Chereads / PERTEMUAN AKHIR / Chapter 12 - Eps.12-BERITA

Chapter 12 - Eps.12-BERITA

•••

2028

-20 AGUSTUS-

'Dit.'

Akhirnya! setelah setahun lamanya. Maksudnya, seharian lamanya.

'Halo, Nyle! Apa kabarrrr?:)'

Pesan yang gue kirim ngga langsung dia baca. Gue menunggu beberapa menitpun tak kunjung dibaca, akhirnya gue simpan handphone sesaat untuk melanjutkan kerjaan.

Karena memang senang, gue hampir tidak menyadari, tumben sekali Nyle hanya manggil begitu saja di chat. Biasanya dia memanjangkan huruf terakhirnya agar terlihat akrab. Apalagi ke gue, agar terlihat sayang.

'Nyle, kamu baik-baik saja sayang?'

Mungkin, Nyle masih sibuk dengan pekerjaan, gue khawatir sekali sekarang, namun, mau gak mau gue harus tetap percaya bahwa Nyle baik-baik saja disana.

Semoga kamu baik-baik selalu, Nyle.

•••

2028

-21 AGUSTUS-

Senin ini beda sekali rasanya. Walau, gue dan Nyle baru sering bersama hanya ketika Lero lahir, namun semuanya menjadi berbeda sekali. Walaupun sebentar, rasanya Nyle ada setiap hari di rumah adalah suatu kebahagiaan untuk gue.

Diawali dengan bangun pagi, gue sudah tidak melihat Nyle keluar dari wc seperti biasanya. Kebiasaan kecil yang gue rindukan. Menyambut dengan senyuman di depan pintu, sosweet sekali—menurut gue, entah kalian.

Nyle belum juga membalas pesan yang gue tanya kemarin. Gue rasa pun, gue gak harus nge-spam chat karena takutnya itu mengganggu dia. Terbayang, kan, akan se bising apa notifikasi handphone Nyle berbunyi di rumah sakit.

Bi Sumi sedang menyiapkan makan pagi ketika gue turun ke lantai bawah.

"Dit, gimana Nyle? Apa sudah ada kabar?"

"Belum, Bi. Mungkin dia lagi sibuk-sibuknya kerja," Jawab gue.

"Iya, ya, Dit. Tapi Dito, Bibi juga jadi khawatir sama Nyle. Padahal, baru beberapa hari yang lalu dia pergi bekerja lagi."

"Doakan aja, ya, Bi,"

"Iya, Dito."

"Lero dimana, Bi?"

"Oh, itu, dia pasti lagi dipinggir sofa."

Gue menghampiri sofa, benar saja, disamping gue lihat lero sedang asyik membangun istana nya sendiri menggunakan mainan yang Nyle kasih untuk gue. Gue lihatpun ensiklopedia berceceran di atas sofa.

"Wah, wah. Anak ayah lagi ngapain ini," kata gue, sambil menggendong Lero.

Lero tidak menjawab.

"Oiya, kamu kan masih 3 bulan. Ayah lupa," tambah gue, menjelaskan.

"Wahhh, ini siapa ni yang buka-buka buku ensiklopedia Ayah? Lero mau ngaku ga? Masa Bi Sumi, sih?"

Lero sekali lagi diam, melongo.

"Oiya, kamu kan masih 3 bulan. Ayah lupa," kata gue, menjelaskan.

"Oh, itu Lero, Dito yang buka-buka. Tadi bibi kasih soalnya ngeliatin terus di rak buku," jelas Bi Sumi.

"Oh, iya Bi gapapa kok. Mungkin Lero bakal jadi ilmuan atau apalah kedepannya haha."

"Aamiin, Dito."

Gue makan pagi dengan perasaan yang gue tidak suka lagi, sendirian. Bi Sumi gak menemani gue makan, Beliau sedang mengasuh Lero.

Gue rasa, hari ini pun Nyle tidak akan bisa menjawab pesan gue. Kondisi diluar rumah pun sangat tidak kondusif untuk gue menghampiri Nyle.

Urti-28 sangat sensitif sekali, sangat. Merabaknya virus ini berbeda sekali dengan virus yang menyebabkan pandemi beberapa puluh bahkan yang baru-baru keluar di Indonesia.

Berita juga mengabarkan bahwa udara diluar tidak terlalu aman untuk dihirup bahkan disentuh, Urti-28 sangat se berbahaya itu untuk di hadapi.

•••

2028

-21 AGUSTUS-

'Halo Dittt' Nyle membalas pesan.

Baru sekitar jam 8 malam, Nyle baru membalas pesan gue. Saking excited nya gue, gue teriak lega dan auto text di handphone gue merespon suara.

'NYLEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE'

'Ditoooo:)' jawab Nyle cepat.

'Gimana kabar kamu??'

'Ya, cukup sulit sekali, Dittt. Maafin aku jarang mengabari keluarga, yaa'

Lalu, Nyle memberikan fotonya lengkap dengan protokol (APD) yang dia kenakan, berbeda dengan protokol biasanya.

'Iyaa, Nyle, gakpapa kooo.'

'Disini sangat sulit sekali, terkadang memakai protokol yang amat ketatpun ada juga yang terpapar. Tapi, aku yakin tak akan apa apa dittt'

'Syukurlah, Nylee. Jadi apakah virus ini akan jinak secepat mungkin atau bagaimana?'

'Kesulitan kami disini mungkin sedang ilmuan pikirkan Ditt, mereka rencananya akan lebih mengembangkan komunikasi, kontak, secara jarak jauh namun masih dengan bertatapan muka'

'Umm... aku tak mengerti, Nyle. Hehe'

'Intinya begini Ditooo, ilmuan ingin kita bisa berdekatan, tapi tidak menyentuhh. Jadi segalanya akan di batasi dan dibantu oleh teknologi canggih'

'Ohhhh' padahal, gue belum cukup paham.

'Ditoo, maafin aku tidak bisa terlalu lama. Tolong sampaikan cium sayangku ke Lero, okay???'

'Ke aku bagaimana?'

'Haha Dito. Sudah sepakettt, aku sayang kamu, Dito'

'Akupun sayang kamu, Nyle. Hati-hati selaluuu'

Tidak terlalu banyak waktu untuk kami berkomunikasi. Sebentar saja pun, gue merasa lebih lega dari sebelumnya.

Gue langsung turun ke bawah untuk menyampaikan salam Nyle ke Lero. Gue juga mengabari Bi Sumi perihal Nyle yang baru saja membalas pesan. Bi Sumi terlihat lega juga mendengar kabar itu.

"Dito, Bi Sumi senang sekali Nyle baik-baik saja. Namun, tadi Bibi lihat di TV kalau penyakit ini bisa menempel di berbagai macam benda dan susah dihilangkan," Bi Sumi menjelaskan.

"Iya, Bi. Tadi Nyle juga sudah menjelaskan virus ini sangat merepotkan."

"Dan, tadi juga di berita di bilang bukan hanya banyak dokter yang terpapar. Ada juga yang karena alat pelindung diri mereka bikin sesak napas."

"Maksud Bibi gimana?"

"Iya, Dito. Karena si virus ini lebih ganas, jadi ketika menempel di suatu benda dia susah sekali di hilangkan. Berita mengabari bahwa gara-gara hal tersebut para medis di larang untuk membuka alat pelindung diri mereka sampai benar-benar aman situasinya."

Apa yang Bi Sumi jelaskan membuat diri gue panik kembali. Ada benarnya juga berita yang tadi Bi Sumi jelaskan. Gue beranjak kembali ke atas untuk mengambil handphone gue.

Setelah sampai di kamar, gue membuka chat dengan Nyle dan membuka foto yang Nyle berikan. Karena memang kamera handphone Nyle lumayan jelas dan akurat sekali, gue memperbesar gambar dan melihat seluruh badan Nyle.

"Astaga, Nyle," ucap gue, badan gue lemas ketika sehabis melihat dengan jelas foto Nyle. Wajah Nyle pucat sekali, walaupun, yang terlihat hanya sekitaran matanya saja. Matanya pun merah dan sedikit berair.

Bi sumi mengetuk pintu dari luar," Dito, kamu baik-baik aja? Kan?"

"Bi, coba liat sini. Masuk aja Bi."

Bi Sumi mencoba menelaah, teliti seperti yang gue lakukan sebelumnya.

"Astaga, Dito," ucap Bi Sumi pelan, sambil mengusap dadanya.

"Ada apa Bi? Bibi ngeliat apa?" Tanya gue, panik. Gue ikut deg-degan lagi.

"Bibi baru ingat. Dokter yang banyak tumbang itu ada gejala-gejala yang jelas terlihat," kata Bi Sumi menjelaskan. "Salah satunya, karena pengap, mata Dokter mengeluarkan air mata dan merah juga."

Suasana kamar lengang. Gue dan Bi Sumi terdiam.

•••