Chereads / Setitik Cahaya / Chapter 27 - 27 Menemani!

Chapter 27 - 27 Menemani!

Setelah menghabiskan hampir setengah jam perjalanan, akhirnya kita sampai juga. Ternyata Dave mengajak kami kepusat pembelanjaan yang ada dipusat kota, yang mana banyak sekali toko-toko souvernir disini juga berbagai macam toko lain. Kami pergi kesalah satu tempat makan yang terkenal disini. Kalo menurut cerita Dave, tempat makan ini sering jadi serbuan para pelancong. Selain karena harganya yang murah, tempat makan ini menyajikan berbagai olahan makanan khas kota ini. Kami duduk satu meja yang berada didekat pintu masuk. Rio tanpa basa-basi lagi, langsung membuka buku menu yang tersedia disetiap meja.

" wiiihhh! banyak banget bro menunya! murah-murah lagi! elo emang gak salah bro bawa kita kesini ", Rio menepuk bahu Dave pelan.

" norak amat sih lo! ", sergah Dave.

" elo jangan malu-maluin kita deh Yo! ", sahut Fara juga.

" yaelah gue cuma ngomong doang kali! ", bela Rio. Aku tertawa melihat mereka bertiga.

Memang benar kata Rio, banyak sekali menu yang ditawarkan disini, pun harganya sudah termasuk murah untuk tempat makan didaerah wisata seperti ini. Dari yang aku denger dari Fara, beberapa saudara Dave tinggal didaerah ini. Mungkin karna itu, Dave sedikit banyak tahu tentang kota ini, makanya Dave membawa kami kesini.

Kami sudah memesan makanan kami masing-masing tinggal menunggu pesanan kami datang ke meja kami.

" habis ini kita jalan-jalan bentar ya? sekalian cari oleh-oleh gitu! besok takutnya gak sempet ", ucap Fara.

" ok entar Lo semua ikut gue, gue tahu tempat pusat oleh-oleh yang bagus disini ", sahut Dave menyetujui. Kami semua mengangguk faham.

" Dis! entar kamu mau beli apa buat oleh-oleh? ", tanya Fara padaku.

" emmm gak tau Ra! liat entar aja! ", jawabku. Aku bahkan tidak yakin mau beli oleh-oleh buat siapa.

Kami berempat menyelesaikan makan malam kami dengan cepat. Lalu lanjut jalan-jalan sekedar mencari oleh-oleh khas kota ini untuk dibawa pulang. Ada banyak penjual makanan disini, khususnya makanan khas kota ini. Tapi aku tak tertarik membeli makanan lagi, karna perutku sudah terisi penuh setelah dari tempat makan tadi. Kami masuk dari satu toko ke toko yang lain, melihat-lihat barang-barang yang ditawarkan oleh toko tersebut. Sejauh ini masih belum ada yang menarik perhatianku. Dan lihatlah Fara! banyak sekali kantong kresek yang dibawanya. Entah berapa banyak benda yang sudah diborongnya. Aku sendiri masih mengikuti Fara yang terus saja tertarik dengan barang-barang disetiap toko.

" banyak banget Ra belanjaan kamu ", ucapku. Fara menoleh ke arahku.

" hehehe iya dis mumpung lagi disini, puas-puasin belanja. Barang-barang kayak gini gak ada dikota kita dis ", jelas Fara. Jiwa belanjanya sudah menguasainya saat ini.

" kamu gak beli apa-apa dis? ", tanya Fara.

" belum tau Ra! belum ada yang menarik perhatianku ", jawabku. Rio dan Dave entah pergi kemana, mereka berdua jalan-jalan sendiri meninggalkan kami berdua. Mungkin mereka capek kalo harus ngikutin aku sama Fara pindah-pindah lapak. Belum lagi milihnya terus nawarnya. Ribet pokoknya deh! wkwkwk Emang dasar ya wanita! Eh aku sendiri wanita deng! hehehe

" yaudah yuk dis! kita pindah kesana, kelihatannya disana jual barang-barang yang bagus deh ", ajaknya. Aku menurut saja. Aku melihat-lihat berbagai barang yang lucu dan unik disini. Sampai mataku tertuju pada sebuah buku dengan sampul yang unik menurutku. Dengan sampul seperti kulit hewan tapi juga terkesan elegan dan simple. Aku mengambilnya, melihat setiap sudut buku ini. Hanya ada dua yang terpajang disini tapi dengan desain yang sedikit berbeda. Sudah kuputuskan, aku akan membeli yang ini saja.

" dis! kamu mau beli itu? ", tanya Fara.

" iya Ra! aku suka buku nya unik ", kataku.

" waahh ada dua dis! kalo gitu aku mau beli juga ah! ", kata Fara antusias. Aku hanya tertawa lirih. Setelah membayar belanjaan kami segera keluar dari tokonya.

" dis! kamu yakin mau beli itu doang? ", tanya Fara.

" emmm entah! lihat entar deh! ", jawabku. Fara paham maksudku. Dia mengajakku lagi kesebuah lapak kecil yang menjual berbagai pernak pernik. Lucu-lucu dan unik-unik, itu kesan pertamaku. Fara melihat sebuah gelang sepasang lalu menunjukkannya padaku.

" dis! lihat deh! lucu ya? ", ucapnya dengan tersenyum lebar.

" iya Ra bagus banget! unik gitu! ada sepasang juga! ", kataku.

" aku mau beli yang ini deh ", ucap Fara antusias. Terlihat dua sosok pria mendekati kami berdua, siapa lagi kalo bukan Dave dan Rio.

" dis! Ra! kalian masih belum selesai? udah malem nih! yuk balik! ", ucap Dave mengajak kami semua pulang.

" tau nih! kalian lama banget tau gak! ", sahut Rio tidak sabaran.

" iya udah kok Fara lagi bayar tuh ", kataku. Kemudian Dave mendekati Fara dan memintanya untuk cepat. Tapi terlihat Fara yang membisikkan sesuatu ke Dave. Entah apa itu! aku tak tertarik untuk kepo!

" dis! Lo cuma beli ini doang? ", Rio menatapku dengan pandangan heran.

" iya ", jawabku pasti.

" astaga! Lo berjam-jam muter-muter disini cuma beli ini doang? ", ucapnya lagi seolah tak habis pikir melihatku. Aku mengangguk lagi. Rio menepuk jidatnya pelan. Apanya yang salah? emang cuma ini yang pengen aku beli! tapi emang sih tadi aku sama Fara lama banget. Pantes aja si Rio menggerutu kayak gitušŸ¤­.

Eh tapi kalo boleh jujur, tadi ada benda yang membuatku sedikit tertarik tapi tidak jadi aku beli. Aku malu saja, kayak anak kecil. Jadi aku tak jadi membelinya.

Kami berempat kembali ke mobil yang sudah diambil Dave dari parkiran. Untung saja si Dave sudah punya SIM jadi kita tidak khawatir bakal ditilang, wkwk. Dalam perjalanan pulang suasana mobil lebih tenang dari pada tadi. Mungkin karena kami sudah terlalu lelah berkeliling tadi. Rio yang biasanya selalu berisik sekarang sudah ada didalam mimpi. Fara juga begitu dia terlihat begitu pulas dengan tidurnya. Padahal posisinya terlihat tidak nyaman. Aku masih terjaga, belum terlalu ngantuk. Dave yang dari tadi diam fokus menyetir mobilnya. Aku memilih menatap keluar jendela melihat jalanan yang mulai lengang dengan kendaraan. Aku melirik jam tanganku, ternyata sudah hampir jam 11 malam. Aku melirik ke arah Dave, kasihan banget Dave dari tadi dia yang nyetir. Pasti sekarang Dave juga capek.

" Dave! kenapa kamu tadi gak minta Rio aja buat gantian nyetirnya? emang kamu gak capek? ", tanyaku sedikit memecah keheningan.

" eh gapapa dis! lagian kalo nyuruh Rio yang nyetir, yang ada malah kita gak nyampek resort dis malah bakal nginep di RS. Tuh Lo liat aja sekarang dia udah ngorok gitu! ", aku tertawa lirih mendengar ucapan Dave barusan. Benar juga! Rio sama pulasnya dengan Fara.

" emang kamu sendiri gak capek atau ngantuk gitu? ", tanyaku lagi. Aku bisa melihat mata Dave yang mulai memerah, dia pasti juga mengantuk.

" capek sih iya, ngantuk sedikit! tapi gue gak masalah kok dis! masih kuat gue, nahan gini doang! ", jawab Dave.

" ohh gitu! kalo kamu udah gak kuat atau mau istirahat berhenti dulu aja Dave sebentar! ", kataku memberi saran.

" ini elo ceritanya lagi khawatirin gue atau gimana dis? ", ucap Dave sambil terkekeh. Akupun juga ikut terkekeh mendengar Dave.

" lebih tepatnya aku khawatir sama keselamatan kita semua Dave! kalo kamu ngantuk kan bahaya! ", jawabku jujur.

" ohh kirain Lo khawatirin gue doang dis! ", ucap Dave dengan nada sedikit kecewa. Aku hanya bisa tertawa lirih saja.

" hampir aja gue seneng dis ", gumam Dave dengan suara yang begitu lirih.

" hah? apa Dave? kamu ngomong apa tadi? ", tanyaku memastikan bahwa aku tidak salah dengar.

" eh gak kok! gue cuma mau bilang kalo Lo ngantuk tidur aja dis! entar kalo udah sampek gue bangunin ", ucap Dave. Aku rasa bukan itu tadi yang dia katakan. Ah biarlah! nggak perlu dipikirin dis!

" aku masih belum terlalu ngantuk kok Dave! entar kalo aku juga tidur kamu sendirian lagi! gak ada temen buat ngobrol ", ucapku. Sebenarnya aku sedikit mengantuk sih! tapi kasian juga sama Dave kalo dia sendiri yang bangun. Yaudalah aku bakal nemenin dia berjaga aja.

" yaudah dis kalo Lo ngantuk Lo tidur aja dis! gak usah peduliin gue ", katanya yang aku angguki.

Lama setelah obrolan itu, tak ada lagi yang kami perbincangkan. Kami sama-sama diam, aku memposisikan tubuhku sedikit lebih nyaman duduk dikursi mobil ini. Tanpa aku sadari aku telah berada didalam mimpi menyusul Fara dan Rio. Entah sejak kapan!

Hingga aku merasakan tepukan tangan ditubuhku.

" dis! disha! ", aku sedikit terkejut melihat siapa yang duduk disebelahku.