" Adisha! Fara! ", panggil seseorang yang suaranya sudah tak asing lagi ditelinga kami.
" ada apa ge? ", tanya Fara saat tau Gerald yang memanggil kami berdua.
" Aku cuma mau bilang, kata pak Zen kita disuruh ke ruangannya "
" ada apa?.mau bahas soal lomba ya? emang sudah keluar pengumuman nya? ", tanya Fara. Aku hampir lupa tentang lomba itu. Kira-kira kita lolos seleksi gak ya? Aku sih gak yakin!
" gak tau juga Ra! aku belum mengecek website nya lagi, yaudah yuk kita kesana katanya udah ditungguin dari tadi "
Kami bertiga berjalan bersama ke ruangannya pak Zen. Apa ya yang mau disampaikan oleh pak zen? Dan tentang lomba itu kenapa aku malah berharap kita gak usah lolos aja ya? Entah kenapa perasaanku jadi aneh gini! Disaat semua orang mengharapkan hal baik mengenai lomba tapi aku malah menginginkan sebaliknya! Sepanjang perjalan menuju ruangannya pak Zen, Fara terus berkata semoga kita lolos seleksi! Ya semoga!
Kami sudah duduk didepan pak Zen.
" kalian pasti sudah bisa menebak kenapa bapak memanggil kalian kesini "
" emm sedikit pak ", ucap Fara.
" kalo boleh saya tebak pasti bapak mau membicarakan mengenai lomba kemarin, betul pak? ", Gerald ikut menyahuti.
" betul sekali Gerald, bapak emang mau membicarakan tentang hal itu kepada kalian. Apa kalian sudah melihat pengumumannya? ", Kami semua menggeleng bersamaan.
" sudah bapak duga! Selamat buat kalian karya tulis ilmiah kalian lolos tahap seleksi "
" waaahh beneran pak? ", tanya Fara masih tak percaya dengan apa yang dikatakan pak Zen. Aku pun sama dengannya. Senyum Gerald sudah mengembang sejak tadi. Sepertinya dia sudah menduga hal ini.
" iya Fara! Jadi untuk tahap selanjutnya bapak harap kalian mempersiapkannya dengan baik. Kalian harus membuat power point mengenai karya tulis kalian kemudian mempresentasikan hasil tulisan kalian kepada para juri. Jadi kalian akan dikirim ke tempat lomba akan dilaksanakan "
" jadi bukan online ya pak? ", tanya Fara.
" haha tidak Fara! presentasi ini harus dilihat langsung oleh dewan juri. Dan untuk penilaiannya tergantung dari presentasi yang akan kalian sampaikan disana. Waktunya kurang lebih dua minggu sejak pengumuman, kalian siap? ", tanya pak Zen.
" siapp pak ", Fara mengangkat tangannya seperti tentara yang lagi hormat.
" baiklah kalian boleh keluar sekarang! bapak harap kalian melakukan yang terbaik "
Fara dan Gerald keluar dengan senyum yang sama-sama mengembang diwajah mereka. Aku sendiri hanya tersenyum biasa saja. Malahan lebih ke deg-degan nya.
" waah berarti kita harus sering-sering kerja kelompok bareng Ra! dis! ", ucap Gerald dengan semangat.
" pastinya ge! jadinya kapan nih kita bisa ngerjainnya? ", tanya Fara yang tak kalah semangat dengan Gerald.
" emm nanti pulang sekolah sebenarnya aku luang sih! tapi gak tau kalo kalian! "
" Aku pikir-pikir dulu deh ya kalo hari ini. Nanti aku kabari kamu lagi ge! kalo kamu gimana dis? "
" akuu terserah kalian berdua aja deh! ", jawabku.
" yaudah deh! lihat entar aja ya ge enaknya gimana ", sahut Fara yang mendapat anggukan dari Gerald.
Setelah diskusi kecil itu kami kembali ke kegiatan semula. Gerald pergi entah kemana sedangkan aku sama Fara pergi ke kantin sesuai dengan tujuan awal kami tadi.
" kamu mau pesen apa dis? ", tanya Fara saat kita sudah duduk dikantin yang masih ramai ini.
" kayak biasanya Ra! "
" yaudah kamu duduk disini ya biar aku pesenin ", Aku mengiyakan setelahnya Fara segera memesan makanan untukku dan untuknya. Tak perlu waktu lama pesanan kami sudah ada diatas meja siap kami santap.
" Disha!o Adisha kan adiknya kak Genta? ", tanya seseorang yang tak aku kenal menghampiri meja kami.
" iya! ada apa ya? ", Aku sedikit bingung dengan orang yang tiba-tiba dateng ke hadapan kami. Apalagi dia menyebutkan nama kak Genta. Tahu dari mana dia kalo kakak ku namanua Genta?
" Lo bilang deh sama kakak lo! jangan sok kegantengan jadi cowok! gara-gara kakak lo kakak gue dipermaluin didepan temen-temennya ", ucapnya. Apa maksudnya itu? Kenapa gara-gara kak Genta? emang kak Genta ngelakuin apa sampai bisa buat kakaknya malu?
" Lo siapa sih? dateng-dateng ngomong gak jelas! ", sahut Fara.
" Lebih baik lo gak usah ikut campur deh! Gue cuma mau ngingetin nih cewek aja! "
" lha lo dateng-dateng ngomel gak jelas! Dan apa Lo bilang tadi? kak Genta sok kegantengan? ", tanya Fara dengan nada sinisnya.
" dilihat dari manapun dia emang ganteng kali! Lo aja yang sok tahu! ", sambung Fara. Wajah perempuan dihadapan kami terlihat memerah. Sepertinya dia menahan marah. Aku sendiri bingung haru bagaimana? Aku tidak tahu akar permasalahannya dimana?
" udah Ra! kami gak usah marah-marah! ", aku tahu Fara mencoba membelaku didepan perempuan yang aku tahu namanya Sherlin di nametag nya. Tapi Fara tidak mempedulikanku.
" memangnya kak Genta kenapa ya? ", tanyaku hati-hati. Aku tidak mau membuat keributan disini.
" tanya aja sama kakak lo yang sok kegantengan itu! ", sinisnya kemudian berlalu begitu saja dari hadapan kami. Fara masih terlihat kesal dengan perempuan tadi. Aku juga agak kesel sebenarnya, tapi bukan aku kalo menunjukkan rasa kesal ku begitu saja. Fara emang selalu menjadi sahabat terbaikku.
" siapa sih tuh cewek main marah-marah aja sama kamu gak jelas! mukanya nyebelin banget lagi! ", gerutu Fara saat sisiwi bernama Sherlin itu sudah menghilang dari hadapan kami.
" aku juga gak tahu Ra! udah biarin aja Ra! gak usah diladenin! gak penting juga Ra! ", kataku mencoba santai. Padahal yang sebenarnya aku sangat penasaran apa yang dilakukan oleh kak Genta sampai membuatnya seperti itu!
" kami yang dilabrak tapi kenapa aku yang kesel ya Dis? ", aku tertawa menanggapi pertanyaan Fara.
" memangnya kak Genta ngapain dis? sampai tuh orang ngelabrak kamu gitu! ", lanjut Fara yang kubalas dengan mengedikkan bahu.
" entah! aku juga gak tahu Ra! "
" emm kalo menyimpulkan dari perkataannya tadi sih, mungkin aja kak Genta ditembak sama cewek yang tak lain adalah kakaknya si cewek tadi, terus kakak kamu gak nerima gitu dis! akhirnya dia jadi malu deh ", Fara membuat hipotesis sendiri yang membuatku tertawa geli mendengarnya.
" hahaha masa sih Ra? kekanakan banget kalo bener kayak gitu Ra! ", sahutku.
" ya bisa jadi dis! siapa sih yang gak suka sama cowok kayak kakak kamu dis? dilihat dari sudut manapun dia sudah sangat memenuhi standar cowok ganteng dis! ", tawaku semakin keras kala Fara mengucapkan itu.
" kak Genta? ganteng? kamu gak lagi mimpi kan Ra? ", Fara menghembuskan napasnya malas melihatku yang tak sependapat dengannya.
" Kamu mah emang gak sadar dis kalo kakak kamu itu punya wajah diatas rata-rata. Bahkan Dave aja ngiranya kakak kamu itu pacar kamu loh dis! ", ujar Fara yang membuatku diam sebentar kemudian tertawa lagi semakin keras.
" huuh susah emang kalo ngomongin soal cowok sama kamu dis! yaudah deh aku ke kamar mandi bentar ya Dis! ", Fara berdiri meninggalkan kantin. Aku masih berusaha menghentikan tawaku. Kalo dirumah aku tidak bisa tertawa selepas ini. Bukannya tidak bisa tapi emang gak ada yang bisa membuatku tertawa seperti ini saat lagi dirumah. Aku jadi penasaran soal kak Genta. Akan aku tanyakan ke kak Genta soal itu. Aku mengambil handphone disaku seragamku. Mencari nomor kontak kak Genta kemudian menuliskan pesan disana. Kalo dipikir-pikir aku hampir tidak pernah menghubungi kak Genta. Aku jadi bingung apa yang mau aku tanyakan ke kak Genta. Hingga seseorang datang mengejutkanku.
" disha! ", reflek handphone ku terlepas dari tanganku. Apesnya handphoneku nyemplung ke dalam mangkuk bakso yang masih ada kuahnya didalam.