Chereads / PERTEMUAN AKHIR / Chapter 8 - Eps.8-RENCANA

Chapter 8 - Eps.8-RENCANA

•••

2039

Ingatan terakhir yang gue tau hanya tembakan sinar laser yang La pancarkan dari alat yang sekilas gue lihat seperti pistol, bentuknya lebih kecil dari yang polisi pakai pada biasanya.

Sebentar..

Gue rasa, ini deja vu.

•••

2017

Di tahun 2017 gue masih duduk di sekolah menengah atas, atau SMA Negeri di salah satu kota di Indonesia. Gue gak mau bilang itu dimana, yang pertama gue gak suka sekolahnya dan yang kedua sekolahnya gak suka sama gue, impas, karena gue banyak masalah.

Dulu, gue akrab di kenal kalangan remaja di SMA karena prestasi gue masuk geng motor. Bukan geng motor, sih. Hanya pemuda yg syukur-syukur punya motor lalu membuat nama untuk kumpulan kami.

Dengan bermodalkan motor custom, gue, Dani, Alga dan Algi berhasil mendirikan geng kecil-kecilan kami semasa SMA. Jelas kami dikagumi adik tingkat. Jelas juga, kami di benci guru BK. Padahal kami semua taat beribadah dan baik di mata masyarakat.

Pertemanan kami berempat cukup erat, bahkan ketika Alga dan Algi kecelakaan, gue dan dani pun masuk ke rumah sakit yang sama, untuk menengok saja.

Ketika liburan tiba, seperti pada umumnya, sekolah gue mengadakan studi tour untuk jalan-jalan ke beberapa lokasi di pulau jawa, termasuk ke candi borobudur.

"Dulu, kata guru les gue, kalo kita berhasil megang patung di dalem candi ini terus kita minta sesuatu pasti terkabul," jelas Dani, mengedukasi Gue, Alga dan Algi ketika di candi borobudur.

"Coba Dan, lo dulu cobain," pinta Algi.

"Udah tau gue boncel, kaki aja pendek, apalagi tangan bego!"

Kami menertawakannya, memang Dani itu pendek, makanya dia sering memakai motor gorilla atau model japstyle yang pendek. Otaknya juga terkadang pendek.

"Coba dah, Dit. Lo cobain," suruh Dani.

Gue sih sebenernya percaya gak percaya aja. Eh nyampe!"Dan! Sampe dan!" Dani semringah melihat pencapaian temannya ini, lalu dia menyuruh gue untuk segera meminta sesuatu. "Semoga Dani besok tinggi dan pinter. Amin."

"Goblok lo Dit!!"

Kami semua tertawa lagi.

Malammya di penginapan yang tidak jauh dari dekat candi, kami ber 4 berbincang-bincang di teras kamar.

"Lo percaya konspirasi?" Tanya gue ke Dani.

"Percaya."

"Pantes lo bego." Lalu Dani memukul gue. "Bercanda, Dan. Lo percaya konspirasi apa?"

"Mesin waktu, Dit," Dani sesekali menyeruput fanta di gelas, lebay. "Gue percaya aja sih di dunia ini udah ada mesin waktu yang dibuat sama manusia. Cuman masi dirahasiakan, mungkin."

"Iya, sih, Dan. Kalo lo punya mesin waktu lo mau ke masa lalu atau masa depan?"

"Gue sih gamau make, Dit."

"Kenapa?"

"Gue takutnya kalo gue make, keadaan dunia kacau, semua berubah."

"Sotau lo, ya. Fisika aja jelek setiap ulangan bisa-bisanya jawab begitu," kata gue meledek Dani, dia kembali memukul gue.

"Gini-gini juga gue nonton film kali," Dani membela diri.

Karena obrolan mengenai mesin waktu dan kebetulan Alga membawa laptop dan kami pindah ke kamar dari teras. Gue ingat sekali, kita menonton film Deja Vu yang di perankan Danzel Washington.

Hingga akhir film, mereka ber tiga nyenyak dengan mimpinya masing-masing. Sedangkan gue masih terbawa efek dari film tadi.

Beberapa menit setelah menonton, gue masih asik mengulang adegan-adegan yang menurut gue keren. Seperti ketika Agent doug alias Danzel Washington pergi ke masalalu.

'Anjir, berisik banget diluar,' kata gue dalam hati. Gue membangunkan 3 teman yang sudah tertidur pulas, hasilnya nihil. Lalu gue pergi sendiri ke luar penginapan sekitar jam 3 pagi.

"Pak ada apa ya berisik tadi?" Tanya gue, ke satpam di depan pintu masuk penginapan.

"Kurang tau saya juga, dik. Sudah dari 3 hari ke belakang selalu ada yang menuju ke candi jam segini sampai fajar."

"Mereka datang pakai apa pak? Mobil?"

"Iya mereka bawa mobil. Seperti mobil tentara begitu."

Gue meminjam motor pak satpam untuk mengecek apa yang terjadi di candi. 15 menit gue nego pak satpam untuk meminjamkan akhirnya dia membolehkan gue untuk memakai, dengan syarat subuh harus kembali lagi ke penginapan.

Dari kejauhan terlihat gemerlap cahaya, seperti beberapa orang menyalakan senter di sana dan ada tenda juga. Gue hanya memerhatikan dari jauh, tidak berani untuk mendekat.

Terdengar suara bor, galian seperti di proyek kontruksi lalau dentuman kencang dari arah candi. Sebenarnya ada apa ini? Apakah mereka me renovasi candi? Mungkin iya. Karena gue sudah tidak penasran, gue kembali ke penginapan.

"Dik, kamu tadi masuk ke kawasan candi?" Tanya satpam.

"Nggak, kok, pak."

"Ah syukur lah dik."

"Emangnya kenapa, pak?"

"Ngga, Dik. Hanya khawatir saja saya, cepet kedalem bahaya nanti ketauan guru kamu."

•••

2039

Di salah satu ruangan laboratorium Dr Tido.

"La, apa yang kau lakukan pada Dito!?" Sentak Dr Tido kepada La, di suatu ruangan dalam laboratoriumnya.

"Aku hanya membuatnya tidak sadarkan diri Dok," jawab La, "sungguh aku tidak menyakitinya.

Dr Tido, dengan segala kecemasannya dia hanya bisa mondar-mandir di dalam ruangan. Seperti memikirkan sesuatu yang semua orang diruangan itu pun tidak bisa memikirkannya.

"Dok, mungkin anda ingin minuman hangat?" Kata Nyle-01 menawarkan.

"Cepat bawakan, jangan terlalu manis, Nyle."

"Baik, Dok."

Lalu Dr Tido duduk di depan monitor besarnya. Yang didalam monitor itu memperlihatkan gue yang sedang kebingungan di kamar. "Untuk semua yang ada disini, kita sudak menunggu cukup lama orang baru datang kembali. Tolong, jangan sia-siakan kesempatan ini."

"Baik mengerti, Dok," ucap semua orang yang ada di ruangan itu,termasuk La dan Nyle-01.

"Dan jangan pernah sekalipun menyakiti mentalnya. Karena Dito akan menjadi sesuatu yang besar nanti."

"Dok, apakah rencana itu akan dilakukan sekarang? Karena Dito sudah bangun dari tidurnya?" Tanya salah satu bawahan Dr Tido, namanya belum diketahui.

"Mungkin kita tunda sejenak, rencana pengembalian akan dimulai ketika kita bisa merebut alat itu dari LF. Untuk sekarang, kita tes di dalam tubuhnya apakah terdapat antibodi yang sama dengan istrinya." Kata Dr Tido. "Nyle, lakukan dengan hati-hati."

"Baik, Dok."

•••

2039

Ah, kepala gue masih sangat sakit. Mata pun belum bisa melihat dengan jelas apa yang ada di sekitaran gue. Sial. Apa itu yang La pakai tadi? Gue ingin sekali merebutnya dan menembakan kepadanya tepat di depan matanya.

Gue merebahkan badan untuk beberapa menit. Karena gue pikir kepala gue akan baik-baik saja. Gue pun tertidur.

"Dit, Dito, bangun," entah siapa, suaranya samar-samar dan gue rasa dia sambil menggoyangkan badan gue.

"NYLE! Gak-" sebentar, gue ingat ini 2039. "Lo, Nyle ciptaannya dr Tido, kan?"

"Kamu tidur terlalu lama, cepat dimakan dulu. Aku buatin ayam kecap kesukaan kamu," kata dia sebari menyodorkan nampan.

"Apakah lo Nyle-01?"

"Aku rasa, Dit. Kamu harus berhenti membedakanku dengan Nyle yang sebenarnya. Karena aku adalah dia."

"Jangan asal bicara, bilapun memang reinkarnasi itu ada. Atau bahkan Nyle yang aku kenal menjadi pohon. Aku akan tetap memanggap pohon itu sebagai Nyle daripada mengganggap Lo sebagai Nyle."

Hening.

Nyle-01 tersenyum, "mungkin kamu hanya butuh waktu saja, ya, Dito."

•••