Chereads / My Little Bad Girl / Chapter 25 - 25. Panggil Gue Sayang

Chapter 25 - 25. Panggil Gue Sayang

"Tapi banyak yang bilang gue laki-laki yang dingin. Banyak yang bilang gue gak baik... Gue jahat, gue gak punya hati... Banyak... Tapi gue gak paham, mereka bilang gue kaya gitu, tapi mereka tetap suka gue. Apa yang mereka lihat dari gue? Gak ngerti gue..." ucap Saturnus dengan nada yang begitu pelan. Terkadang ia menyesali penilaian orang-orang terhadapnya. Semua penilaian tentang dirinya tak sepenuhnya benar. Saturnus hanya tak ingin dekat dengan perempuan, tak ingin memiliki kekasih, itu saja. Namun mereka menilainya Saturnus sombong kan?

"Menurut penilaian gue ya, menurut gue... Lo gak dingin kok, lo baik, lo gak jahat, lo punya hati tentunya. Buktinya lo nolong gue, padahal kita belum kenalan. Itu udah cukup ngebuktiin betapa baiknya lo, betapa punya hatinya lo, betapa gak jahatnya, betapa ramahnya lo. Menurut gue juga, mereka mungkin suka lo karena ada sesuatu di diri lo yang orang lain gak punya, mungkin dimata mereka lo menarik dan tampan tentunya, dan masih banyak lagi alasannya yang mungkin gak bisa gue temukan." sahut Valerie berpikir keras memberikan jawabannya, pertanyaan Saturnus cukup susah untuk dijawab, apalagi ia belum mengenal Saturnus sama sekali. Tapu Valerie memberikan jawaban sesuai apa yang ia rasakan tentang Saturnus... Valerie pun merasa tertarik pada Saturnus, sepertinya Saturnus belum memiliki pacar, apakah Valerie bisa menaklukan hati Saturnus? Mungkin susah, namun susah bukan berarti tidak bisa kan?

"Makasih penilaiannya ya... ehm... siapa sih? Gue agak aneh kalau gak sebut nama, sedangkan lo gak beritahu nama lo, jadi gue bisa manggil lo dengan sapaan siapa?" tanya Saturnus keukeuh ingin tahu nama perempuan yang di gendongnya ini. Ia begitu penasaran, ia hanya ingin tahu namanya saja, apakah itu begitu salah?

"Ehm... Siapa ya? Gue aja belum tahu nama lo juga, tapi gue biasa aja tuh, gak ngebet banget kaya lo...Hahahah! Yaudah panggil gue Sayang aja oke?" ucap Valerie dengan tak tahu malunya. Ia hanya ingin dipanggil Sayang oleh laki-laki yang menggendongnya ini. Sekarang di panggil Sayang, kali aja besok di Aminin terus jadi Sayang beneran kan? Oke stop! Berhenti menghayal terlalu tinggi Valerie. Laki-laki yang gendong lo ini gak mungkin bisa jadi milik lo, dia terlalu sempurna untuk lo. Ibarat Langit dan Bumi. Langit dan Bumi yang tak mungkin bisa bersama.

"Hah? Nama lo Sayang? Sayang siapa lanjutannya?" tanya Saturnus sedikit bingung. Ia merasa begitu aneh dengan nama perempuan yang di gendongnya ini. Untuk pertama kalinya ia mendengar ada perempuan bernama Sayang. Apakah ia saja yang tidak tahu jika memang ada perempuan bernama Sayang?

"Hah? Bukan! Maksud gue... Panggil aja Sayang, kaya seorang cowok manggil pacarnya dengan sebutan Sayang ke ceweknya. Ngerti kan maksud gue?" tanya Valerie masih ingin ngebet dipanggil sayang oleh laki-laki yang menggendongnya ini. Entah kenapa ia juga tak tahu kenapa ia ingin di panggil Sayang, apakah ia menyukai laki-laki ini hingga se-ngebet ini?

"Loh? Tapi kita kan gak pacaran? Kenapa gue harus manggil lo dengan sebutan Sayang?" tanya Saturnus semakin bingung. Apa maksud perempuan yang di gendongnya ini? Apakah ia sedang diajak bercanda? atau ia sedang dikerjai? Atau sengaja dibuat bingung oleh perempuan ini? Menyebalkan? Tidak! Ia suka! Eh? Apa-apaan? Apa yang barusan ia pikirkan? Suka? Tidak, tidak... Saturnus fokus Saturnus... Inget lo gak boleh dekat dengan perempuan manapun sebelum impian lo semua terwujud Saturnus, ucapnya dalam hati.

"Yaudah... Kalau gitu... Kalau gitu kita pacaran aja, biar lo bisa manggil gue Sayang... gimana? Lo mau jadi pacar gue?" tanya Valerie dengan wajah yang tebal dan perasaan yang tidak tahu malu. Tentu saja. Sepertinya memang dirinya menyukai laki-laki ini hingga bicara seberani ini pada laki-laki ini. Biar saja, ia ingin berharap dulu. Biar saja, jika ia dibilang perempuan seperti apa yang berani-beraninya menembak cowok duluan. Dan ia lupa, jika ia adalah murid baru di sekolah ini.

"Hah? Apa? Lo nembak gue? Nggak... Gue gak biasa di tembak oleh perempuan duluan." sahut Saturnus menolak mentah-mentah. Tentu saja. Ia akan malu jika di tembak oleh perempuan duluan. Ia tak mau itu terjadi. Nanti akan terkesan tidak enak kedepannya. Ia ingin jika ia memiliki pacar, dirinyalah yang menembaknya terlebih dahulu, bukan perempuannya. Tapi tunggu! Ada apa dengan pikirannya? Bukankah ia sudah menetapkan diri untuk tidak dekat dengan perempuan manapun? Tapi kenapa sekarang ia ingin berubah pikiran?

"Terus gimana? Yaudah kalau gitu... Lo yang nembak gue duluan, sekarang! Ayo... Lo gak akan gue tolak, lo akan langsung gue terima sekarang juga sebagai pacar gue." sahut Valerie dengan tak tahu malunya. Sungguh, mungkin urat malu Valerie sudah putus sehingga ia benar-benar blak-blakan bicara dengan laki-laki yang menggendongnya ini. Tentu saja sebenarnya ia malu berbicara seperti ini, tapi apa yang kita suka harus kita perjuangkan kan? Sebelum terlambat dan diambil orang? Valerie tak mau jika semuanya terlambat.

"Hah? Enggak! Astaga... Kita kenal aja enggak... Masa iya langsung pacaran. Kenalan dulu lah, dekat dulu, PDKT dulu, baru pacaran. Gue gak mau semuanya terlalu cepat. Maaf bukannya gue gak mau nembak lo, atau gue nolak lo disaat lo nembak gue, tapi gue ingin kenal lo dulu, baru gue bisa mutusin gimana hubungan kita selanjutnya, Oke? Lo ngerti kan maksud gue?" tanya Saturnus ke perempuan yang di gendongnya ini. Lagipula UKS kenapa terasa begitu jauh dari derap langkahnya? Biasanya UKS tidak sejauh ini... Namun kenapa sekarang terasa sangat jauh? Saturnus tak sabar ingin tahu nama perempuan ini. Sangat tidak sabar.

"Ngerti... Hmmm.... Yaudah deh gak apa-apa... Hiksss... Gue di tolak nih?" tanya Valerie pura-pura bersedih. Tentu saja kenyataannya ia memang sedih, rasanya ia merasa begitu malu karena nyatanya ia ditolak oleh laki-laki yang menggendongnya ini. Tapi tak apa, toh ia bisa dekat kan dengan laki-laki ini? Semoga saja suatu saat nanti ia benar-benar bisa menjadi pacar dari laki-laki ini. Semoga saja... Suatu saat nanti...

"Enggak... Kan gue udah bilang, gue gak nolak lo, hanya ditunda saja dulu... Gue gak nolak lo, enggak sama sekali enggak... Gue hanya ingin kenal lo saja dulu, gue ingin mengenal calon pacar gue terlebih dulu, sebelum jadi pacar gue yang sah... Boleh kan?" tanya Saturnus tersenyum kecil menatap lurus kedepan. Tidak! Apa yang barusan ia katakan? Apakah Saturnus sudah gila? Kenapa ia berbicara seperti itu? Apakah ia benar menyukai perempuan yang belum dikenalnya ini? Sepertinya jawabannya adalah Iya. Lalu bagaimana dengan mimpi-mimpi yang belum sempat ia wujudkan semua? Apakah nantinya Saturnus tetap bisa fokus menjalani mimpi-mimpinya? Semoga saja Saturnus bisa melakukannya dengan baik walaupun ia dekat dengan perempuan... Baiklah, ia harus terbiasa dengan kehadiran perempuan ini di hari-harinya nanti.

"Boleh lah, tentu saja boleh. Semoga aja gue bisa beneran jadi pacar lo nantinya ya? Gue berharap banget. Gue suka lo... Tapi gue... Gue ngerasa gak pantas buat jadi pacar laki-laki sempurna kaya lo. Gue jauh banget. Lo belum gue kasitahu rahasia tentang gue. Rahasia yang gak ada satupun orang tahu di sekolah ini tentang gue. Lo mau tahu?" tanya Valerie pada laki-laki yang menggendongnya ini. Ia berniat memberitahu semuanya pada laki-laki penolongnya ini. Apakah ia salah jika membocorkan semua rahasianya pada laki-laki ini?

"Rahasia apa?" tanya Saturnus pada perempuan yang di gendongnya ini.