•••
2028
-23 Agustus-
Hening.
'Halo, Pak? Apakah anda baik-baik saja?' Tanya tentara diluar yang terdengar dari handphone, mereka terlihat sedikit panik. 'Apakah anda keluarga dari pak Tonny?' Lanjut mereka bertanya.
'Oh, bukan-bukan. Saya hanya kaget saja, baru beberapa hari kebelakang kami bertemu. Belum seminggu,' kata gue menjelaskan.
'Lalu, anda kesini untuk mencari siapa?'
'Apakah anda kenal dengan yang namanya Dokter Nyle?'
'Sebentar,' lalu salah satu tentara memanggil tentara yang lainnya. Entah apa yang di obrolkannya, salah satu tentara datang dengan membawa tablet. Mereka seperti sedang fokus mencari sesuatu. 'Pak Dito, apa yang anda cari Nyle nasution?'
Sontak gue kaget, 'iya pak, iya, betul.'
'Status Nyle Nasution masih ada disini, Pak. Itu menandakan Nyle kondisinya baik-baik saja, tidak ada tanda terpapar atau hal lainnya.'
'Apakah data itu valid pak?'
'Ini baru di update 5 menit yang lalu oleh pihak rumah sakit. Jadi, ini valid, pak.'
Syukurlah, gue sangat lega ketika mendengar kabar itu.
Untuk Pak Tonny, gue sangat berduka cita sedalam-dalamnya karena beliau adalah orang baik, orang yang sangat dipercaya oleh lingkungannya. Semoga, beliau ditempatkan di tempat terbaik di surga, aamiin.
•••
2028
-23 Agustus-
Gue pulang kerumah sekitaran jam 7 malam. Banyak sekali sebenarnya pertanyaan yang ingin gue tanyakan perihal keadaan Indonesia pada tahun ini. Namun, anehnya, ketika tau kabar Nyle baik-baik saja, gue merasa sudah sangat cukup. Apa gue orang yang egois, ya?
Pulang kerumah dengan keadaan bingung dan senang, keluar mobil dengan di sterilkan dulu oleh Bibi yang langsung keluar ketika mendengar suara mobil gue.
"Bagaimana, Dito?" Tanya Bi Sumi, sambil menyemprotkan caira penyeteril kuman.
"Suasana di Bandung berbeda sekali, Bi," jawab gue.
"Berbeda gimana, Dito?"
"Semua pertokoan yang biasanya buka dan ramai hari ini sama sekali tidak ada yang buka," jelas gue. "Jalanan pun sangat sepi sekali dan entah kenapa ketika Dito dekat dengan rumah sakit di suruh mematikan AC dan sangat ketat sekali dari sebelumnya," tambah gue.
"Oh iya-iya, Bibi paham. Ayo, Dito, kita masuk dulu kedalam."
Lalu, gue dan Bi Sumi masuk kedalam rumah. Lero sepertinya sudah tertidur di ranjang miliknya. Makanan malam sudah Bi Sumi siapkan, gue disuruh makan dulu oleh beliau.
"Apa yang Dito bilang, sebenarnya tadi sudah diberitakan," Ucap Bi Sumi.
"Apa saja, Bi, yang berita katakan?"
"Ya,begitulah Dito. Bukan hanya Bandung ternyata. Karawang, Jakarta, Medan, bahkan wilayah di Timur sana situasinya sangat kacau."
"Tapi, Bi, aku ngga melihat kekacauan diluar sana?"
"Entahlah, Dito. Seharusnya, sih, kacau menurut berita tadi sore."
Hmm, gue merasa heran dengan situasi seperti ini. Jangankan perihal jalanan di kota, di komplek gue pun sangat sepi sekali. Entah kemana perginya tetangga gue, namun, ini semua tidak wajar.
"Bagaimana Nyle, Dito?" Bi Sumi bertanya, menghentikan lamunan gue.
"Syukurlah, Bi. Nyle tidak apa-apa. Hanya saja, Dito ngga ketemu Nyle disana. Jadi hanya dikabari oleh penjaga pos di depan rumah sakit."
Bibi terlihat sangat lega sekali ketika gue mengabarkan tentang Nyle. "Tapi, Bi, ada kabar duka. Pak Tonny terkena virus dan sekarang beliau sudah meninggal dunia."
Ekspresi Bi Sumi seketika berubah. Walaupun, Bi Sumi tidak mengenal Pak Tonny, ia tetap terkejut tidak menyangka.
•••
2028
-23 Agustus-
21.00 WIB. Gue sudah selesai bersih-bersih badan dan segala macamnya. Gue pergi ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaan gue.
Nyle belum kunjung membalas pesan. Lama sekali, memang. Tapi, gue mewajari saja karena ini bukan virus yang ringan. Semoga, Nyle baik-baik saja.
Gue gak pandai menulis puisi atau yang berbau romantisme. Jikalau iya, gue sudah menulis beberapa kalimat dan menguploadnya di media sosial, seperti orang-orang ketika hatinya gelisah.
Sebelum memulai pekerjaan, gue mengecek email terlebih dahulu.
'Astaga, apa ini?' Kata gue dalam hati.
Ada pesan dari walikota langsung ke email gue untuk menutup bisnis yang melibatkan bertemunya orang-orang. Gue gak habis pikir, mungkin ini yang terjadi dengan pertokoan diluar sana.
•••
2028
-24 Agustus-
Setelah kemarin malam mendapat kabar yang tidak mengenakan, gue menutup semua bisnis cuci mobil gue. Gue mengabari Nyle juga perihal ini dan seperti biasa, Nyle belum menanggapi.
Karena hal tersebut, kerjaan gue sekarang berarti hanya mengurus kontrakan dan membuat komik saja.
"DITOO DITOOO," teriak Bi Sumi dari bawah. Gue bergegas langsung keluar kamar untuk menemuinya.
"Ada apa, Bi?" Tanya gue panik.
"Itu Nyle bukan?" Bi Sumi menunjuk ke arah televisi.
Tatapan gue menajam, ngga ingin menyia-nyiakan momen ini.
Bi Sumi benar, itu benar Nyle! Pakaian nya sama percis seperti yang di fotokan olehnya beberapa waktu lalu. Yang lebih meyakinkan itu Nyle adalah dari name tag miliknya.
Nyle terlihat sedang berdiskusi disana, suasana terlihat mencekam. Banyak orang-orang yang gue tidak ketahui. Mungkin, mereka adalah ilmuan yang tentara kemarin bilang?
Lalu, siaran berpindah ke lokasi lain.
Gue tetap memerhatikan berita, begitu juga Bi Sumi. Mata kami tidak ada satupun yang kabur dari layar televisi.
Berita mengatakan, karena memang sudah banyak sekali korban, termasuk pemilik rumah sakit, Pak Tonny. Rumah sakit kebingungan untuk melanjutkan kepemimpinan. Kebetulan Pak Tonny keluarganya tidak menyanggupi karena tidak tahu menahu mengenai rumah sakit itu dan akhirnya, dokter dan petinggi mengusulkan satu nama untuk dijadikan pemimpin rumah sakit untuk sementara. Dia bernama
Nyle Nasution.
•••