" sekarang emangnya kakak tinggal dimana? terus yang aku penasaran gimana cara kakak bayar kuliah selama ini? ", aku menatap kak Genta berharap jawaban darinya.
" hari ini pertanyaanmu banyak sekali dis! ", kak Genta mengacak-acak rambutku pelan.
" kamu mau tau banget ya? ", sambungnya. Aku mengangguk cepat.
" yaudah yuk! ", kak Genta berdiri. Aku melongo tak percaya.
" kemana kak? jawab dulu per-- ", ucapanku dipotong oleh kak Genta.
" kamu mau jawaban kan? yaudah ayoo! ", aku bingung melihat kak Genta. Bukan menjawab pertanyaanku dia malah mengajakku pergi. Aku pun ikut berdiri.
" mau kemana sih kak! mau pulang ya? ", tanyaku.
" katanya kamu mau jawaban? "
" iya tapi kenapa kita malah pulang? ", kak Genta menghela napas jengah mendengar celotehan ku. Tanpa basa-basi kak Genta langsung menarik tanganku menyeretku entah kemana! Tanpa protes lagi aku mengikuti kemana kak Genta membawaku.
" loh kak ngapain kita kesini? emang gakpapa ya kalo kita kesini? ", tanyaku bingung karena kak Genta membawaku ke lantai atas cafe ini. Yang mana tertulis bahwa hanya untuk karyawan atau pemilik cafe ini.
" ya gapapa dis! siapa yang ngelarang? ", kata kak Genta cuek. Aku menarik paksa tanganku.
" gak mau ah kak! nanti kalo dimarahin pemiliknya gimana? ", kak Genta malah tertawa melihat reaksiku.
" astaga Disha! udah kamu nurut aja deh sama kakak! ", kak Genta merangkulku dan tetap membawaku kelantai atas cafe ini. Dilantai atas aku melihat ada sebuah pintu yang kelihatannya itu merupakan ruangan khusus. Dan kak Genta malah menuju kearah pintu itu. Ini kenapa kak Genta berani banget sih? Sampai kesini segala! nanti kalo ketahuan yang punya kan bisa gawat. Kak Genta hendak membuka pintu itu namun tangannya aku cegah.
" kak! emang gapapa kakak masuk sembarangan gini? nanti kalo ketahuan gimana? udah kak ayo kita turun aja! ", aku menarik tangan kak Genta mengajaknya kembali ketempat kita makan es krim tadi. Namun kak Genta menahanku.
" gak akan terjadi apa-apa Dis! kamu takut banget sih! dasar penakut! ", kak Genta menyentil dahiku pelan.
" iihhh kakak! bukannya takut. Disha cuma khawatir aja kalo-kalo kita ketahuan ", aku menggerutu sebal. Tanpa meminta persetujuanku kak Genta membukanya begitu saja.
Saat didalam aku melihat ada sebuah meja kerja juga sofa. Dan dipojok ruangan ini ada pintu lagi. Entah itu pintu apa. Kemungkinan sebentar lagi aku akan tahu ada apa dibalik pintu itu karena kak Genta sudah berjalan kearah pintu tersebut dan membukanya. Aku melongo melihatnya. Ada sebuah tempat tidur didalamnya. Berarti ruangan itu adalah kamar tidur yang mana terhubung dengan ruangan yang aku tempati saat ini.
" kak ini tempat apa sih? kok ada kamar tidur segala? ", tanyaku karena sudah penasaran.
" ya ini jawaban yang kamu minta dis! "
" hah? jangan bilang kakak tinggal disini? ", kak Genta mengangguk. Yang benar saja bagaimana bisa kak Genta tinggal di lantai atas cafe ini.
" kakak sedang bercanda ya? "
" mana ada dis! kakak emang tinggal disini ditempat ini "
" kok bisa kak? emang gapapa? ", belum sempat kak Genta menjawab pertanyaanku. Terdengar pintu diketuk dari luar. Dan dia masuk begitu saja tanpa menunggu persetujuan yang ada didalam.
" ohh ada tamu ternyata ", ucapnya seraya melihatku.
" Ar! ini kenalin adik gue ", kak Genta memperkenalkan aku kepada orang yang dipanggilnya 'Ar' itu. Dia menjulurkan tangannya padaku memperkenalkan diri.
" Kamu pasti Adisha ya? kenalin gue Arion ", katanya.
" iya kak, aku Adisha ", kataku.
" tumben bro! Lo ajak adik Lo kesini ", ucapnya pada kak Genta.
" sengaja biar dia tau ar ", ucap kak Genta.
" tau apa kak? ", tanyaku yang masih belum faham dengan situasi ini.
" dia belum Lo kasih tau ta? ", Kak Arion melirik ke kak Genta.
" tadinya mau gue kasih tau! eh elo nya maen nyelonong masuk aja! ", kak Genta menjitak kepala kak Arion.
" kakak Lo ini yang punya cafe ini dis! ", ucap kak Arion.
" hah? yang punya cafe?", aku melongo tak percaya. Yang benar saja! gimana bisa kak Genta pemilik cafe ini? Aku melirik kak Genta dengan pandangan bertanya.
" iya dis! ini cafe kakak ", jelas kak Genta.
" kakak Lo ini udah jalanin bisnis es krim ini dari jaman kita SMA dis! tapi baru bisa buka cafe ya baru-baru ini ", kak Arion menjelaskan. Aku tak percaya mendengarnya, bahkan logikaku saja belum mengerti. Bagaimana bisa kak Genta sudah belajar usaha sejak masih SMA. Apa mama sama papa sudah tau soal ini?
" iya dis! kakak emang dari SMA sudah mulai bisnis es krim, tapi seperti kata Arion cafenya emang buka baru-baru ini dan teman kakak ini juga yang bantu kakak buat jalanin bisnis ini ", jelas kak Genta. Aku masih mencoba menelaah setiap kata yang diucapkannya. Kakak dapet uang dari mana sampai bisa buka cafe sendiri? Aku sampai bingung mau berkata apa.
" yaudah dis ayo kakak antar kamu pulang! Ar gue titip cafe nya ya! dan gue pinjem mobil Lo lagi buat nganter Adek gue!", ucap kak Genta.
" Yo i bro! ", sahut kak Arion.
Kak Genta mengantarku pulang sesuai janjinya. Karna hari sudah senja. Matahari mulai bersembunyi dibalik sana. Saat diperjalanan...
" kak tadi beneran ya cafe kakak? ", tanyaku.
" iya ", jawab kak Genta singkat.
" kok bisa kakak buka cafe gitu? "
" dulu waktu kakak masih SMA kakak tertarik buat jualan es krim gitu, dan kalo kamu mau tau modalnya dari mana, kamu tau kakak dulu jarang banget jajan kan? nah dari itu uang jajan yang dikasih mama sama papa kakak tabung, sampai akhirnya pas kakak SMA mulai kepikiran buat buka usaha dan akhirnya sekarang bisa buka cafe. Dan temen kakak yang tadilah yang juga bantu kakak buat jalanin bisnis ini. Arion punya saham 30% dicafe kakak, tapi tetap saja cafe itu atas nama kakak ", jelas kak Genta.
" aku gak nyangka banget kakak bisa punya cafe kayak gitu. Mama sama papa tau soal ini kak? ", tanyaku.
" belum, cuma kamu yang tahu dis! dan kakak harap kamu tidak memberitahu mama sama papa soal ini ya? "
" kenapa kak? kan bagus kalo mama sama papa tahu, nanti papa sama mama pasti bangga deh! "
" ya gapapa dis! belum waktunya aja mereka tau. Entar kalo sudah saatnya kakak pasti kasih tau mereka. Untuk sekarang kamu jangan kasih tau papa sama mama dulu ya? ", aku mengangguk menuruti perkataan kak Genta. Sesaat kemudian aku teringat sesuatu!
" berarti tadi kakak ngerjain Disha, soal bayar es krimnya tadi? ", aku menatap kak Genta.
" hahaha iya ", kak Genta tertawa dan mengatakan 'iya' seolah merasa tak bersalah.
" iiiihhh kakak! padahal tadi tuh Disha takut banget tau! disha tadi udah siapin mental kalo nantinya bakal diomelin karna gak bisa bayar ", Kataku sebel.
" hahaha kamu takut disuruh cuci piring beneran ya? "
" tau ah! ", aku memalingkan wajahku dari kak Genta. Selaluuu saja kak Genta mengerjaiku!
" udah jangan cemberut gitu! udah sampai nih! kamu gak mau turun? ", kak Genta menyadarkan ku. Aku membuka pintu mobil dan melangkah keluar diikuti oleh kak Genta.
" makasih udah anter Disha pulang! kakak hati-hati nyetirnya ", ucapku dengan nada sinis. Kak Genta tertawa melihat aksi merajukku.
" wkwkwk yaudah gih sana masuk! mukanya gak usah cemberut gitu! entar tambah jelek kamu!", kak Genta meraup wajahku kasar. Kebiasaan kak Genta yang tidak pernah untuk tidak lupa menjailiku.