Chereads / PERTEMUAN AKHIR / Chapter 15 - Eps.15-BERITA 4 (SELESAI)

Chapter 15 - Eps.15-BERITA 4 (SELESAI)

•••

2028

-24 Agustus-

Kami semua terlamun diam. Gue dan Bi Sumi tidak mengeluarkan satu patah kata. Apa ini?

Karena ketidak percayaan gue atas berita yang tadi keluar, gue mencoba mencari berita lain di sosial media. Semua mengangkat berita yang sama, Nyle ditunjuk untuk meneruskan kepemimpinan rumah sakit terpenting di Bandung.

Entahlah.

Apa gue harus senang, Atau, sedih?

Rasa khawatir gue menjadi-jadi. Seakan, Nyle akan menjadi tumbal untuk melindungi orang-orang di Bandung. Rasa cemas melanda di dalam rumah. Gue dan Bi Sumi terus memantau tajam apapun berita yang keluar dari TV.

"Dito, apa ada kabar dari Nyle?" Tanya Bi Sumi, dengan suara sedikit pelan.

"Belum, Bi. Terakhir kemarin saja belum terbalas."

"Menurut Bibi, ini sedikit aneh, Dito. Maksdunya, kenapa harus Nyle?"

Pertanyaan Bi Sumi membuat gue berpikir

lagi dan lagi. Iya juga, mengapa harus Nyle? Gak mungkin Nyle punya hubungan spesial dengan Pak Tonny, kan?

Setelah rasa panik yang menerkam pikiran, selanjutnya gue merasa ada yang tidak beres. Apa benar, ada sesuatu yang spesial antara Pak Tonny dan Nyle? Gue sedikit gelisah, hati terasa panas sekali.

"Bi, mungkin ga kalau Nyle punya hubungan khusus?"

"Sama siapa Dito?"

"Pak Tonny, Bi."

" Dito, ah, jangan mikir gitu," bantah Bi Sumi. "Nyle itu orangnya gak mungkin khianatin perasaan, dia baik mirip Ibunya."

Seketika gue merasa bersalah. Gue baru sadar akan hal itu.

Maaf, Nyle.

•••

2028

-25 Agustus-

Berita menyajikan hal yang baru, diperlihatkan seluruh tim penting kesehatan di Indonesia berkumpul dalam sebuah ruangan mewah dimana protokol kesehatan sangat dijaga disana.

Disebutkan, tim kesehatan Indonesia, termasuk para ilmuan berkumpul disana. Ternyata, itu adalah press conference yang akan mengumumkan terkait kondisi di Indonesia sekarang.

Perwakilan dari Sumatera, memberitahukan bahwa akan menutup seluruh akses agar tidak akan ada yang masuk ataupun keluar dari pulau sumatera. Hasil persetujuan dari masyarakat Sumatera membuat keputusan itu sangat bulat.

"Dengan ini, saya nyatakan bahwa tidak ada yang boleh masuk ataupun keluar dari pulau kami. Disana kasus terinfeksi masih belum ditemukan, saya tidak akan membiarkan kasus tahun-tahun lalu terulang kembali," ucap pria perwakilan dari sumatera, Pak Togar namanya.

Media yang mendengarnya tidak tinggal diam, banyak sekali pertanyaan yang di lontarkan kepada Pak Togar. Salah satu pertanyaan yang terlontar adalah "Bagaimana bila ada pihak yang berkerja sama dengan beberapa perusaahan yang ada di pulau Sumatera?"

Dengan jawaban dingin, Pak Togar tetap menolak, "Tidak ada yang boleh masuk dan keluar. Saya dan para ajudan adalah yang terakhir keluar dari pulau kami. Kami akan bertahan dengan cara kami."

Tidak lama, seluruh perwakilan dari Sumatera, Pak Togar dengan 3 ajudannya pergi dari ruangan. Sepertinya dia langsung kembali ke Sumatera.

Selanjutnya, perwakilan dari Kalimantan, namanya Pak Lahwi memaparkan kondisi yang terjadi disana. Kalimantan juga belum terdampak virus yang mematikan ini. Namun pernyataan Pak Lahwi sedikit berbeda dengan orang dari perwakilan Sumatera.

"Kami akan tetap berhubungan dengan orang-orang diluar pulau. Kami tetap akan membantu dengan pasokan obat-obatan atau semacamnya. Tetapi tetap saja, kami akan tetap membatasi namun tidak melarang juga."

Mungkin, karena adanya tekanan dan efek yang besar bisa membuka wilayah, keputusan dari beberapa perwakilan pulau membuat keputusan yang melindungi wilayahnya masing-masing.

Dari 4 wakil pulau, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua telah menyampaikan keputusannya terkait keamanan wilayah. Hanya sumatera yang menutup rapat akses masuk keluar.

Terakhir dari pulau Jawa. Dalam kamera press conference yang ditampilkan di TV terlihat semua jadi lebih berhati-hati ketika perwakilan dari Jawa akan memaparkan. Perwakilan dari Jawa tidak hanya satu orang saja, ada 3 orang yang menuju meja press. Nyle termasuk dalam ketiga orang itu.

Bi Sumi, yang kala itu di samping gue bertanya keheranan, "kenapa sikap mereka jadi berubah ya Dito?"

"Berubah gimana, Bi?"

"Beda aja, gitu, Dito. ketika perwakilan yang lain masuk dan maju. Giliran dari kita, mereka banyak yang kayak ketakutan gitu."

"Mungkin ada hubungannya sama kasus,Bi," kata gue, sedikit menjelaskan.

Dalam siaran yang ditayangkan langsung, Nyle sama sekali tidak terlihat takut ataupun panik ketika duduk dimeja. Suasana disana sempat sunyi dalam beberapa menit, entah kenapa, yang terlihat hanya 3 orang dari perwakilan jawa terdiam di meja press conference.

Sudah 2 menit berlalu akhirnya salah satu dari ketiga perwakilan dari pulau jawa membuka suara, orang itu bukan Nyle, melainkan pria berkacamata yang sekilas terlihat seperti peneliti atau ilmuan yang sebelumnya juga menangani kasus virus beberapa waktu lalu.

"Kami sangat mengharapkan, sangat-sangat mengharapkan bantuan dari seluruh masyarakat Indonesia atas apa yang terjadi pada pulau Jawa. Kami tau betul apa yang sedang terjadi, maraknya virus yang tersebar di pulau Jawa mungkin itu yang membuat masyarakat diluar sana khawatir, namun, kami sangat butuh sekali uluran tangan dan doa dari semuanya," jelas pria berkacamata.

Dari belakang kamera yang disiarkan dalam TV, ada suara wartawan yang mengajukan pertanyaan, "bagaimana bila tidak ada yg membantu?"

Nyle terlihat diam, entah dia sedang memikirkan apa. Kedua pria yang disamping Nyle, yang berkacamata dan yang tidak menatap satu sama lain. Mereka juga menatapi Nyle yang terlihat seperti membeku.

"Mungkin, kami semua akan tamat," jawab Nyle, lalu dia menjauhkan mic dari mulutnya.

Tidak ada pertanyaan lagi yang datang, sesi press conference selesai begitu saja. Terlihat semua yang berada di hadapan kamera hilang begitu saja, semua pergi dari tempat itu. Siaran TV pun ikut selesai.

Terdengar suara telpon dari atas kamar, gue bergegas keatas meninggalkan Bibi yang masih berada di depan TV. Seketika sampai di kamar, layar handphone terlihat dari kejauhan dan Nyle-lah yang menelpon. Dengan secepatnya gue angkat.

"Halo, Nyle, Nyle?"

"Halo Dito, iya aku Nyle Dito," balasnya dengan sedikit tertawa kecil.

"Nyle apa kabar? Aku khawatir sekali, kamu baik-baik saja?"

"Tenang saja, Dito, aku baik-baik saja disini."

"Syukurlah, Nyle."

Sungguh, gue bersyukur sangat dengan akhirnya Nyle menghubungi. Kami sempat tidak berkata dalam beberapa detik, seperti tidak akrab saja sebelumnya, canggung.

"Dito?" Tanya Nyle di sela-sela kesunyian telpon.

"Iya, Nyle?"

"Apa kamu sudah tau semua, Dito?"

"Ya, mungkin ngga semuanya, sih, Nyle. Tapi aku sempat menghampiri ke Rumah Sakit."

"Dito!" Nyle terdengar cukup kaget ketika gue memberitahunya. "Dito, aku mohon, jangan dulu keluar dari rumah, jangan menghampiriku sampai ke Rumah Sakit. Resikonya sangat besar sekali Dito."

"Memangnya, kenapa Nyle? Aku hanya ingin tau kondisimu. Aku sangat khawatir belakangan ini karena tidak ada kabar darimu."

"Aku mohon Dito, tolong jaga dirimu, Lero dan Bi Sumi dirumah hingga ada kabar berikutnya dari menteri kesehatan tentang virus ini."

"Tapi Nyle, tolong jangan memaksakan apapun, aku takut."

"Tenang, Dito, percayakan saja kepadaku, aku ini istrimu." Dari kejauhan, sedikit samar-samar, terdengar suara pintu terbuka dan suara seseorang yang menyuruh Nyle untuk bergegas. "Dito, aku mencintaimu, nanti akan kukabari lagi."

Sebelum gue membalasnya, telpon telah ditutup oleh Nyle. Tingkat ketakutan dan kekhawatiran gue bertambah dua kali lipat.

Hening.

•••