Sebelum tidur, aku membuka email dilaptop siapa tahu ada email masuk dari Gerald. Setelah terbuka ada beberapa email masuk dari beberapa aplikasi yang terhubung dengan emailku. Tapi mataku fokus kepada satu email yang bertuliskan 'Gege' disana. Itu pasti email milik Gerald.
Segera aku membuka emailnya. Ada satu file ms word yang aku minta tadi siang juga beberapa pesan yang ditulis oleh Gerald bersamaan dengan file ini.
'Dis nanti kamu tulis point-point yang di Bab 3 aja ya, yang di Bab 1 biar aku aja nanti di Bab 2 biar dikerjain sama Fara. Ok! Selamat mengerjakan:)'
Tanpa membalas emailnya aku langsung membuka filenya. Membaca cepat keseluruhan bagian dari karya ilmiah yang kami tulis terutama di Bab 3. Aku harus lebih memahaminya agar bisa menemukan letak point-point pentingnya. Semoga saja aku tidak membuat kesalahan karna kalau boleh jujur aku sedikit berat mengikuti perlombaan ini. Bukan apa-apa, hanya saja aku merasa tidak memiliki kualifikasi yang memadai untuk ikut serta dalam ajang perlombaan ini.
Bahkan menurutku Fara dan Gerald lah yang lebih banyak bekerja dari pada aku. Tapi kenyataan kami bisa lolos ke tahap selanjutnya membuatku sedikit lebih percaya diri. Setidaknya karya yang kami tulis mendapat respon yang baik dari pihak sana. Dan kali ini tergantung kami bertiga dalam mempresentasikan karya kami ini kepada dewan juri.
Aku sedikit ragu sebenarnya, karna walau bagaimanapun aku tidak begitu pandai berbicara didepan umum. Apalagi ini dinilai, kalau membuat kesalahan sedikit saja bisa berpengaruh terhadap nilai kami. Semoga aja aku bisa. Aku tidak ingin mengecewakan Gerald dan Fara yang sudah berkerja keras.
Sesekali aku memakan cemilan sambil membuat point penting yang aku tulis dalam buku agar lebih mudah.
Hingga larut malam aku masih berkutat dengan laptopku. Masih berpikir bagaimana dan apa yang seharusnya menjadi topik utama dalam Bab 3 ini. Beberapa saat kemudian ada notifikasi email masuk. Dilihat dari nama emailnya sudah dipastikan itu milik Fara. Segera aku membukanya.
'Dishaaaa kenapa susah sihh mau ngehubungi kamu aja harus lewat email gini, ribet tahu gak!? HP kamu masih belum sembuh ya? Atau udah rusak banget dan gak bisa dibenerin? Tau ah intinya aku mau nanya kamu pulang dengan selamat kan? Tadi Dave anterin kamu pulang kan? Iya kan?
Oh ya Dis, masa aku dikasih tugas sama Gerald buat nyatet point-point penting yang di Bab 2 sih? :'( Aku kira kamu semua;D Hahaha
Tapi yaudahlah gak papa:( Sampai jumpa besok ok;) '
Aku melebarkan senyum secara otomatis setelah membaca email masuk dari Fara. Dan kok bisa Fara tahu kalau tadi aku dianterin sama Dave? Apa dia yang nyuruh? Ah entahlah! Yang penting aku sudah sampai rumah dengan selamat. Padahal tadinya aku sempat khawatir harus menunggu jadwal bis selanjutnya. Bisa sampai lumutan kalau beneran terjadi.
Saat sedang menunggu aku celingukan ke kanan dan ke kiri siapa tahu ada angkot atau ojek atau apalah angkutan umum yang lewat. Aku sudah harap-harap cemas karna tak melihat satu pun tanda-tanda ada angkutan umum disini. Ditambah lagi hari sudah sangat sore menjelang gelap. Sejak tadi aku tidak bisa duduk tenang, aku mondar mandir kesana kemari melihat siapa tahu ada angkutan umum. Tapi nihil!
Beberapa saat kemudian sebuah motor yang sangat aku kenal berhenti tepat di depanku. Dia membuka helm full face nya dan menampilkan wajah Dave dibalik sana. Benarkan tebakanku. Tapi bagaimana bisa dia ada disini? Aku lihat dia sudah memakai pakaian santai dengan hoodie putih yang melekat ditubuhnya.
Aku mengernyit bingung. "Dave?" ucapku spontan.
"Dis, ayo gue anter," ujarnya tanpa basa-basi. Aku yang masih bingung datang mendekatinya dan bertanya.
"Kok bisa kamu disini?"
"Ya bisalah," jawabnya santai. Itu bukan jawaban yang ingin aku dengar. Maksudku pasti ada alasan bagaimana Dave bisa sampai disini bukan? Bukan karna menjemputku kan? Hahaha aku terlalu berhalusinasi ternyata. Mana mungkin Dave repot-repot menjemputku sedangkan dia sudah pulang ke rumahnya.
"Iya, maksudku kamu habis dari mana kok bisa kebetulan lewat sini?" tanyaku lagi lebih spesifik. Dave mengggaruk kepalanya yang aku yakin tidak gatal.
"Mau pergi ngajak lo jalan, ayoo!" Aku semakin melongo tidak mengerti dengan jawabannya. Dave sedang bercanda atau gimana sih?
"Jalan?" Ini maksudnya jalan-jalan keluar gitu kan? Bukan jalan kaki?
Aku merutuki pikiran bodohku sendiri. Mana mungkin lah jalan kaki, sudah jelas Dave membawa motornya kesini.
"Iya, lo gak mau?" Aku bingung harus menjawab apa. Kali ini aku yang spontan menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.
"Emm, bu-bukan gitu...."
"Yaudah ayoo! Tenang aja entar gue anterin lo pulang dengan selamat."
Aku diam sejenak. Masalahnya aku masih memakai seragam sekarang. Masa iya sih aku jalan-jalan memakai seragam sekolah? Tapi kalau gak ikut sama Dave, aku harus menunggu bis lagi dong? Baiklah lebih baik aku ikut Dave aja.
Sedetik setelah aku sudah duduk diatas motor, Dave langsung melajukan motornya. Entah kemana Dave akan membawaku yang jelas ini bukan ke arah rumahku. Aku menurut saja tanpa banyak protes ataupun bicara.
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya motor Dava berhenti diparkiran sebuah mall. Aku segera turun dari motornya begitupun dengan Dave.
"Yuk Dis!" Ajak Dave.
"Kemana?" tanyaku yang masih bingung. Ngapain Dave tiba-tiba ngajak aku ke mall?
"Masuklah, lo mau disini aja?" Dave melenggang masuk begitu saja tanpa mendengar persetujuanku. Otomatis aku mengekor dibelakangnya karna aku sendiri tidak membawa uang banyak. Lagian kenapa juga Dave mengajakku pergi ke mall? Aku bukan tipe orang yang suka jalan-jalan ke mall kalau bukan karna ajakan teman. Apalagi aku masih sekolah jelas sekali uang sakuku terbatas.
Dave berjalan ke tempat baju-baju wanita. Dia mengambil satu hoodie berwarna pink salem. Aku hanya meliriknya sekilas dan mengalihkan pandanganku ke arah lain.
"Dis! Nih pakek!" Dave menyodorkan hoodie yang tadi dia ambil kepadaku. Aku melihatnya dengan pandangan bertanya.
"Hah?"
"Pakek! Masa iya lo pekek seragam gitu, gak enak liatnya. Udah mending pakek ini gih gue tungguin," ujarnya. Aku mengangguk saja mengiyakan, lagi pula benar kata Dave tidak enak pakai begini. Apalagi seragamnya udah dipakai dari pagi tadi. Aku juga udah keringetan sebenarnya.
Setelah selesai mengganti pakaian aku keluar dari ruang ganti. Dave yang tadinya berdiri membelakangiku kini berbalik menatapku. Tentu saja tidak ada yang spesial. Karna aku hanya memakai hoodie biasa aja dengan rok sekolah yang masih kupakai sebagai bawahan. Tapi ada yang aneh....
Eh tunggu... Hoodie yang dipakai Dave agak terlihat mirip dengan yang kupakai. Meski warnanya berbeda tapi modelnya sama. Seketika satu kata yang terlintas dibenakku-couple?
Astaga Dis! Kamu mikir apaan sih! Couple apaan coba? Ini cuma kebetulan aja Dave ngambil hoodie yang mirip dengan punyanya. Cuma itu Dis!
Kami berjalan beringan setelah membeli Hoodie untukku. Tadinya aku berniat membayar sendiri namun kata Dave, dia sudah membayarnya membuatku sedikit merasa tidak enak.
"Lo gak mau beli apa-apa gitu?" tanya Dave.
"Hah?" ujarku spontan kemudian menggeleng. Antara sungkan dan emang sedang tidak ingin membeli apapun saat ini.
Dave mengajakku nonton di bioskop. Karna aku yang diajak jadinya aku menurut saja sama Dave. Tapi sayangnya tidak jadi karena bioskop sedang tutup saat ini. Dave kelihatannya kecewa tapi mau bagaimana lagi. Dan akhirnya kami memutuskan bermain di time zone.
"Dis ayo main itu." Dave menunjuk ke tempat bermain basket. Dan entah Dave menyadarinya atau tidak tapi dia menarik tanganku tanpa melepasnya hingga sampai ditempat permainan.
Entah perasaan apa ini, tapi hari ini aku merasa senang. Dulu awal-awal kenal sama Dave saat masih kelas 10, dia tampak cuek dan tidak peduli. Bahkan saat dulu kami ke mall, Dave seolah tidak mempedulikan keberadaanku. Tapi kali ini terasa berbeda, seiring berjalannya waktu sikap Dave berubah kepadaku. Aku tidak tahu apa alasannya, tapi tak dipungkiri juga semakin hari kami semakin dekat. Aku juga lebih nyaman berbicara sama Dave.
Kami masih asik bermain di time zone hingga tak terasa hari sudah malam. Dave mengantarku pulang jam 7:30 malam.
Hmmm... kalau aku pikir-pikir lagi, ini baru pertama kalinya kami pergi berdua seperti ini. Biasanya kami selalu pergi bertiga bersama Fara. Dan anehnya aku menikmati kebersamaan kami.
Melihat email dari Fara membuatku senyum-senyum sendiri mengingat saat-saat tadi bersama Dave. Aku membalas email dari Fara.
'Kok kamu bisa tahu kalau aku dianter sama Dave?'
Setelah menuliskan balasan, aku menekan tombol send. Tinggal menunggu email balasan dari Fara. Beberapa menit kemudian email balasan masuk dari Fara.
'Jadi beneran nih kamu dianter sama Dave? Aku kira dia gak mau wkwkw. Tapi syukurlah kalo gitu Dis, tadinya aku khawatir sama kamu karna kamu nolak aku anterin. Dan kebetulan Dave kirim pesan ke aku mau jemput aku kesekolah karna dia tahu kalau kita lagi kerja kelompok. Dia takut kalo aku gak ada yang jemput Dis.
Tapi karna aku udah dijemput papa sekalian pulang dari kerja tadi, jadinya aku iseng aja nyuruh Dave lihatin kamu disekolah siapa tahu masih belum pulang, aku kan khawatir kalau kamu terus nungguin angkutan umum Dis. Baik kan aku hahaha. Yaudah Dis selamat malam:)'
Aku tertawa lirih tanpa suara membaca email balasan dari Fara. Ternyata seperti itu kejadiannya. Kan bener, hampir saja aku kepedean karna Dave yang tiba-tiba datang menjemputku. Ternyata niat awalnya memang ingin menjemput Fara dan akhirnya beralih jadi menjemput diriku karna suruhan Fara. Fara memang sahabat yang baik, kalau bukan karenanya aku bisa berdiri di halte sampai malam tiba.
Aku menghela napas kemudian beranjak bersiap-siap untuk istirahat. Selama berjam-jam berjalan-jalan di mall ternyata capek juga walau aku juga senang karena itu. Sekilas aku melirik hoodie yang aku gantung dibalik pintu. Hoodie pemberian Dave yang terlihat seperti couple.
________________________
✨Author's note :✍️
Pertama aku mau ngucapin makasih banget buat kalian yang masih setia menunggu update-an cerita gaje aku ini♥️♥️♥️♥️
Aku juga mau minta maaf kalau updatenya lama dikarenakan harus riset dulu untuk membuat chapter-chapter selanjutnya😔🙏
Sebenernya aku udah nulis beberapa chapter tapi pas mau publis aku ragu gitu, karna kalo aku jadi publis alur ceritanya bakalan beda lagi. Bakal ada konflik-konflik baru yang lebih berat. Aku juga harus riset dulu karna gak mungkin kan aku hanya buat cerita asal-asalan. Apalagi dicerita aku sedikit menyangkut pautkan tentang hukum. Dan kalau kalian menemukan keganjalan atau kesalahan dalam cerita ini kalian bisa kasih tahu aku ya😉 nanti aku perbaiki.
Oh ya, mungkin kalian juga menemukan beberapa atau mungkin banyak chapter yang tanda baca dan tulisannya masih amburadul kagak jelas. Aku minta maaf ya karna belum bisa memperbaiki.
Dan makasih banget buat kalian yang men-suport cerita ini dengan segala kekurangannya♥️♥️♥️
Intinya aku makasih banget dan maaf juga untuk keterlambatan update🙏♥️
Tetap jaga kesehatan ya di era pandemi ini😉✌️
Udah gitu doang, makasih udah baca cicitanku yang gak jelas ini wkwkwk
Salam sayang buat kalian♥️