Chereads / My Little Bad Girl / Chapter 28 - 28. Lo Takut Pacar Lo Marah?

Chapter 28 - 28. Lo Takut Pacar Lo Marah?

"Nggak, bukan gitu. Gue hanya gak mau ngerepotin lo, gue udah cukup banyak ngerepotin lo daritadi. Gue kan udah ada sopir pribadi yang bisa antar-jemput gue, jadi lo gak usah antar-jemput gue." ucap Valerie merasa tak enak mengatakannya. Semoga saja laki-laki penolongnya ini tidak tersinggung dengan penolakan dan perkataannya. Valerie sudah bicara baik-baik kan? Dan Valerie sudah mengatakan yang sebenarnya.

"Gue gak terima alasan itu Gadis. Alasannya terlalu sederhana dan menurut gue alasannya gak logis. Pasti ada alasan lain kan, kenapa lo gak izinkan gue antar-jemput lo?" tanya Saturnus lagi pada Gadis. Tentu saja ia merasa curiga, kenapa Gadis begitu melarangnya untuk mengantar-jemputnya? Apa yang salah? Saturnus memang harus lakukan ini sebagai bentuk tanggung jawabnya, kan Saturnus sendiri yang membuat Gadis terluka, sudah seharusnya ia bertanggung jawab atas kesalahannya.

"Enggak kok, gak ada alasan lain. Hanya itu alasannya. Gue hanya gak mau ngerepotin lo, itu saja. Hanya itu, tolong percaya sama gue." ucap Valerie dengan sorot mata memelas. Harus bagaimana lagi ia mengatakan yang sejujurnya? Jika ia jujur saja tidak dipercaya, bagaimana jika ia berbohong? Apa alasan yang bisa membuat laki-laki ini percaya? Tak ada. Valerie tak punya alasan lain lagi untuk dilontarkannya pada laki-laki ini.

"Kan gue udah bilang kalau gue gak ngerasa direpotin. Ini kesalahan gue yang udah buat lo terluka, jadi gue rasa gue harus tanggung jawab dengan cara antar-jemput lo. Gue gak mau dibilang gak bertanggung jawab udah buat anak orang luka-luka kaya gini. Kalau lo minta tolong buat gue supaya percaya sama lo, oke gue percaya sama alasan lo yang gak logis itu. Tapi gue juga minta tolong sama lo buat lo izinin gue untuk antar-jemput lo, oke?" tanya Saturnus dengan nada memohon. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia memohon sesuatu pada perempuan, biasanya ia tak pernah melakukan ini. Ada apa dengan Saturnus? Kenapa ia begitu keukeuh ingin mengantar-jemput Gadis? Se-khawatir itukah ia dengan Gadis? Atau ia sudah mulai suka dengan Gadis?

"Kok lo maksa sih?" tanya Valerie dengan nada suara yang begitu pelan. Ia tak punya keberanian untuk menatap laki-laki tampan di depannya ini, yang ia juga tak tahu siapa namanya. Yang jelas, ia merasa takut, takut membuat laki-laki di depannya ini tersinggung. Laki-laki ini sudah terlalu baik padanya. Laki-laki ini sudah rela menggendongnya sampai UKS dan mengobati lukanya hingga selesai. Walaupun Valerie tahu jika laki-laki ini yang membuatnya terluka, tapi cara laki-laki ini bertanggung jawab atas kesalahannya membuatnya merasa diperlakukan istimewa. Apakah boleh jika Valerie merasa bahwa laki-laki ini menyukainya?

"Gue gak maksa lo Gadis. Gue hanya ingin menebus kesalahan gue. Lagipula, kenapa sih lo begitu keukeuh gak mau gue antar-jemput? Apa gue gak boleh tau dimana rumah lo?" tanya Saturnus lagi masih tetap keukeuh ingin mengantar-jemput Gadis. Ia hanya ingin bertanggung jawab atas kesalahannya hingga ia tak merasa bersalah lagi, apa itu begitu salah dimata Gadis? Kenapa salah? Saturnus yakin... Gadis memiliki alasan lain untuk menolaknya, namun Gadis tak mau mengatakan alasan itu. Kenapa tak mau? Kenapa? Padahal Saturnus hanya berniat baik untuk menebus kesalahannya.

"Boleh kok. Tentu saja lo boleh tahu dimana rumah gue... Tapi..." sahut Valerie menggantungkan kalimatnya sambil berpikir keras. Apalagi alasan yang bisa ia katakan pada laki-laku keras kepala di depannya ini? Tidak, Ia tidak kesal dengan laki-laki ini, malah ia merasa bersyukur karena laki-laki ini yang membuatnya terluka dan menolongnya, karena jika orang lain, belum tentu ia diperlakukan semanis ini kan? Bisa saja hanya mengatakan kata maaf lalu pergi begitu saja. Dan ia berjalan terseok-seok tanpa ada yang mau membantunya. Terlebih, dirinya adalah murid baru di sekolah ini, mana ia tahu UKS dimana...

"Tapi apa?" tanya Saturnus penasaran. Ia menatap Gadis dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Satu kata yang bisa ia nilai dari Gadis adalah 'Manis'. Gadis sangat manis dalam raut wajah bagaimanapun, Gadis sangat membuatnya merasa gemas dan ingin mencubit pipinya. Tapi Saturnus tahan, Saturnus tak mungkin lakukan itu, tentu saja tidak. Mau ditaruh dimana wajahnya jika ia melakukan hal konyol seperti itu? Lagipula... Ada apa dengan dirinya kali ini? Kenapa ia begitu merasa bahwa dirinya menginginkan Gadis? Padahal nyatanya, ia baru mengenal Gadis beberapa menit yang lalu, bahkan ia belum mengenal Gadis, nama Gadis sebenarnya saja ia tidak tahu. Apakah itu dapat dikatakan mengenal? Tidak. Ia belum mengenal Gadis... Namun kenapa ia begitu ingin Gadis terus dekat dengannya?

"Tapi... Gak ada, lupakan saja... Gak ada apa-apa kok." ucap Valerie dengan suara yang gelagapan. Ternyata ia tidak menemukan alasan untuk itu. Baiklah, ia tidak bisa mengelak lagi sekarang, tak ada sesuatu yang bisa ia lakukan lagi untuk menolak laki-laki di depannya ini. Baiklah, ia pasrah. Ia akan menerima bahwa laki-laki ini akan mengantar-jemputnya sampai lukanya sembuh. Baiklah ia terima, ia akan terima itu.

"Oh... Gue tahu..." sahut Saturnus tersenyum miring merasa bahwa memang ada sesuatu yang mengganjal kali ini. Ia belum sempat menanyakannya pada Gadis, tapi mungkinkah perkiraannya benar? Bisa jadi iya, bisa jadi juga tidak.

"Tahu apa?" tanya Valerie merasa bingung dengan pengakuan laki-laki di depannya ini yang terdengar menggantung dan tak dapat ia pahami maksudnya.

"Gue tahu alasannya kenapa lo selalu nolak gue antar-jemput. Gue tahu sekarang apa alasannya. Jujur ke gue Gadis." ucap Saturnus menatap lurus Gadis yang masih menunduk dan terlihat seperti tak berani menatapnya. Kenapa Gadis begitu takut menatapnya? Apa yang salah dengan dirinya? Apa? Saturnus tak mengerti.

"Memangnya apa alasannya?" tanya Valerie mendongak menatap laki-laki tampan di depannya dan sedikit bergidik ngeri. Apakah ia sedang berhadapan dengan cenayang kali ini? Kenapa laki-laki di depannya ini seolah-olah tahu apa isi kepalanya? Mengerikan sekali rasanya jika benar begitu. Ia tak habis pikir lagi jika laki-laki tampan di depannya ini memang bisa membaca pikirannya. Tapi harusnya ia tak takut, karena memang tak ada yang ia sembunyikan dari laki-laki ini. Ia sudah berkata jujur tadi, jadi untuk apa ia merasa takut? Nyatanya Valerie tidak berbohong.

"Bukannya alasan itu sudah melekat di kepala lo? Kenapa tanya gue lagi? Gue hanya katakan, sepertinya gue tahu apa alasannya, tapi belum tentu apa yang gue pikirkan ini benar kan? Gue hanya menebak saja." sahut Saturnus dengan nada cueknya. Tidak seperti sebelumnya, ia merasa kehilangan minat ketika ia pikir apa yang ia pikirkan ini adalah alasan utamanya. Ia merasa bahwa ia telah kalah dan harus mundur sekarang juga.

"Hah? Alasan apa sih? Gue gak ngerti. Gue sendiri gak tahu apa alasannya. Semua alasannya sudah gue utarakan ke lo tadi. Gak ada yang gue tutup-tutupi lagi. Apa sebegitu gak percayanya lo sama gue?" tanya Valerie menatap laki-laki tampan ini dengan tatapan yang sedikit sedih. Tentu saja ia merasa sedih, karena tidak dipercayai, padahal ia sudah berkata jujur dan apa adanya.

"Lo takut pacar lo marah?" tanya Saturnus memberanikan diri menanyakan sesuatu yang begitu privasi ini pada Gadis. Siapa dirinya berani bertanya begini? Bukankah ini sangat privasi? Tapi jika benar Gadis memiliki kekasih, itu artinya ia harus mundur kan? Mundur teratur tanpa berjuang sama sekali. Menyedihkan sekali bukan? Ketika ia pikir ia bisa menyukai perempuan dan Gadis adalah orangnya, ternyata Gadis sudah memiliki kekasih.