dan terlihat tertarik. Tak lama kemudian mereka berdua sudah akrab seperti adik kakak.

"Ish, kok Lo bisa cepet akur gitu sih sama ponakan gue? Gue aja masih susah deketin Lita karena emang gue jarang ketemu."

Hira tertawa. "Rahasia."

Christian tertawa sementara Arabella cemberut.

"Kalo cita-cita Lo belum berubah, gue yakin lulus SMA ini Lo bakal jadi guru TK."

Christian mengangkat alisnya. "Kamu mau jadi guru TK?"

Wajah Hira memerah. Dia belum pernah bicara pada siapapun tentang cita-citanya. Dia hanya pernah mengutarakan niatnya untuk menjadi guru TK saat sudah dewasa nanti kepada dua orang, Arabella dan Aldo. Kecintaannya pada anak kecil membuat dia ingin bekerja di tempat yang di kelilingi oleh anak-anak dan bermain serta membaca dongeng bersama mereka.

"Hehehe, iya kak. Kenapa memang kak?"

Christian menggeleng. "Tidak apa-apa. Hanya baru kali ini aku bertemu seseorang yang punya cita-cita menjadi guru TK. Sangat unik."

Hira terdiam. Dia teringat ucapan Aldo saat cowok itu mendengar keinginannya untuk menjadi guru TK.

Saat itu Aldo cuma bilang, "Jadi guru TK? Itu pilihan yang bagus. Kupikir itu sangat cocok denganmu. Dengan kepribadianmu yang ceria, anak-anak pasti betah berada di dekatmu."

"Kenapa jadi keinget sama Aldo?" Batin Hira. Samar-samar Hira tersenyum sedih lalu kembali bermain dengan Callista sambil menunggu makanan pesanan mereka datang.