Chereads / Setitik Cahaya / Chapter 37 - 37 Tanggungjawab!

Chapter 37 - 37 Tanggungjawab!

"Disha!" Reflek ponselku terlepas begitu saja dari tanganku. Apesnya langsung mendarat didalam mangkok bakso yang masih ada kuahnya.

"Eh Dis! Maaf-maaf! Gue ngagetin lo ya?" Ekspresinya terlihat panik. Segera Dave mengambil ponselku yang sudah terendam didalam kuah bakso. Dave mengambil tisu lalu mengelapnya.

"Dave! Kamu ngagetin aku tahu!" Aku mengelus dadaku sendiri. Menetralkan keterkejutanku. Dan bagaimana nasibnya dengan ponselku? Semoga aja masih gakpapa!

"Sorry sorry! Gue gak bermaksud ngagetin lo Dis! Gue gak nyangka kalo lo bakal kaget dengan kedatangan gue!"

Jangankan Dave aku sendiri tidak mengerti kenapa sampai kaget gitu! Padahal dia cuma Dateng langsung nyapa aku aja! Kenapa aku lebay banget ya? aku lagi mikirin apa sih? Tampak Dave yang mengutak-atik handphoneku.

"Gimana Dave? Ponselku masih aman kan?" tanyaku. Dave tampak mengerutkan dahinya.

"Emm kayaknya ini udah gak bisa nyala deh Dis! Maaf ya gara-gara gue ponsel lo jadi rusak gini!" Aku menatap nanar handphone ditangan Dave.

"beneran?"

Dave memperlihatkan ponselku yang layarnya sudah mati dan tidak bisa dihidupkan lagi. Aku sedih melihatnya. Meskipun ponsel itu sudah lama banget dan layarnya ada yang sedikit pecah tapi masih bisa digunakan selama ini. Dan lagi ada beberapa cerita yang masih belum aku copy ke laptop. Juga banyak foto-foto kenangan disana. File-file nya juga sayang banget kalo ilang gitu aja. Walaupun tidak terlalu penting juga tapi sayang aja kalo beneran ilang.

"Yaudah Dave! Sini ponselnya." Aku meminta kembali ponselku dari tangan Dave.

"Enggak dis! Ini biar gue bawa aja, siapa tahu masih bisa diperbaiki."

"Eh gak perlu Dave! Biar aku aja yang memperbaikinya lagian ini kan ponselku"

"Emang lo bisa dis?" tanyanya.

"Ya bukan aku maksudnya. Tapi entar aku perbaiki di counter gitu!" jawabku.

"Enggak dis! Biar gue aja! Gue yang tanggung jawab lagian ini juga gara-gara gue hp lo jadi rusak gini."

"Gak usah dave! Beneran deh! lagian bukan salah kamu juga, akunya aja yang gak hati-hati tadi," pintaku lagi.

"Enggak dis! Ini biar gue aja yang bawa." aku hendak protes lagi namun Dave sudah memasukkannya ke saku seragamnya.

"Udah deh Dis! Lagian gue kan pengen tanggung jawab ke elo dis! Udah deh lo nurut aja!" Lagi-lagi aku hendak protes namun suara Fara mengehentikanku.

"Tanggungjawab apa? Lo ngapain Disha Dave? Waahh lo gak bener jadi cowok Dave!" Sontak Dave menjitak kepala Fara pelan. Fara hanya meringis pelan.

"Sembarangan aja lo kalo ngomong! Emang gue cowok apaan woi!"

"Lha lo katanya mau tanggung jawab ke Disha? Dave kalo tante Rita tahu lo mainin anak orang apalagi Disha pasti tante kecewa banget sama lo Dave," ucap Fara mendramatis. Ini arah ucapan Fara kemana sih? Kok aku bingung ya?

"Gila aja Lo! Gini-gini gue masih taat agama woy!"

"Dis! Lo udah diapain sama Dave Dis? bilang ke gue!," Fara memegang kedua lenganku.

"Bukan apa-apa Ra! tadi itu hp ku cuma jatoh ke kuah bakso ini. Terus jadi mati deh. Terus Dave bilang mau tanggung jawab," jelasku yang membuat Fara menghela napasnya lega. Emang apa yang dipikirkan oleh Fara?

"Tuh denger! makanya jangan main buat kesimpulan sendiri woy!"

"Lagian lo ngomongnya absurd gitu, pakek bilang tanggung jawab segala lagi! Kan gue jadi salah paham"

"Emang kata tanggungjawab mesti harus mengarah kesitu? Lo aja yang pikirannya perlu dikasih cleaner." Tangan Fara sudah melayang ke lengan Dave.

"Enak aja lo! emang lo kira otak gue lantai kamar mandi?"

"Lantai kamar mandi mah masih mending kali! tiap hari dibersihin. Kalo otak Lo mah udah kayak gudang belakang sekolah, berdebu banget," ledek Dave.

"Aaww! Sakit Ra! Kira-kira dong kalo mau nginjek," ringis Dave. Ternyata Fara sudah menginjak kakinya dibawah meja. Aku tertawa lirih melihatnya.

Kemudian Fara menarikku pergi dari kantin.

"Eh Ra! Bentar aku belum bayar nih!"

"Dave! Bayarin makanan kita!," teriak Fara lalu kemudian kita benar-benar pergi dari sini. Aku tidak tahu bagaimana ekspresi Dave karena disuruh membayar makanan kita berdua. Fara jadi membuatku merasa tidak enak saja sama Dave.

"Ra! Emang gapapa minta Dave yang bayarin gitu! kan kasihan Ra masa iya kita yang makan dia yang bayar sih!" sahutku.

"Udah biarin aja Dis! Siapa suruh dia cari gara-gara sama seorang Fara, lagian gak banyak juga kok makanan kita"

"Tapi Ra aku tadi masih mau beli minum Ra! tadi kan belum sempet pesen minum. Aku haus Ra! aku balik ke kantin dulu ya Ra mau beli minuman sebentar." Aku hendak berbalik namun dicegah oleh Fara.

"Gak usah dis! Entar ada kurir yang nganterin ke kamu minumannya! tenang aja!" Aku tidak mengerti maksud Fara. Tapi dia sudah mengeluarkan hp nya lalu mengetikkan sesuatu disana. Emang bisa ya delivery dikantin sekolah?

Sekarang aku sama Fara sudah duduk dikursi kami masing-masing.

"Dis! nih buat kamu," Fara menyodorkan sebuah kotak kepadaku.

"Apa ini Ra?"

"Hanya hadiah kecil dari seseorang dis!"

"Hadiah? perasaan aku gak lagi ulang tahun deh! dalam rangka apa Ra?"

"Emang kalo mau ngasih hadiah harus dalam rangka tertentu ya?"

"Ya enggak juga! tapi aneh aja gitu masa tiba-tiba kamu ngasih hadiah ke aku, btw ini apa isinya Ra?"

"Bukan dari aku dis! dan bukanya nanti aja kalo udah dirumah ok!"

"Bukan dari kamu? terus dari siapa?"

"Ada deh pokoknya! yang penting kamu terima aja dis hadiahnya!"

"Ok! Bilangin makasih deh buat yang ngasih."

Dari arah pintu tampak seseorang yang masuk dengan membawa beberapa minuman. Dia menghampiriku dan Fara.

"Nih!"

"Akhirnya dateng juga!"

"Lo niat amat sih nguras dompet gue," ujarnya.

"Yaelah cuma gini doang! gak bakal buat dompet lo kering kali! lagian ini namanya berbagi, gue cuma nyariin lo pahala"

"Mana ada berbagi karena diancem!" Fara hanya tertawa menanggapinya. Kemudian Fara menyerahkan beberapa minuman itu kepadaku.

"Nih Dis! pilih aja kamu mau minum yang mana katanya kamu tadi haus?" ternyata dave kurir yang dimaksud Fara.

"Ohh ini buat Disha? Kenapa lo gak bilang dari tadi! pakek acara ngancem- gamcem segala lagi!" tukas Dave.

"Gue males buat lo bahagia! gue pengen lihat lo menderita dulu!," sahut Fara.

"Jahat amat!" ujar Dave memasang tampang sok sedih.

"Udah Dis! minum aja gak usah peduliin si tempe kering!"

"Untung gue masih sabar!" sahut Dave.

Sesuai perintah Fara, aku membuka botol air mineral kemudian meminumnya. Mengabaikan dua makhluk berdebat semaunya. Sejak tadi aku sudah haus sekali!