Chereads / My Little Bad Girl / Chapter 24 - 24. Memangnya Boleh?

Chapter 24 - 24. Memangnya Boleh?

"Naik aja... Gak apa-apa. Seberat apapun lo, gue akan tetap gendong lo." sahut Saturnus meyakinkan perempuan di depannya. Sungguh Saturnus merasa tidak tega melihat kedua lutut perempuan ini terluka karena ulahnya.

"Beneran gak apa-apa?" tanya perempuan itu sedikit ragu. Ia tak enak. Ia saja tak tahu nama laki-laki yang di depannya ini siapa. Masa tiba-tiba digendong? Apa tak sebaiknya berkenalan terlebih dahulu? Tapi sudah tak ada waktu lagi. Oke, nanti di UKS ia kan berkenalan dengan laki-laki penolongnya pagi ini.

"Aduh iya, iya gak apa-apa ehm... siapa sih nama lo?" tanya Saturnus lagi, ia beralih menatap baju perempuan itu mencari nama yang sekiranya tertempel di bajunya.

Perempuan itu menyadari bahwa laki-laki di depannya ini mencari tahu namanya lewat bajunya, dengan sigap ia langsung menutup namanya dengan telapak tangan kanannya sebelum laki-laki ini sempat membaca namanya. Huffgg untung saja, pikirnya.

"Kenapa di tutup namanya? Apa gue gak boleh tahu nama lo? Kenapa gak boleh?" tanya Saturnus lagi semakin penasaran pada perempuan di depannya ini.

Perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya pelan tanda ia memang tak mengizinkannya. "Bukannya gak boleh, tapi belum saatnya lo tahu siapa nama gue." sahut perempuan itu tersenyum tipis menatap lawan bicaranya.

"Yaudah kalau gitu, sini naik ke punggung gue." ucap Saturnus dengan nada memerintah pada perempuan di depannya.

"Baiklah terimakasih ya..." sahut perempuan itu lalu naik ke punggung laki-laki yang berniat menolongnya ini. Saturnus yang sudah membalikkan badannya, sedikit berjongkok dan bersiap-siap dengan cepat langsung berdiri ketika dirasa perempuan itu sudah berada di atas punggungnya. "Ingat pegangan biar gak jatuh." ucap Saturnus mengingatkan perempuan ini.

"Pegangannya dimana?" tanya perempuan itu lagi yang tak mengerti maksud dari ucapan laki-laki yang menggendongnya ini.

"Leher gue." ucap Saturnus singkat.

"Hah?" beo perempuan itu semakin tak paham, ia tertegun sebentar menyadari apakah ini mimpi atau bukan. Kenapa semuanya terasa seperti mimpi namun serasa begitu nyata?

"Peluk leher gue, pegangannya disana, supaya lo gak jatuh. Gue akan pegang kedua lutut lo yang berdarah ini... Maaf gue yang udah buat lo kesakitan kaya gini." ucap Saturnus gemas. Ia benar-benar gemas dengan perempuan yang ada di atas punggungnya ini, apakah perempuan ini berpura-pura bodoh dengan tidak memahami perkataannya? Tapi jauh di lubuk hati terdalamnya, ia merasa bersalah karena telah membuat perempuan yang cantik ini terluka di kedua lututnya.

"Hah? Memangnya boleh?" tanya perempuan itu semakin tak mempercayai pendengarannya.

"Gue gak akan nyuruh kalau itu gak boleh." ucap Saturnus semakin gemas, sungguh ia ingin mencubit pipi perempuan ini. Sungguh polos perempuan ini. Apakah ia memang benar-benar sepolos yang Saturnus kira?

"Hah? Oh iya, Makasih..." sahut perempuan itu sedikit canggung dan langsung mendekatkan wajahnya ke depan dan memeluk leher laki-laki yang menggendongnya dengan kedua tangannya. Rasanya begitu gugup, semuanya seakan berubah menjadi canggung setelahnya. Tak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki yang menggendongnya ini.

Bagaimana dengan Saturnus? Untuk pertama kalinya Saturnus menggendong perempuan, dan ternyata itu membuatnya merasa gugup sendiri. Terlebih perempuan yang di gendongnya sekarang sangatlah cantik di matanya dan begitu polos di matanya. Kenapa UKS terasa begitu jauh?

"Ehm... Gue mau tanya, kapan saatnya?" tanya Saturnus berusaha mencairkan suasana. Ia merasa suasananya begitu canggung sekarang, mungkin perempuan ini tak berani berkata apapun karena dirinya diam? Atau memang sedang tak ingin berbicara?

"Hah? Maksudnya?" tanya perempuan itu tersadar dari lamunannya. Ia tak sadar jika dirinya melamun. Kenapa? Apa yang dirinya lamunkan? Ia pun tak tahu.

"Lo tadi bilang, belum saatnya gue tahu nama lo sekarang, lalu kapan saatnya gue bisa tahu nama lo? Harus berapa lama lagi gue menunggu hanya untuk sekedar mengetahui nama lo?" tanya Saturnus dengan lancarnya. Setelahnya ia tertegun dengan apa yang dikatakannya barusan. Untuk pertama kalinya ia berbicara seperti ini dengan perempuan. Ada apa dengan Saturnus? Apakah Saturnus menyukai perempuan ini? Tidak, tidak mungkin. Ini tidak boleh terjadi. Saturnus harus tetap fokus dengan sekolah dan organisasinya. Tidak ada satu pun perempuan yang boleh mengisi hatinya saat ini, Saturnus belum siap untuk merasakan bagaimana sakitnya jatuh cinta.

Perempuan itu sedikit tertegun dengan pertanyaan yang laki-laki ini lontarkan. Namun ia berusaha menetralkan raut wajahnya dan berkata, "Oh itu, nanti... Nanti di UKS gue kasih tahu nama gue... Gue juga kan belum tahu siapa nama lo kan? Nanti aja sekalian kita kenalan, sekalian tukar nomor Whatsapp oke?" ucap perempuan itu dengan tak tahu malunya. Seketika setelah mengatakan itu ia merutuki kebodohannya sendiri. Apa yang barusan ia katakan? Ini sama saja ia meminta nomor Whatsapp laki-laki yang menolongnya ini. Astaga Valerie! Lo bodoh banget sih, bisa-bisanya lo ngomong gitu ke laki-laki yang belum lo kenal sama sekali, bisa-bisanya lo bersikap gak tahu malu kaya gini, ucapnya dalam hati menyumpahi dirinya sendiri karena kebodohannya.

"Hah? Oke." sahut Saturnus singkat. Apa.yang barusan ia jawab? Oke? Bagaimana mungkin? Saturnus paling anti menyebarkan nomor teleponnya kepada perempuan. Lea saja yang sudah mendekatinya setahun lamanya, masih saja ia merasa kesal ketika Lea mendapatkan nomor teleponnya. Tapi kenapa dengan perempuan ini tidak? Kenapa juga ia membandingkan perempuan ini pada Lea? Apakah benar ia memiliki perasaan pada perempuan ini? Tapi ini belum ada satu jam ia mengenal perempuan ini, bahkan Saturnus belum mengenalnya, namanya saja Saturnus tidak tahu, apakah itu bisa dikatakan sudah mengenal? Tidak kan...

"Wah makasih... Lo baik banget sih, mau tukaran nomor Whatsapp sama gue. Ternyata selain tampan lo juga baik ya? Pasti lo banyak yang suka kan? Ehm maksud gue, banyak perempuan di sekolah ini yang suka sama lo kan?" tanya Valerie mencairkan suasana canggung yang ada di hatinya. Ia merasa aneh saja ketika ia bersikap seperti sekarang. Rasanya ia langsung merasa akrab dengan laki-laki ini, mungkin karena laki-laki ini begitu baik padanya, jadi ia merasa sedikit... Ehm.... Nyaman?

"Iya... Memang banyak yang suka sama gue, gue juga gak tahu kenapa, padahal menurut gue, gue gak baik-baik banget kok. Bahkan gue ngerasa kalau diri gue begitu jahat." sahut Saturnus seadanya, mengakui apa yang ia rasakan. Mengakui bahwa nyatanya dirinya adalah makhluk dingin yang tidak punya hati kepada perempuan. Dengan ia menolak banyak perempuan secara halus, itu sudah membuktikan bahwa dirinya memang laki-laki yang tidak punya hati. Harusnya mungkin, ia memilih salah satu dari perempuan-perempuan itu untuk dijadikan kekasihnya, seperti Lea contohnya. Tidak... Kenapa harus Lea? Bukankah Lea sudah membohonginya? Dan Saturnus benci di bohongi.

"Cuma orang lain yang bisa menilai kita dengan baik... Kadang diri kira memang gak bisa nilai diri kita sendiri." sahut Valerie memberikan responnya. Tidak baik dari mananya? Jahat dari mananya? Buktinya laki-laki ini menolongnya, bahkan ketika Valerie tak mau memberitahu namanya, laki-laki ini tetap menolongnya dan membantunya. Setidaknya dengan itu saja sudah cukup membuktikan bahwa laki-laki yang menolongnya ini adalah laki-laki yang baik di matanya.

"Tapi..." ucap Saturnus menggantungkan kalimatnya.

"Tapi apa?" tanya Valerie langsung merasa penasaran dengan kelanjutan kalimat yang akan diucapkan laki-laki ini.