"Pada saat-saat itu, aku selalu berpikir bahwa kamu mendekatiku karena hanya ingin memanfaatkan diriku untuk memajukan bisnismu." Yura memandangi bunga-bunga jatuh yang bergoyang tertiup angin di luar jendela, dan melanjutkan, "Bagaimanapun, menurutku kamu dulu tidak sebaik sekarang. Setidaknya itulah yang ada di pikiranku dulu."
Dion jelas tidak ingin mengingat hal-hal itu sebelumnya, lagipula, dia benar-benar tidak ada niat untuk memanfaatkan Yura demi perusahaannya. Dia tersenyum. Yura melihat garis wajahnya yang sempurna dan matanya yang bersinar seperti bintang, ditambah dengan senyumnya yang semanis permen kapas.
"Apa yang membuatmu tersenyum seperti itu?" Yura menatap matanya dan bertanya dengan lembut.
"Tidak ada. Aku hanya ingin tersenyum." Dion mengusap tangan Yura dengan penuh kasih sayang, seolah dia sedang menyentuh sebuah karya seni yang berharga.