Chereads / Setitik Cahaya / Chapter 24 - 24 Liburan?

Chapter 24 - 24 Liburan?

Aku merebahkan tubuhku diatas tempat tidur. Sekarang aku sedang kepikiran tentang tadi siang. Aku gak nyangka banget kak Genta bisa punya cafe kayak gitu. Apalagi diusianya yang sekarang tergolong masih muda menurutku. Tapi aku masih tidak mengerti tentang alasan kak Genta sebenarnya yang tidak mau ambil jurusan hukum! Tiba-tiba aku memikirkan sesuatu, semenjak kak Genta masih kelas 12 SMA dulu kak Genta selalu terlihat dingin sama mama dan papa. Padahal sebelum itu kak Genta biasa-biasa aja walau keinginannya kerap bertentangan dengan papa dan mama. Entah apa alasannya! kak Genta yang sekarang lebih tertutup apalagi ke keluarganya sendiri. Tau ah! Sekarang aku harus lebih fokus aja sama sekolah ku dulu. Dan setelah ini pasti akan mulai dibuka pendaftaran-pendaftaran masuk universitas. Aku masih belum kepikiran mau ambil jurusan apa. Yang pasti papa sama mama menginginkanku mengambil jurusan hukum sesuai dengan harapan mereka selama ini. Huh! Aku menghela napas berkali-kali untuk sekedar menenangkan hatiku yang diliputi banyak pertanyaan. Apakah aku cukup berani mengutarakan pendapatku yang tidak mau mengambil jurusan hukum sama papa dan mama? bagaimana jika mereka tetap memaksaku? haruskah aku juga seperti kak Genta? tapi mampukah aku? Mungkin nanti aku perlu mencobanya, tapi entah kapan!

Saat aku sibuk berpikir, terdengar bunyi notifikasi pesan di ponselku. Ternyata Fara mengirimiku pesan. Isinya...

•Fara

dis ikut yuk!

Aku bingung membaca pesan dari Fara. Ikut kemana coba? masa iya isi pesannya cuma itu doang! mana bisa aku faham!

•me

kemana?

• Fara

Kepantai, besok kan kita libur semester dis. Kuy lah kapan lagi kita bisa bareng² pergi liburan! please jangan nolak dis!:(

Ternyata Fara mengajakku liburan! kelihatannya seru apalagi ke pantai. Tapi apa aku bakal diijinin sama mama?

•me

Aku tanya mama dulu ya Ra!

Btw, kita berdua aja?

Aku tak bisa jawab 'iya' ataupun jawab 'tidak', dan akhirnya seperti itulah jawabanku.

• Fara

Enggak kok dis! tenang aja! Dave juga ikut kok^v^

Apanya yang tenang aja? siapa juga yang khawatir? tapi aku sudah menduga sih kalo Dave juga bakalan ikut. Selama ada Fara pasti ada Dave juga.

• me

ohh

• Fara

Pokoknya kamu harus mau dis! kalo nggak Dave gak bakalan mau😤

Hah? Aku melongo membacanya. Apa hubungannya coba?

• me

kenapa begitu Ra? kalo aku gak dapet ijin kalian berdua aja yang pergi, aku gak masalah kok!

• Fara

Tiga hari lagi kita berangkat dis! nanti kamu dijemput sama Dave. Tiga hari itu kamu gunain deh buat bujuk orang tua kamu! ok! gak ada bantahan! titik!!!

• me

Aku usahain deh

• Fara

ok Disha! (●♡∀♡)♥

Aku menghela napas dan meletakkan ponselku di atas nakas. Besok aku akan coba buat minta izin sama mama deh! Aku memikirkan kembali pesan Fara tadi. Apa hubungannya Dave yang tidak mau ikut dengan aku? ah ngomong tentang Dave, aku baru inget kalo tadi siang aku bertemu dengan bundanya Dave. Ternyata Dave memanggil ibunya dengan sebutan 'bunda'? aku baru tahu itu! Ah iya lagi-lagi aku kepikiran obrolan dengan bunda nya Dave tadi.

' ohh kamu Disha ya, Tante senang akhirnya bisa melihat kamu Disha, ternyata benar kata Dave kalo kamu itu cantik '

Mendengar dari perkataannya Tante Rita, sepertinya Dave pernah menceritakan aku ke bundanya. Atau kalo nggak gitu Fara yang sudah menceritakan aku ke bundanya Dave.

'....ternyata bener kata Dave kalo kamu itu cantik '

Kalimat itu terus saja berputar diotakku. Tanpa sadar sekarang kedua sudut bibirku terangkat membentuk huruf U.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku berusaha menghilangkan ingatan itu. Aku ini kenapa coba? Kenapa juga aku senyum-senyum sendiri gak jelas! Astaga Disha! kamu gak boleh mikir yang aneh-aneh! Aku mencoba menetralkan lagi raut wajahku. Sepertinya aku harus tidur lebih cepat deh! Aku menarik selimutku sampai setengah badanku. Menutup mataku hingga ke terlelap ke alam mimpi.

***

Cahaya lembut mentari mengusik tidurku. Matahari masih malu-malu menampakkan diri. Aku membuka selimut tebalku lalu beranjak ke kamar mandi. Mencuci muka dan gosok gigi. Karena sekarang sudah mulai libur, aku jadi malas buat mandi pagi. Nanti aja deh agak siangan aku mandinya! pikirku. Seperti biasa sarapan pagi sudah siap di meja makan. Ada mama yang sudah selesai menyiapkan makanan. Aku duduk di salah satu kursi.

" pagi ma! ", sapaku.

" pagi juga disha! ", balas mama dengan tersenyum. Rasanya aku hampir lupa kalan terakhir kali mama tersenyum seperti ini. Aku selalu suka melihat wajah mama yang tersenyum dari pada wajah mama saat sedang serius.

" papa mana ma? gak ikut sarapan? ", tanyaku saat menyadari tidak ada papa di meja makan.

" papa kami sudah berangkat ke kantor ta ", ucap mama. Sudah lama sekali aku tidak mendengar mama memanggilku dengan 'ta'. Tata adalah panggilan masa kecilku, diambil dari nama tengahku yaitu Sabita. Tapi sejak aku mulai dewasa sudah jarang sekali yang memanggilku dengan nama itu.

" ohh, tapi mama kok masih disini? biasanya kan bareng sama papa? ", tanyaku lagi.

" hari ini mama lagi cuti ta, tapi cuma dua hari ini doang. Papa kami sekarang lagi sibuk-sibuknya. Banyak kasus yang harus papa kamu tangani ", kata mama. Aku mengangguk paham. Aku dan mama sama-sama diam menghabiskan sarapan kami. Selesai sarapan aku menawarkan diri buat cuci piring karena bi Inem juga sedang pulang kampung melihat anaknya yang kembali sakit. Padahal beberapa hari setelah kejadian bibi minta ijin pulang waktu itu, keadaan anaknya sudah lebih baik. Sekarang entah apalagi yang terjadi pada anak bibi itu. Untung daja mama sama papa memberi bibi ijin walau paling lama seminggu sudah harus kembali belerja lagi. Mungkin gara-gara mama yang sedang cuti makanya bibi diijinkan pulang. Sehabis mencuci piring aku hendak kekamar lagi. Namun langkahku terhenti yang melihat mama sedang duduk santai didepan televisi. Aku teringat tentang liburan yang dikatakan Fara kemarin. Mungkin ini saat yang pas buat aku minta ijin. Aku menghampiri mama lalu ikut duduk disampingnya.

" emm ma! ", panggilku.

" ada apa ta? ", aku bingung mau mulai dari mana. Aku takut mama tidak mengijinkanku.

" oh ya,,kemarin bukannya kamu habis rapotan ya Dis? ", sambung mama. Karna aku tak kunjung bicara.

" eh i iya ma, kemaren kak Genta yang dateng buat ambil rapor Disha ", ucapku.

" ohh,,gimana kakak kamu itu? apa dia masih tidak mau pulang? ", tukas mama. Aku bingung mau bilang apa.

" eh Disha gak tau ma, mungkin kak Genta takut dijodohin lagi sama mama, makany kakak gak mau pulang ", jawabku sekenanya. Tapi meski begitu jawabanku gak sepenuhnya salah kan ya? bukannya kemaren kak Genta juga pernah bilang seperti itu. Mam terlihat menghela napasnya gusar.

" kakak kamu itu sifatnya masih saja kekanak-kanakan "

" oh ya ma! disha...Disha..boleh nggak....ikut..temen Disha..liburan ke pantai? ", tanyaku sedikit terbata-bata. Atau lebih tepatnya hati-hati!

" kepantai? sama siapa dis? ", tanya mama.

" sama temen Disha ma "

" kapan memangnya? "

" emm tiga hari lagi kayaknya ma "

Mama terlihat seperti menimbang-nimbang. Dalam hati aku berdoa agar mama mengijinkanku.

" setelah ini kami liburan semester kan dis? ", tanya mama.

" iya ma, karna itu Disha diajak temen Disha buat ikut liburan ke pantai "

"...hhmmm baiklah mama ijinin kamu. Tapi inget ya nggak boleh lebih dari lima hari. Maksimal lima hari kamu sudah harus ada dirumah dis! ", mataku berbinar mendengarnya. Aku tak menyangka mama bakal mengijinkanku untuk pergi.

" iya ma! disha bakal inget kata-kata mama, tapi....gimana sama papa ma? nanti kalo papa gak setuju gimana? ", tanyaku cemas.

" soal papa serahkan sama mama dis! ", aku lega mendengarnya. Ternyata tidak seburuk yang aku kira. Rasanya aku rindu quality time sama mama kayak gini. Dibalik sifat tegasnya mama, mama tetaplah mama. Tapi aku masih tidak suka sama mama atau papa yang terlalu mementingkan pekerjaannya. Aku harap bisa sepeti ini terus sama mama.

" makasih ya ma ", kataku senang.

" oh ya Dis! sekarang berarti kamu sudah memasuki semester dua kan? kamau harus lebih giat belajar ya Dis, agar kamu bisa masuk ke jurusan hukum. Kamu tidak akan menolak kan dis? "

Dalam hati aku menggerutu sebal. Kenapa mama harus tanyakan itu sih?