Sudah hampir setengah jam kami disini saling berbincang dan bercanda gurau selagi menunggu selesainya rapat wali murid. Setelah itu akan ada pembagian rapor. Tak lama kemudian aku mendapat pesan dari kak Genta yang katanya rapat sudah usai dan kak Genta sekarang sedang menunggu didepan.
" kak Genta! ", kak Genta menoleh dan menghampiriku.
" udah selesai kak? ", tanyaku saat kak Genta sudah didepanku.
" iya udah, ini rapormu ", aku mengambilnya dari tangan kak Genta.
" kakak udah liat nilai Disha? "
" udah tadi, nilai kamu bagus Ta, yahh walaupun gak masuk tiga besar ", aku nyengir mendengarnya. Aku memang tidak berharap masuk tiga besar kali ini. Mengingat saat ujian semester kemarin aku tidak serius belajar. Aku terus saja memikirkan kak Genta juga Fara yang tidak masuk beberapa hari membuatku malas belajar.
" yaudah ta ayoo kakak anter kamu pulang, udah selesai kan? ", tanya kak Genta.
" iya kak, tapi entar kakak mampir kerumah kan? "
" maaf ya ta kakak belum bisa pulang sekarang, nanti ya kalo semuanya udah lebih kondusif ", aku menghela napas kecewa mendengar ucapan kak Genta.
" yaudah yuk ", ajak kak Genta. Aku mengangguk mengikutinya berjalan ke depan.
" kamu tunggu disini bentar ya ta ", aku menganggukinya. Aku melihat kak Genta pergi kearah parkiran. Apa kak Genta bawa mobil? tapi kan mobil kak Genta ada dirumah. Sudahlah aku tak memusingkan hal itu. Selama menunggu aku menunduk sedih karna kak Genta tidak ikut pulang hanya mengantarku saja.
" disha! ", refleks aku menoleh ke sumber suara. Itu Dave yang memanggilku.
" dis Lo mau pulang? ", tanyanya.
" eh iya Dave "
" kalo gitu sama gue aja gimana? "
" eh nggak usah Dave, aku sama kakak kok ", kemudian tiba-tiba ada perempuan paruh baya menghampiriku dan Dave.
" Dave! disini ternyata! main tinggal-tinggal aja kamu itu ", katanya pada Dave. Sepertinya itu ibunya Dave deh!
" iya bun maaf deh ", Dave menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
" eh ini siapa Dave? ", perempuan paruh baya itu ganti menatapku.
" oh iya bun ini kenalin temen Dave ", Dave memperkenalkanku ke wanita paruh baya yang baru aku tahu ternyata mamanya Dave.
" halo Tante, saya Adisha teman sekelasnya Dave ", kataku sambil mencium tangannya.
" ohh kamu Disha ya, Tante senang akhirnya bisa melihat kamu Disha, ternyata benar kata Dave kalo kamu itu cantik ", katanya sambil mengusap pipi kiri ku. Seketika pipiku serasa memanas dipuji seperti itu. Aku hanya bisa tersenyum.
" apaan sih Bun, kapan Dave bilang gitu ", sahut Dave tak terima. Tapi ibunya mengabaikan Dave dan tetap menatapku.
" kapan-kapan kamu main kerumah ya Disha! ", ucap tante Rita ibunya Dave. Fara sering menyebut-nyebut nama tante Rita yang merupakan ibunya Dave. Tapi baru kali ini aku bertemu dengan beliau langsung.
" iya tante insyaallah ", kataku sopan.
" kamu imut sekali Disha gemes tante sama kamu ", tante Rita mencubit pipiku gemes. Aku hanya menanggapinya dengan tersenyum canggung.
" yaudah dis gue pulang dulu ya, yuk Bun ", sahut Dave.
" kamu buru-buru banget sih Dave, bunda kan masih mau ngobrol sama disha ", ucap tante Rita.
" kan bisa kapan-kapan lagi Bun, kasian dishanya kalo ditanya-tanya mulu sama bunda. Dia pasti capek Bun, udah yuk kita pulang Bun ", ucap Dave.
" iya iya, yaudah Disha Tante sama Dave pamit ya ", Tante Rita memelukku. Awalnya aku sedikit kaget tapi aku menerima pelukannya.
" iya tante, Tante hati-hati ya ", kataku.
" harusnya yang kamu bilangin hati-hati tuh Dave Disha bukan Tante, kan Dave yang nyetir ", Tante Rita terkikik.
" eh iya, hati-hati Dave ", kataku sedikit canggung. Dave mengusap-usap rambutnya lalu mengangguk. Kemudian Dave dan bundanya pergi. Beberapa detik kemudian ada mobil yang berhenti didepanku. Kaca mobilnya terbuka memperlihatkan sosok kak Genta didalamnya lalu mengisyaratkan aku untuk masuk kedalam.
" kakak kok lama banget sih ", kataku setelah menutup pintu mobil. Dan sedetik kemudian mobil sudah melaju dijalan kota.
" iya tadi parkirannya penuh banget dis, susah ngeluarin mobilnya "
" ohhh "
" kamu tadi ngobrol sama siapa? ", tanya kak Genta.
" itu tadi temen Disha "
" cuma temen? "
" emm ", aku mengangguk.
" yakin? ", tanya kak Genta lagi.
" yakinlah kak, kalo bukan temen apa emang? masa iya sih musuh? ", jawabku karna sebel dengar pertanyaannya kak Genta.
" kirain temen spesial gitu! ", kata kak Genta sambil menaik turunkan alisnya.
" spesial apa sih kak, dia cuma temen sekelas Disha kak ", kataku dengan nada sebel.
" yaudah sih kakak kan cuma nanya dis! gak usah sampek ngotot gitu hahaha ", aku hanya mengusap dadaku. Aku harus benar-benar sabar menghadapi kejailan kakak seperti kak Genta ini.
" oh ya kak, ini mobil siapa? mobil kakak kan ada dirumah! ", kataku mengalihkan pembicaraan.
" ohh ini mobil temen kakak, kakak pinjem bentar ", jelas kak Genta.
" ohh, kenapa kakak gak ambil aja mobil kakak yang dirumah? ", tanyaku.
" itu bukan mobil kakak dis ", aku menoleh mendengar jawaban kak Genta.
" kenapa begitu? itukan mobil kakak yang dibelikan papa buat hadiah ulang tahun kakak yang ke 17 waktu itu. Berarti itu sudah milik kakak "
" justru itu dis, karena itu pemberian papa dan dibelinya pakek uang papa makanya kakak gak mau makek, kakak tidak mau memakai uang papa tau mama untuk apapun itu dis ", kata kak Genta.
" kenapa kak? apa salahnya kan papa sama mama kerja buat kita juga kan kak "
" kamu gak akan mengerti Disha, udah ah jangan bahas itu terus, kakak males kalo ngomongin papa sama mama dis ", aku mengangguk dan diam setelah mendengar perkataan kak Genta. Aku membuka kaca jendela mobil lalu menatap keluar jendela merasakan hembusan angin yang menerpa wajahku.
Aku memperhatikan jalanan yang ramai lancar. Banyak sekali orang-orang yang berkendara dijalan ini. Mereka punya kesibukan masing-masing. Entah apa itu! Banyak sekali orang didunia ini tapi hanya beberapa saja yang kita kenal. Ada beberapa saja yang hanya kita tahu namanya atau tahu orangnya tapi mereka tak mengenal kita. Ada juga yang kita tahu wajahnya saja tapi tidak dengan namanya. Kalo dipikir-pikir lucu juga ya!
Sedetik kemudian aku tersadar! inikan bukan jalan rumahku? kak Genta mau bawa aku kemana? katanya mau mengantarku pulang? Aku menoleh ke kak Genta.
" kak! ini kan bukan jalan kerumah? "
" emang bukan ", jawabnya santai.
" terus kita mau kemana? katanya kakak mau mengantar Disha pulang? "
" iya kakak emang mau mengantar kamu pulang Disha, tapi gak sekarang "
" terus kita mau kemana? "
" kamu nanya mulu deh "
" yah makanya langsung jawab kak ", aku sebel mendengar jawaban kak Genta yang muter-muter gak langsung ke intinya.
" entar kamu juga tau Disha "
" iihh kak Genta...tinggal jawab doang apa susahnya sih "
" hahaha nggak susah emang dis, kamu juga tinggal diem nurut aja apa susah nya sih? ", kak Genta malah membalik pertanyaanku.
" yahh aku kan penasaran kak "
" tahan dulu deh penasaran kamu itu "