Sudah tiga hari ini Fara tidak masuk. Sebenarnya urusan keluarga seperti apa sih yang membuatnya meninggalkan ujian semester ini? Beda banget rasanya kalo tidak ada Fara. Ok sepulang sekolah nanti aku mau lihat Fara dirumahnya! Sekarang aku sudah ada dikelas begitupun dengan teman-teman yang lain termasuk Dave. Selama tidak ada Fara, suasana hatiku begitu buruk. Meski ada Dave yang juga kadang menghiburku tapi tetap saja rasanya masih ada yang kurang. Aku ingin hari ini cepat berlalu agar aku bisa segera kerumah Fara.
Saat pulang sekolah kebetulan aku melihat Dave. Aku akan mengajaknya saja! Dave juga kan sahabatnya Fara.
" Dave! ", teriakku memanggil Dave yang hampir melajukan motornya keluar sekolah. Aku berlari menghampirinya yang duduk diatas motornya. Dave melepas helm full face nya.
" ada apa dis? ", tanyanya.
" Dave, aku mau kerumah Fara apa kamu mau ikut? kamu juga kan sahabatnya Dave "
" hah? apa? kerumah Fara? buat apa dis? ", wajahnya terlihat bingung.
" Fara sudah tidak masuk tiga hari ini Dave, aku khawatir kalo Fara sakit. Pesan-pesan ku juga tidak ada yang dia balas Dave. Aku mau mengunjungi rumahnya apa kamu mau ikut? ", Dave menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
" enggh Lo gak usah cemas gitu dis. Mungkin saja ponselnya Fara habis jatoh ke air terus rusak deh, makanya dia gak tau pesan dari lo dis! ", karang Dave.
" apa iya? kayaknya gak mungkin deh! lebih baik kita pastikan aja Dave! toh apa salahnya kalo kita berkunjung kerumah Fara? ", kataku masih ngotot ingin pergi kerumah Fara. Dave menggaruk rambutnya yang tidak gatal lagi.
" iya dis gak salah emang! tapi kemaren gue habis dari rumah Fara tapi ya gitu rumahnya sepi. Mungkin Fara dan keluarganya lagi pergi luar kota mungkin? ", Dave lagi-lagi mengarang.
" itukan kemaren Dave! siapa tau hari ini Fara sudah pulang. Kalo kamu tidak mau ikut yasudah aku pergi sendiri saja. Tidak masalah kok ", kataku pada akhirnya. Dave menghembuskan napas panjang.
" ok ok,, gue ikut! tapi lo bareng gue aja naik motor gue kalo nggak Lo gak usah pergi deh! gue bakal ngehalangin lo kalo Lo nekat pergi sendiri ". Deg! aku harus boncengan sama Dave gitu? aku masih diam memikirkannya. Iya nggak ya?
" gimana? ", tanya Dave sekali lagi. Aku mehela napas dan memutuskan.
" baiklah tidak masalah ", Dave tersenyum mendengar keputusanku. Dia memakai helm full face nya lagi.
" naik! ", Dave mengisyaratkan aku agar naik keatas motornya. Dengan gugup aku memegang pundak Dave agar bisa naik dimotornya yang besar dan tinggi. Bahkan rokku saja sampai sedikit terangkat memperlihatkan pahaku. Kupaksakan menarik rokku agar bisa menutupi pahaku. Namun tidak berhasil, pahaku tetap terlihat. Sedetik kemudian Dave memberikan jaketnya kepadaku.
" nih pakek! ", aku bingung dengan tindakan Dave.
" eh..."
" buat menutupi kaki Lo dis! ", katanya dengan pandangan masih menatap kedepan. Aku tersenyum mengambilnya.
" makasih! ", Dave mengangguk lalu segera melesatkan motornya di tengah jalan raya kota. Baru kali ini aku merasakan naik motor ditengah jalan raya begini apalagi sekarang bersama Dave! Duduk diatas motor ninja milik Dave membuat tubuhku sedikit condong kedepan. Untung saja Dave membawa tas ranselnya dipunggung, aku bisa menjadikannya pegangan. Karena Dave melajukan motornya cepat sekali, hingga aku takut bisa terjatuh dari motor.
Beberapa menit kemudian motor Dave berhenti didepan sebuah rumah dengan gerbang besar yang menutupinya. Aku turun dari atas motor Dave memandang kearah rumah tersebut. Aku sudah beberapa kali berkunjung kerumah Fara tapi aku masih kagum dengan desain nya. Terlihat asri sekali rumahnya. Pun dalamnya ada sebuah taman kecil dengan air mancur yang menghiasi halaman rumah ini. Tapi sekarang sepertinya gerbangnya dikunci. Dave masih duduk diatas motornya. Aku hendak ingin mendekat kearah gerbangnya namun satpam rumahnya lebih dulu mengahampiriku dan Dave.
" mbak dan masnya ini temannya non Farakan? ", tanya satpam itu memastikan.
" iya pak kami temannya Fara ", Dave yang menjawab.
" apa Fara nya ada pak? ", Sekarang giliran ku bertanya.
" maaf mbak dan masnya, non Fara sama keluarganya sedang pergi keluar kota ", Aku hanya bisa menghela napas. Benar kata Dave! Fara dan keluarganya sedang pergi keluar kota.
" oh gitu ya pak? emang ada urusan apa pak ke luar kota? ", tanyaku penasaran. Pak satpam itu hendak menjawab tapi langsung dipotong oleh Dave.
" eh yaudah pak terimakasih kami pergi dulu! ", aku melirik kearah Dave.
" eh iya mas, saya permisi! ", pamit pak satpam itu.
" gak sopan dis menanyakan urusan pribadi keluarganya Fara ", dave berkata seoalah mengerti tatapanku yang kuberikan padanya.
" tapikan Dave-- ", lagi-lagi Dave memotong ucapanku.
" sudahla dis! Lo kan udah tau Fara dan keluarganya lagi keluar kota. Entar kalo urusannya dah kelar mereka pasti pulang dis! lebih baik sekarang Lo gue anter pulang, ayoo naik! ", Akhirnya aku pasrah. Lagi-lagi apa yang dikatakan Dave benar. Aku saja yang terlalu buru-buru dan tidak sabaran. Apa aku terlalu lebay ya?
" nggak usah deh Dave! aku bisa naik angkot pulangnya ", tolakku.
" gak ada! Lo pulang bareng gue! masa iya sih Lo kesini sama gue pulangnya naik angkot? Apa bedanya sih dis! kan lebih baik juga sama gue dis gak pakek bayar, gratis!! ", kalo seperti ini mana bisa aku nolak. Aku takut saja merepotkan Dave tapi gak enak juga kalo aku nolak tawarannya.
" ishh ", aku memukul lengan Dave. Dave terkekeh. Dengan berat hati aku naik ke atas motornya. Jaket pemberian Dave tadi masih aku pakek buat menutupi pahaku. Aku sedikit tersentuh dengan kepekaan Dave ini. Dave kembali melajukan motornya menuju rumahku. Ditengah jalan aku dengar Dave mengatakan sesuatu. Suara Dave bercampur dengan suara deru kendaraan juga hembusan angin sehingga tidak begitu jelas ditelingaku.
" dis! gue harap Lo gak pernah deket sama cowok lain selain gue dis! "
" hah? apa Dave? Lo bilang sesuatu? ", Tanyaku sedikit berteriak. Aku tidak mendengar apa yang Dave ucapkan barusan. Dave diam saja tidak meresponku. Apa suaraku kalah dengan bisingnya jalan raya kota dan hembusan angin? Aku memandang Dave lewat kaca spionnya. Dave terlihat fokus menatap kedepan. Sedangkan aku, aku masih bertanya-tanya. Apakah benar tadi Dave mengatakan sesuatu? Ataukah aku yang salah dengar saja.
Dave menurunkanku tepat didepan rumahku.
" terimakasih ya Dave sudah mengantarku dan buat jaketnya juga ", kataku sambil memberikan jaketnya.
" iya sama-sama dis "
" yaudah aku masuk ya! ", saat aku berbalik hendak masuk kerumah Dave memanggilku.
" dis! ", aku menghentikan langkahku lalu menatapnya.
" ya? apa kamu minta ongkos Dave? ", gurauku. Dave tidak tertawa. Dia malah menatapku serius.
" dis! gue harap Lo gak pernah deket sama cowok lain selain gue! ", aku mematung mendengarnya.