Chereads / Setitik Cahaya / Chapter 43 - 43 Ulang Tahun

Chapter 43 - 43 Ulang Tahun

Setelah dari bianglala kami berdua duduk disebuah bangku kosong. Hari sudah semakin malam. Sejak tadi aku was-was takut pulang kemalaman.

Tiba-tiba Dave menyerahkan sebuah kotak kepadaku.

"Apa ini Dave?"

"Hadiah ulang tahun."

"Hah? Kamu... inget Dave?"

"Ya gitu deh, happy birthday Disha." Aku tersanjung dengan ucapan selamat dari Dave. Pasalnya sejak tadi pagi aku tidak berharap apa-apa. Papa dan mama juga sibuk, bahkan mereka juga tidak memberiku ucapan selamat. Entah mereka ingat atau enggak dengan hari ulangtahunku ini.

"Makasih Dave, aku gak nyangka ternyata kamu inget."

"Ini terima Dis! Hadiah dari gue."

Seketika aku menerima hadiah pemberian dari Dave.

"Boleh aku buka?"

"Tentu dong Dis."

Aku terkejut dengan isinya. Sontak aku menatap Dave. Tapi dia malah mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

"Dave!"

"Iya itu buat lo."

"Tapi kan Dave ini pasti mahal deh."

"Gak usah mikirin harga Dis gue belinya pakek duit halal kok."

"Tapi Dave-"

"Udah terima aja ya, lagian itu juga buat gantiin hp lo yang rusak gara-gara gue."

"Tap-"

"Terima aja kali Dis, gue udah tulus ini ngasih ke elo." Aku benar-benar merasa tidak enak karna mendapat hadiah semahal ini. Maksud aku kenapa juga Dave harus mengganti hpku? Lagipula kalau memang benar-benar rusak aku bisa beli sendiri dengan uang tabunganku. Kalau seperti ini aku merasa tidak enak sama Dave.

"Coba lo cek Dis, gue udah masukin data-data yang sesuai sama kayak hp lo yang dulu."

Sontak aku mendongak menatapnya.

"Kok bisa Dave? Emang data-data nya masih bisa diselamatkan ya?"

"Hah? Ya gitu deh, coba cek aja dulu." Sesuai perkataan Dave aku mengotak-atik Hp pemberian Dave ini. Kemudian Dave tiba-tiba berdiri dan berjalan ke belakangku. Aku merasakan sesuatu melingkar di leherku. Tampak liontin dengan inisial D menggantung disana. Lagi-lagi aku dibuat terkejut, Dave memakainkan kalung untukku. Apa ini hadiah juga?

"Apa ini Dave?"

"Hadiah ke dua."

"Tapi Dave-"

"Udah gak usah protes Dis, pakai aja! Kalung itu cocok di leher lo, lo jadi kelihatan makin cantik tau gak." Entah ada angin apa tiba-tiba aku merasakan pipi ku memanas.

"Tapi Dave, apa ini gak terlalu banyak? Kamu pasti menghabiskan banyak uang, mendingan kamu ambil lagi dan jual kalo perlu Dave, aku gak mau kamu jadi boros cuma karena beliin aku hadiah, apalagi kamu masih SMA pasti uangnya masih minta sama orang tua," kataku seraya melepaskan lagi kalung yang sudah dipakaikan oleh Dave tadi.

"Lo gak perlu mikirin hal begituan Dis, lo cukup terima aja apa yang gue kasih ok!" Dave mengambil kalungnya dari tanganku kemudian memakaikannya lagi dileherku. Eh tunggu, kali ini Dave memakaikannya lewat depan. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Seketika aku terdiam kaku tidak bisa berbuat apa-apa. Ini terlalu dekat bagiku. Pipiku lagi-lagi memanas tapi kali ini aku rasa lebih parah dari yang sebelumnya.

Sepersekian detik mata kami saling beradu, aku bisa merasakan hembusan napas Dave yang begitu lembut menerpa pipiku. Dave terlihat semakin mendekat ke arahku, untuk sesaat aku merasa seperti terhipnotis dan tidak bisa melakukan apapun. Tapi untung saja kadar kewarasanku kembali normal, spontan aku menjauh dari Dave. Dave tampak terkejut dengan tindakanku, kami sepertinya sama-sama menjadi canggung.

"Ma- Maaf Dis, gu- gue gak maksud gitu, tadi gue- gue cuma-" ujar Dave gelagapan. Aku pun sama pikiranku masih belum sepenuhnya normal. Aku bingung harus menanggapi seperti apa. Aku merasa seperti berada didalam drama korea untuk sekian detik.

Aku memalingkan wajah ke arah lain, terlalu malu untuk menatap Dave. Detak jantungku jadi berpacu dua kali lipat dari biasanya. Kami sama-sama diam tidak mengucapkan apapun.

"Dave!"

"Hah? Iya?"

"Ayo pulang!" kataku lirih. Masih ada rasa gugup dan kecanggungan diantara kita.

"Oh i- iya, pulang ya? Ayo! lagian ini udah malem juga, gak baik kalo lo pulang malem-malem apalagi kita cowok cewek ya, yang ada bikin rawan haha." ujar Dave dan diakhiri oleh tawa yang terdengar hambar ditelingaku.

Bener kata Dave, ini udah rawan banget. Takutnya bahaya kalau kita masih disini. Untung saja besok adalah hari minggu, jadi setidaknya aku tidak harus bertemu dengan Dave dulu. Ini benar-benar canggung.

Tidak ada yang bersuara sejak kami memasuki mobil. Dave fokus dengan kemudinya dan aku fokus dengan pikiranku sendiri. Sampai akhirnya tiba didepan rumahku.

"Ma- makasih Dave," tukasku sebelum turun dari mobil.

"Hati-hati Dave, sampai ketemu disekolah," sambungku.

"Iya Dis." Lalu akupun akhirnya keluar dari mobil Dave. Tapi sebelum itu tangan Dave menahanku yang membuatku menoleh lagi. Dia diam sesaat yang membuatku bingung.

"Good night!" ujarnya.

"Night too," balasku. Setelah itu aku benar-benar turun dan masuk ke rumah. Mobil Dave juga sudah tak tampak lagi.

Segera aku berlari ke kamar. Beruntung mama dan papa tidak ada diluar. Segera aku merebahkan tubuhku diatas kasur. Hari ini benar-benar hari yang tidak bisa aku definisikan. Perasaan yang selama ini tidak pernah aku rasakan tiba-tiba muncul hari ini. Entah perasaan apa ini, yang jelas bahagia tapi tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ulang tahun kali ini benar-benar berkesan berkat Dave.

Setelah bersih-bersih diri aku kembali tidur. Namun mataku tidak mau terlelap juga. Entah kenapa aku teringat kejadian tadi. Hp pemberian Dave tiba-tiba berdering menandakan pesan masuk.

Nama Dave tertera disana.

'Lo udah tidur?'

'Belum'

'Ohh, jangan bergadang Dis, gak baik'

'Hmmm iya'

'Yaudah mimpi indah Dis, kalo bisa mimpin gue ya🤣'

Aku tersenyum membaca pesannya. Aneh-aneh aja pesan Dave! Kemudian aku membalasnya lagi.

'Iya Dave kamu juga'

Pesanku terkirim kemudian aku menyadari sesuatu. Tidak ada yang aneh kan tentang pesanku barusan? Ini bukan berarti aku mengiyakan untuk memimpikan Dave dan menyuruh Dave untuk memimpikan aku juga kan?

Merasa aneh akhirnya aku menarik pesanku lagi. Beruntung tandanya masih belum dibaca.

Sedetik kemudian ada balasan dari Dave.

'Kenapa dihapus?'

'Enggak kok Dave, tadi cuma salah kirim aja😅'

'Ohh kirain'

Aku tidak membalas lagi pesan dari Dave. Sudah saatnya aku pergi tidur. Semoga aja aku tidak bermimpi tentang Dave beneran. Aku berdoa dari lubuk hatiku:(