- Ternyata dia..... -
"Ehh Ra, kenapa mobilnya oleng gini" tanya Monic panik dengan berpegangan kursinya, mereka habis pulang dari Mall untuk sekedar shopping bersama
" A....aku juga nggak tau Mon,remnya blong!" pekik Vera sedikit teriak
"Awas Ra, didepan ada truk !" teriak Monic histeris memejamkan matanya
" A..aaaa....!" Vera melajukan stirnya menghindari truk itu,namun nihil
didepannya sekarang ada sebuah pohon besar dan mobilnya sedikit terpental saat mengenainya
Monic bercucuran darah dikepalanya, sementara Vera hanya luka kecil didahinya. Monic mengalami insiden lebih parah karena ia tidak memakai sabuk pengaman sehingga tubuhnya terhantam dak mobil
"Mon...bangun" pekik Vera panik, tidak ada suara disana, hanya keringat dan darah segar yang mengalir dari tubuh Monic yang menemani kegelisahannya waktu itu. Vera pun berinisiatif membawa Monic keluar dari mobil,sebelum mobilnya meledak
"Kamu harus kuat Mon" rintih Vera menopang tubuh Monic membawanya keluar menjauh dari mobil, kemudian didatangi warga setempat mengerumuninya
"Pak tolong teman saya, tolong carikan angkutan untuk membawanya ke rumah sakit" tukas Vera pada bapak bapak yang mengerumuninya
"Ver..." sahut Monic pelan
"I...iya Mon, bentar lagi aku akan membawa kamu ke rumah sakit,kamu bertahan ya " sahut Vera memandang sahabatnya
"A..aku udah nggak tahan lagi, ini terakhir aku ketemu samu kamu, kesempatanku buat hi___"
"Kamu nggak boleh ngomong gitu Mon, kamu pasti selamat, bentar ini aku lagi cari taxi" potong Vera
"Nggak Ver, nggak! Kamu harus ikhlasin aku. Aku minta 1 permintaan sebelum aku pergi" sahut Monic pelan
"Apa, apa yang bisa aku lakukan pasti aku sanggupi permintaanmu" jawab Vera cepat
"Kamu menikahlah dengan suamiku mas Marchelle,dan anggaplah Staven seperti anakmu sendiri jaga mereka berdua,aku mohon Ver" kata Monic terbata bata. Sebelum ia menjawab Monic sudah menghembuskan nafasnya untuk terakhir kalinya. Orang orang yang mengerumuninya dan ponsel ponsel yang merekamnya menjadi saksi bisu permintaan terakhir Monic sebelum ia menutup usianya.
Semenjak itulah Vera lebih menyayangi Steaven anak tirinya dari pada anak kandungnya Sandy. Vera hanya ingin melaksanakan amanat sahabatnya dengan baik dengan menyayangi Staven dan memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Tapi caranya menyayangi Steaven justru menyingkirkan rasa sayang dan janjinya pada putra kandungnya.
"Ini saudara tirimu Shandy sayang" kata Vera memperkenalkan steaven pada Shandy
"Aku nggak mau punya papa baru!!" bentak Shandy
"Aku nggak mau punya adik" tambahnya lagi
Saat shandy beranjak SMP ,Vera ingin mengajaknya pindah sekolah di Amerika bersama Steaven juga yang akan menyusulnya tahun depan. Perusahaan Marchelle dan Hermansyah bergabung menjadi satu menjadi perusahaan Internasional yang sudah berkerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar di berbagai Negara .
"Shandy kan kamu bentar lagi lulus nih, ikut mama ke Amerika yuk nanti sekolah di sana ,sama Stiv juga, tapi Stiv satu tingkat lebih rendah dari kamu" ajak Vera
"Nggak! Nggak mau,aku nggak sudi sekolah barengan sama Stiv" bantah Shandy
"Kamu jangan kurang ajar sama mamamu Shandy, punya sopan santun nggak?" sahut Marchelle
"Anda siapa ngatur-ngatur saya? Anda nggak berhak atas apapun yang saya perbuat karena anda bukan siapa-siapa saya !!" teriak Shandy mendongakkan kepalanya ke Marchelle
"PAAAKKKKK!!!" Tamparan kilat mendarat di wajah shandy. Baru kali ini Vera memperlakukannya demikian
"Kamu kalau bicara sama orang tua di jaga, pakai sopan santun Shandy!" sahut Vera setelah menampar putranya
Shandy diam tak berkutik melihat apa yang barusan terjadi, mamanya memperlakukannya kasar. Ia lebih memilih berlalu ke kamarnya
KAMAR
"Mama sekarang berubah,udah nggak sayang lagi sama Shandy, ,mana janji mama dulu yang bakalan sayang terus sama Shandy, yang bakalan terus nemenin Shandy…." Rintih Shandy,batinnya sakit,dadanya sesak. Ia hanya pasrah dan terus mengenang papanya yang selalu peduli dan sayang padanya,berbalik dengan sifat mamanya saat ini.
Suatu ketika pada saat hari kelulusan sekolah Shandy, mamanya lebih memilih menghadiri rapat sekolahnya Stiv. Dan akhirnya omanya yang menemaninya ke sekolah, menghadiri acara perpisahaan tersebut.
"Mah nanti mama datang ya ke acara perpisahan sekolah Shandy" pinta Shandy
"Maaf sayang, bukannya mama nggak mau, mama besok juga harus datang ke rapat sekolahnya Stiv" ujar Vera
"Mama kenapa sih selalu Stiv mulu yang di duluin, selalu aja Stiv yang mama perhatiin. Sama sekali mama nggak pernah merhatiin Shandy" sahut Shandy langsung berlari menuju kamarnya
"Kamu kenapa sih selalu saja memilih anak pungut itu dari pada anak kandungmu sendiri" ujar Sari mendekat
"Bu...bukannya gitu mah, Vera cuma nggak mau....." ucapan Vera terpotong
"Alahhhhh, Udahlah nyatanya realitanya kamu lebih memilih anak sahabatmu itu dari pada Shandy, kamu nggak pernah sedikitpun merhatiin anakmu si Shandy. Besok itu Perpisahan sekolahnya kamu kenapa sih susah banget buat ngeluangin waktumu sebentar buat datang" ucap Sari emosi
"Bukanya Vera nggak mau datang ma...."
"Sama aja , apapun alasannya!" sahut Sari langsung berlalu menuju kamar Shandy
"Sayang..."
"Shandy bukak nak, ini oma"
"Shandy...." ucap Sari mengetuk pelan pintu kamar Shandy
"Masuk aja ma, pintunya udah nggak dikunci kok" sahut Shandy dari dalam
"Shandy kenapa...."
"Shandy udah nggak usah nangis, besok yang datang ke sekolahan oma aja gimana, mau?" ujar Sari
"Ke...kenapa mama nggak mau datang ke sekolah Shandy ma apa mama udah nggak sayang sama Shandy" sahut Shandy terbata bata menahan sesak tangisnya
"Husssttthh.... Shandy nggak boleh ngomong begitu nak"
"Mama shandy memang harus datang ke rapat sekolahnya adikmu, karena memang benar benar penting"
"Udah udah ,nggak usah nangis lagi, besok biar oma yang temenin kamu ke sekolah ya" hibur Sari sambil mengusap lembut kepala Shandy
"Yaudah deh ma, nggak papa mama nggak datang, sebagai gantinya oma harus nemenin Shandy sampai acara perpisahan selesai" ujar Shandy sembari menghapus air matanya
"Pasti sayang,.."
" Yaudah Shandy tidur udah malem ini" sahut Sari megusap kepala Shandy pelan kemudian mengecup keningnya singkat
"Iya ma, good ninght" tukas Shandy merebahkan tubuhnya
"Night to sayang" ujar Sari lalu berdiri meninggalkan kamar Shandy
*******************
'' Mah ,Vera berangkat dulu ya'' ujar Vera menenteng tas nya bersalaman dengan Sari
"Sayang, mama pergi dulu ya'' tukas Vera pada Shandy
"Uudah yuk ma, ke sekolah sekarang ntar telat lagi" sahut Shandy pada omanya menarik tangan sari dan mengabaikan mamanya
" Salim dulu sama mama dong " tukas Sari menepis tarikan tangan Shandy
"Sudah nggak perlu!'' jawab Shandy yang terus menarik narik tangan omanya untuk segera pergi ke sekolah
"Maafin mama Shandy" ujar Vera pelan melihat punggung mama juga putranya yang semakin jauh dari pandangannya