"Minggir." ucap Saturnus dengan nada dingin. Saturnus menatap Lea dengan tatapan tajamnya, seolah-olah itu dapat menunjukkan bahwa Saturnus tak ingin ada Lea di hadapannya. Namun apakah Lea mengerti kode dari Saturnus itu?
"Kenapa Saturnus? Kenapa Saturnus berubah? Tadi di telepon Saturnus tidak sedingin ini kok padahal sama Lea... Kenapa sekarang Saturnus dingin lagi ke Lea? Apa salah Lea?" tanya Lea menatap lurus kedua manik mata Saturnus. Lea masih keukeuh ingin tahu apa salahnya. Lea tak menghiraukan bahwa Saturnus sudah mengusirnya. Lea hanya ingin Saturnus tidak sedingin ini. Lea mau Saturnus luluh padanya. Tapi apa itu mungkin? Apakah mungkin seorang Saturnus bisa luluh padanya? Tidak... Itu seperti mimpi, mimpi yang tidak mungkin menjadi kenyataan.
"M.I.N.G.G.I.R L.E.A! LO TULI?" tanya Saturnus dengan kejamnya dan penuh penekanan. Entah kenapa Saturnus menjadi setega ini pada Lea. Ia pun tak paham kenapa ia seperti ini pada Lea. Yang jelas, yang ia tahu... Ia tak suka melihat Lea semesra itu dengan laki-laki asing yang barusan mengantarkan Lea ke sekolah. Entah kenapa dadanya terasa terbakar. Apakah Saturnus cemburu? Tak mungkin kan? Saturnus yang tak pernah jatuh cinta dan selalu menolak kehadiran perempuan yang mencoba mendekatinya tak mungkin cemburu hanya pada seorang Lea Arissa Fransiska.
"Iya Saturnus, Iya! Lea tuli. Lea gak bisa dengar dan cerna apa yang Saturnus katakan. Lea gak peduli Saturnus. Lea gak peduli kalau mereka semua nontonin kita, Saturnus. Yang Lea pedulikan dan butuhkan adalah jawaban Saturnus dan penjelasan panjang dari Saturnus. Lea gak peduli kalau mereka bilang Lea murahan. Lea ngerasa kok kalau Lea memang murahan. Lea kejar-kejar Saturnus tanpa henti, tanpa jeda, tanpa lelah. Tapi Lea suka Saturnus, suka banget! Jangan siksa Lea kaya gini Saturnus. Saturnus dingin ke Lea, hati Lea sakit. Saturnus ngerti gak sih?" ucap Lea menatap Saturnus dengan mata berkaca-kaca dan nada yang sedikit keras. Sungguh ia tak peduli jika kali ini ia dijadikan bahan tontonan lagi. Baginya itu sudah makanan sehari-harinya. Banyak yang membicarakannya, ia sudah biasa. Toh ia suka mengejar Saturnus. Baginya Saturnus adalah dunianya. Dunia yang tak bisa ia tempati. Dunia yang semu. Dunia yang tak tergapai.
"GAK. GAK NGERTI GUE. DAN GUE GAK ADA NIAT BUAT NGERTIIN CEWEK MURAH KAYA LO." sahut Saturnus dengan volume suara meninggi. Sungguh ia muak melihat Lea yang pura-pura hampir menangis. Sandiwara apa lagi ini? Di depan Saturnus Lea selalu seperti ini, namun baru kali ini Saturnus melihat bagaimana aslinya Lea ketika di belakangnya. Dan ketika ia tahu Lea seperti apa di belakangnya, ia benar-benat muak dan tak ingin mengenal Lea lagi. Rasanya ia tak ingin melihat wajah Lea lagi. Tapi bagaimana mungkin? Lea dan dirinya masih satu sekolah, tentu saja ia akan tetap melihat Lea selama 2 tahun kedepan. Apa ia harus berkorban dengan cara pindah sekolah? Tidak. Itu bukan ide yang bagus.
Lea melotot tak percaya mendengar perkataan apa yang barusan keluar dari mulut Saturnus. Baru kali Saturnus mengatainya seperti itu. Jika teman-teman sekolahnya yang bicara begitu, oke... Lea biasa saja dan bisa bersikap tidak peduli. Tapi kali ini? Saturnus sendiri yang mengatakan itu dengan mudahnya. Apakah Lea harus menyerah sekarang untuk mengejar pujaan hatinya? Apakah Lea sanggup melakukan itu? Lea tak yakin bahwa dirinya bisa.
Lea menarik nafasnya perlahan dan menghembuskannya dengan sedikit gusar. "Lea tahu kok kalau Lea memang murahan. Lea minta maaf udah kejar-kejar Saturnus. Mungkin dengan cara ini, Saturnus ngerasa gak nyaman ada di dekat Lea kan? Terus... Terus... Terus Saturnus maunya Lea gimana? Saturnus ingin Lea jauhin Saturnus ya? Tapi maaf Saturnus, Lea gak bisa. Lea suka banget sama Saturnus. Saturnus udah seperti dunia Lea, dunia yang gak bisa Lea gapai." ucap Lea dengan pelan. Ia menahan air matanya agar tidak jatuh. Tak boleh, belum juga jam pelajaran masa ia sudah menangis? Bagaimana tanggapan Tisya dan Catherine nantinya? Pasti mereka berdua akan semakin membenci Saturnus.
"Kalau lo udah tahu gue gak bisa digapai, ngapain masih lo kejar? Percuma tahu gak? Lo cuma buang-buang waktu lo aja. Inget saja satu hal Lea, sampai kapan pun gue gak akan pernah luluh sama lo. Jadi berhenti ngejar gue. Gue gak suka sama lo. Gue muak lihat wajah lo. Ngerti?" ucap Saturnus dingin. Ia menatap Lea dengan tatapan menusuknya. Tanpa rasa kasihan lagi. Saturnus berubah menjadi laki-laki yang tak punya hati. Hatinya terlanjut kecewa pada Lea. Ia pikir Lea hanya mengejarnya dan memperlakukannya seperti raja di hatinya, tapi ternyata tidak. Diluar sana Lea juga dekat dengan laki-laki lain. Menyebalkan sekali bukan? Dan bodohnya, Saturnus hampir luluh dengan cara Lea berjuang mengejarnya.
"Ngerti kok. Tapi Lea gak bisa Saturnus. Lea gak bisa berhenti kejar Saturnus. Walaupun Lea tahu semuanya bakal sia-sia. Tapi Lea hanya ingin berjuang buat luluhin Saturnus. Apa Lea sesalah itu sampai Saturnus benci banget sama Lea?" tanya Lea lagi dengan sorot mata berkaca-kaca. Air matanya sudah hampir tak dapat ia bendung lagi. Ia ingin menangis. Beginikah akhir dari semuanya? Lea tak ingin akhir yang seperti ini. Lea ingin cintanya berbalas. Lea juga ingin dicintai oleh Saturnus. Apakah sesulit itu Tuhan meluluhkan hati Saturnus untuknya? Lea hanya ingin cintanya berakhir indah. Tapi memang terkadang apa yang kita inginkan tak semuanya bisa terpenuhi sesuai dengan apa yang diinginkan.
"Bego." sahut Saturnus singkat. Saturnus hanya menatap Lea dengan tatapan datarnya. Lea benar-benar keras kepala. Lea tak bisa diatur. Lea selalu saja mengikuti apa yang ia inginkan. Cara apalagi yang bisa ia lakukan untuk mengusir Lea dari hidupnya? Saturnus benar-benar sudah muak. Saturnus sudah terlanjur kecewa. Andai saja Lea tahu apa salahnya dan mau menjelaskannya dengan baik-baik padanya, mungkin ia tak akan semarah ini dan sekecewa ini. Sayangnya, Lea tak akan paham dimana salahnya. Sayangnya, Lea tidak sepeka itu jika diberikan kode. Bahkan Saturnus tak ingin memberikan kode apapun pada Lea. Baginya, kesalahan Lea tak dapat diampuni.
"Lea emang bego Saturnus. Tapi Lea bego hanya di depan Saturnus saja. Kalau di depan orang lain, Lea selalu tampil sempurna tanpa kurang apapun. Saturnus tahu? Kalau banyak laki-laki yang kejar Lea, tapi Lea gak pernah lihat itu Saturnus. Lea gak pernah gubris mereka. Lea hanya lihat ke Saturnus. Saturnus yang tak pernah bisa Lea gapai. Saturnus yang tak pernah bisa Lea miliki. Tapi Lea tetap keukeuh kejar Saturnus. Karena Lea ingin. Lea ingin kejar Saturnus. Lea suka sama Saturnus, Lea sayang sama Saturnus, Lea cinta sama Saturnus. Sampai segininya Lea sama Saturnus, apa Saturnus masih bekukan hati Saturnus untuk Lea? Apakah tidak ada sedikit saja ruang buat Lea tempati di hati Saturnus?" ucap Lea dengan nada sedihnya. Lea tak menangis, Lea hanya sedih. Sedih. Bukan menyesal. Semua tentang Saturnus tak pernah ia sesali. Baginya semua tentang Saturnus itu indah.
"Lo pikir gue peduli sama perasaan lo, Lea? Maaf. Tapi gue gak sepeduli itu sama perempuan yang suka sama gue. Gue... Gue udah terlanjur kecewa sama lo, Lea." sahut Saturnus dingin. Hatinya tak ada. Hatinya beku. Hatinya tak pernah tergapai oleh siapapun, termasuk Lea. Hatinya... Hatinya sudah terlanjur sakit dan terbakar. Saturnus sebenarnya tak bisa terima dengan apa yang ia lihat, rasanya lebih baik ia tak usah melihat itu semua tadi. Tapi mau bagaimana lagi? Saturnus sudah terlanjur melihatnya dengan kedua matanya.