Chereads / Setitik Cahaya / Chapter 32 - 32 Kekhawatiran Dave

Chapter 32 - 32 Kekhawatiran Dave

Pagi ini aku sama Fara sudah berkemas. Hari ini kita sudah harus meninggalkan tempat ini. Selama disini aku merasa bahagia sekali. Bisa gak lebih lama lagi?

Dave dan Rio sudah siap didalam mobil menunggu kami berdua. Barang bawaan kami termasuk segala oleh-oleh juga sudah masuk didalam bagasi mobil. Kemarin kami sempat membeli oleh-oleh lagi yang dijual disekitar resort ini. Ini liburan yang menyenangkan! Aku cukup bahagia saat kami berada disini. Banyak hal-hal seru yang kami lakukan. Semoga aja lain kali bisa kayak gini lagi!

Semuanya lancar-lancar saja selama kami liburan. Kecuali dengan datang bulanku tentunya. Disaat-saat terakhir kita mau pulang, perutku malah terasa sakit sekali akibat efek dari menstruasi nya. Biasanya tidak sesakit ini. Tapi ini kenapa bisa rasanya seperti ditusuk ribuan jarum. Untuk bangun saja aku sangat kesusahan apalagi harus melakukan perjalanan jauh. Kalian para perempuan pasti ada yang mengalami hal serupa denganku! Bisa kalian bayangkan sendiri bagaimana sakitnya mengalami sakit perut saat haid? Aku saja sampai tidak tahu lagi bagaimana mendeskripsikan rasa sakitnya!

Fara dan lainnya terlihat kelabakan melihatku yang merintih kesaksian. Aku jadi merasa bersalah telah membuat mereka khawatir dan repot seperti ini. Dengan telaten Fara membantuku membuatkan air hangat yang sudah ditaruh didalam botol diperutku bagian bawah lalu menyuruhku untuk tidur sebentar agar bisa meredakan rasa sakitnya. Gara-gara aku pulangnya diundur jadi semakin siang. Entah kita nanti sampai dirumah jam berapa. Mengingat perlu menghabiskan beberapa jam perjalanan untuk sampai dirumah.

Dalam perjalanan pulang aku lebih banyak tidur tidak menghiraukan Fara dan Rio yang sedang meributkan hal-hal kecil. Saat aku membuka mataku, ternyata sudah sampai didepan rumahku. Untung saja sekarang sudah agak mendingan meski masih ada sisa-sisa rasa sakitnya. Aku keluar dari mobil dibantu oleh Fara, dan Dave juga ikut keluar membantu menurunkan barang-barangku dibagasi mobil.

" hati-hati dis! ", ujar Fara dengan sedikit memapahku.

" aku udah gak papa kok Ra! maaf ya aku udah ngerepotin kalian! dan juga makasih udah nganterin aku sampai rumah ", kataku merasa tak enak pada Fara dan Dave. Aku tak melihat Rio, kelihatannya dia sudah turun lebih dulu. Rumah Rio memang terlewati saat perjalanan pulang.

" dis! Lo gapapa? ", tanya Dave yang terlihat khawatir.

" iya gapapa Dave! aku udah mendingan kok! btw maaf ya gara-gara aku kita pulangnya sampai malam gini. Dan makasih Dave udah nganterin aku sampai rumah! mendingan kalian langsung pulang aja, kalian pasti udah capek banget habis perjalanan jauh ", kataku.

" yaudah dis! kamu istirahat juga gih! kami pamit pulang dulu ", ucap Fara yang aku angguki.

" Lo beneran gapapa dis? ", tanya Dave sekali lagi.

" gakpapa Dave! palingan dibuat istirahat bentar lagi juga udah sembuh ", ucapku memberi pengertian.

" beneran? ", ucapnya lagi sembari memegang keningku dengan telapak tangannya. Aku rasa Dave baru kali ini deh liat cewek yang kesakitan gara-gara menstruasi. Raut wajahnya dia kelihatan khawatir banget. Dan ini apa coba? Dave pegang-pegang keningku? yang sakit kan perutku, gak ada efeknya ke kepala. Apalagi sampai demam! Fara yang menatap malas Dave.

" Lo gak usah modus deh Dave! ", sahut Fara.

" modus apaan sih! Lo suudzon mulu sama gue! ", sanggah Dave.

" udah deh biarin Disha masuk biar dia cepet istirahat, kalo lo tanyain mulu yang ada malah tambah sakit dia! ", tutur Fara yang malah membuatku tertawa. Sejenak aku bisa melupakan rasa sakitku. Dave hanya berdecak sebal menanggapi Fara.

Dave ngotot tidak mau pergi sebelum aku masuk rumah lebih dulu. Padahal aku ingin memastikan mereka pulang. Dengan bujukan Fara akhirnya aku menuruti perkataannya. Kasihan juga kalo harus lama-lama berdebat kayak gini. Yang ada mereka malah gak pulang-pulang. Fara terlihat sudah lelah sekali, wajahnya juga pucat. Aku jadi sedikit khawatir juga melihatnya. Akhir-akhir ini aku sering sekali melihat Fara yang pucat kayak gitu. Kadang sikapnya juga terlihat aneh.

Rumahku masih sepi seperti biasanya. Bibi datang menghampiriku saat tahu aku yang datang.

" eh non Disha! sudah pulang non? gimana non liburannya? seru non? ", tanya bibi.

" iya bi seru banget ", kataku.

" oh ya bi! tolong buatkan Disha teh anget ya! perut Disha sakit gara-gara lagi datang bulan bi ", lanjutku.

" non Disha sakit? yaudah non kalo gitu non istirahat aja! nanti bibi anter teh nya ke kamar "

Segera aku melangkahkan kakiku menuju kamar. Membersihkan seluruh badanku kemudian lanjut istirahat merebahkan badanku. Aku meminum teh buatan bibi yang diletakkan saat aku sedang mandi tadi. Papa dan mama juga sepertinya belum pulang jam segini. Tak terasa aku terlelap hingga bangun dipagi harinya.

Melihat matahari sudah menampakkan dirinya, aku bangkit pergi ke kamar mandi. Sebelumnya aku melihat handphone ku terlebih dulu. Ada notif pesan disana.

•Dave

dis gimana keadaan lo? udah sembuh?

Ini Dave ceritanya lagi perhatian atau gimana? Aku mengetikkan balasan singkat kepada Dave.

•me

Udah kok^^

Selesai mandi, aku turun ke bawah untuk sarapan. Kemarin karena sakit perut dan terlalu lelah aku jadi tidak sempat makan malam. Seingatku terakhir makan saat sarapan pagi diresort kemarin sebelum pulang. Sakit perut membuatku kehilangan selera makan. Dan laparnya baru terasa sekarang. Seperti biasa sudah ada mama dan pala di meja makan.

" kamu pulang jam berapa kemarin dis? ", tanya mama.

" emm jam 7 an mungkin ma, aku gak lihat jam kemarin "

Mama hanya ber oh ria sambil tersenyum simpul mendengar jawabanku. Setelahnya tak ada lagi pembahasan tentangku. Atau lebih tepatnya mereka tak tertarik membahas liburanku.

" Papa hari ini ada sidang lagi pa? ", tanya mama.

" iya ma, gara-gara kasus nya begitu rumit, jadi masih belum ada keputusan dari hakim. Di sidang sebelumnya saksi tidak berhasil dihadirkan dipersidangan. Karena itu sidangnya ditunda jadi hari ini ", jelas papa.

" Memangnya bukti-bukti yang terkumpul masih kurang kuat pa? "

" bukti-bukti nya memang kuat ma. Atau bisa jadi sama-sama kuat. Dari pihak terdakwa terus saja mengajukan eksepsi terhadap tuntutan "

" yaudah pa. Semoga saja sidang hari ini lancar ya pa ", ucap mama dengan memberi senyum menenangkannya yang dibalas senyum juga oleh papa. Aku hanya duduk sebagai pendengar setia mereka. Aku tak faham tentang masalah hukum seperti itu. Setiap ada kesempatan papa dan mama kerap kali membahas soal pekerjaan mereka. Jarang sekali ada quality time keluarga.

" Kemarin Ellin tanya soal meta pa, apa ada perkembangan lebih lanjut atau bagaimana ", tukas mama. Mendengar nama Meta disebut-sebut, aku menajamkan pendengaranku. Namun mataku fokus menatap makanan yang ada dihadapan ku.