Chereads / Setitik Cahaya / Chapter 17 - 17 Sikap aneh Dave!

Chapter 17 - 17 Sikap aneh Dave!

Aku lagi duduk di taman belakang sekolah, salah satu tempat favoritku saat aku ingin sendiri. Sekarang aku mau belajar untuk ujian selanjutnya. Tapi sayangnya suasana hatiku sedang tidak baik. Mau sekeras apapun akuncoba untuk konsentrasi belajar, tetap saja tidak bisa nyampek ke otakku. Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan hati dan pikiranku. Aku memejamkan mata sebentar, merilekskan pikiranku yang sedang kacau. Tiba-tiba aku teringat sesuatu...

' Fara! Fara kemana ya, perasaan dari tadi aku belum bertemu dengannya. Tumben-tumbenan Fara tidak berisik apalagi heboh ', aku membatin.

Setelahnya aku putuskan pergi ke kelas mencari Fara. Tidak biasanya Fara diam saja melihatku seperti ini. Lagian dari tadi aku tidak melihat batang hidungnya. Ditengah perjalanan aku berpapasan dengan Dave.

" Dave! ", aku memegang lengannya.

" ada apa dis? "

" kamu nyadar gak sih, dari tadi aku tidak melihat Fara, kamu tau dia dimana Dave? ", tanyaku.

" oh itu..itu..Fara sedang tidak masuk hari ini dis! "

" hah! tidak masuk? kenapa? Fara sakit? ", aku baru tau kalo Fara tidak masuk hari ini apalagi dihari pertama ujian semester.

" enggak, Fara lagi ada urusan dengan keluarganya yang tidak bisa ditunda dis! ", kata Dave sambil mengusap-usap rambut hitam kecoklatan-coklatan miliknya.

" terus gimana dengan ujiannya? dia bisa tertinggal Dave! ", aku mencemaskan ujian Fara. Kasian Fara kalo dia harus ikut ujian susulan.

" mungkin dia akan ikut ujian susulan kali dis "

" emang sepenting itu ya urusan dengan keluarganya? ", tanyaku lagi.

" i..iya dis, benar-benar penting banget "

" urusan apa memangnya Dave? ", aku masih penasaran tentang Fara.

" mana gue tau dis, itukan urusan keluarganya masa iya sih gue ikut campur ", mendengar itu aku tidak bisa lagi berkata apa-apa. Benar kata Dave! aku tidak bisa ikut campur dengan urusan keluarganya.

" udah gak usah sedih gitu dis! entar kalo urusannya udah kelar dia pasti masuk kok! ", Dave melingkarkan tangannya di bahuku seperti waktu itu. Ini kedua kalinya aku diperlakukan seperti ini. Kenapa Dave bisa sesantai itu sih! kayak gak terjadi apa-apa!

" iya Dave! ", kataku sambil melepaskan lingkar tangannya dari bahuku.

Saat ini aku sama Dave sedang berjalan bersama. Entah kemana Dave mau membawaku. Aku hanya ikut saja dengannya. Hingga sampailah kami di ruangan olahraga. Dave menyuruhku duduk memperhatikannya. Dia mengambil bola basket, dan mendribble nya. Setelah itu dia berlari kearah ring lalu melompat memasukkan bola kedalamnya. Membuat bagian bawah baju seragamnya sedikit terangkat memperlihatkan pahatan yang terpampang disana. Pahatan yang sama yang aku lihat saat dia berenang. Namun kali ini hanya sesaat saja. Lalu pikiranku kembali, aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Mencegah pikiran-pikiran ataupun perasaan aneh dihatiku.

" dis! ", seseorang menepuk bahuku pelan. Aku mendongak, ada Gerald disini.

" eh Gerald! kamu disini? ", tanyaku basa-basi. Gerald ikut duduk disampingku.

" kamu kenapa geleng-geleng gitu dis? ", tanya Gerald heran melihatku.

" eh ee enggak kok, gapapa ge. Itu tadi cuma pemanasan kepala aja ge ", Gerald terkekeh mendengar alasan yang tak masuk akal itu. Haduuhh Disha!! bisa gak sih buat alasan yang kerenan dikit? atau paling gak yang masuk akal lah? Habisnya aku udah gak kepikiran kata lain sih selain pemanasan:( .

" gimana ujiannya tadi dis? ", tanyanya.

" yahh begitulah ge! ", aku menjawab singkat. Tak mau memperpanjang lagi pembicaraan soal ujian. Aku merasa kurang puas dengan ujianku tadi.

" oh ya, tumben kamu tidak bersama Fara dis! ", aku menoleh kepadanya.

" Fara tidak masuk hari ini ", Sungguh! sekarang aku lagi males banget buat ngomong.

" kenapa? dia sakit? ", tanyanya.

" kata Dave, Fara sedang ada urusan dengan keluarganya "

" urusan apa dis? ", hadeeehh! sumpah ya!! nih orang nanya mulu dari tadi. Bikin sebel aja deh! kalo saja suasana hatiku sedang dalam kondisi baik, pasti dengan senang hati aku menjawab semua pertanyaannya. Walau begitu aku tidak mungkin mengabaikan Gerald.

" entahlah ge, aku juga gak tau! Dave juga kayanya tidak tau ", hanya dengan jawaban itu, Gerald bisa diam. Dave menghentikan aksinya bermain basket. Dia berlari ke arahku dan Gerald.

" ayoo dis! ", Dave menarik tanganku mengajakku pergi. Dave kenapa tiba-tiba gini sih! aku kan jadi kaget. Lagian tidak sopan menarikku begitu saja saat aku sedang ngobrol dengan Gerald.

" eh Dave! mau kemana? ", Dave tidak menjawab ku. Aku melihat Gerald juga mengikuti kami. Gerald sedikit berlari namun berhasil menjajari langkah kami.

" eh dis! ", aku menghentikan langkahku. Tapi masih tetap dengan tangan Dave yang memegang tanganku.

" tadi aku cuma mau ngomong sama kamu dis, karya ilmiah kita sudah aku kirim ke panitia lombanya dis ", sambung Gerald dengan semangat.

" oh ya? bagus sekali ge! kita tinggal menunggu hasilnya saja ", kataku dengan wajah sedikit berbinar.

" iya dis! yaudah aku cuma mau ngomong itu kok! aku pergi dulu ya ", Gerald hendak pamit tapi aku mencegahnya.

" ge! ", Gerald berbalik menghadapku.

" iya dis? kamu mau mengatakan sesuatu? ", tanyanya.

" minta tolong, kamu bisa gak kirim file karya ilmiah kita ke aku? ", tanyaku.

" buat apa dis? kan udah selesai! "

" emm ya buat simpenan aja ge! siapa tau nanti aku butuh ", kataku.

" oh gitu! iya nanti aku kirim ke kamu lewat e mail ya "

" ok! makasih ya ge! ", Gerald mengangguk lalu pergi.

Sedangkan Dave? dari tadi dia tidak melepaskan tanganku. Tumben-tumbenan Dave seperti ini.

" lo jangan mudah deket-deket sama cowok dis! ", ucap Dave tanpa melihat wajahku.

" kenapa Dave? aku malah pengen punya lebih banyak teman cowok, kamu tau sendirikan aku susah deket sama cowok. Cuma kamu temen cowok yang dekat denganku dan mungkin sekarang aku juga bisa lebih dekat dengan Gerald dave! "

Terlihat Dave menghembuskan napasnya pelan. Apa aku salah ya jika mau berteman dengan cowok? aku kan juga pengen kayak Fara yang bisa akrab dengan siapapun dan menjadi biasa aja saat didepan cowok. Sekarang Dave malah memegang kedua pundakku lalu menatap tajam kedua mataku. Dave kok aneh gini sih! aku jadi merinding!

" dis! ", Dave masih menatap tajam mataku. Wajahnya terlihat serius sekali.

" a..ap..apa Dave? ", tanyaku sedikit takut bercampur gugup. Dave diam dan masih menatap mataku lekat-lekat. Diam, hanya hembusan napasnya yang terdengar lembut. Dave habis makan apaan sih! kok jadi aneh gini! Setelah beberapa saat, Dave terlihat menahan tawanya. Kan jadi makin aneh saja si Dave.

" hahaha lo lucu banget sih dis! lo tegang ya? ", Dave melepaskan tawanya. Seketika aku langsung melepaskan napasku. Tadi rasanya aku seperti menahan napas. Tidak mengerti dengan tindakan Dave. Dan refleks aku memukul lengannya.

" iihh Dave! bikin kaget aja! ", kataku kesel. Aku masih memukul-mukul lengannya seperti yang aku lakukan ke kak Genta. Kak Genta? Aku jadi teringat lagi dengannya. Sekarang siapa yang akan menjailiku lagi dan siapa yang akan aku pukuli seperti ini? Aku menghentikan aksiku. Dave yang tadinya mengadu kesakitan juga ikut berhenti. Dia menatapku.

" ada apa dis? kenapa jadi murung lagi? Lo masih kurang puas ya mukulin gue? nih gue kasih semua badan gue buat Lo pukulin bebas deh! ", Aku melotot kearahnya. Dave masih sempat-sempatnya mengajakku bercanda.

" udah deh Dave! ayoo kita ke kelas, udah mau bel nih ", Aku sudah tidak berminat bercanda apapun atau dengan siapapun. Aku berjalan lebih dulu, lalu diikuti dengan Dave yang menyusul ku. Tak lama kemudian terdengar suara bel yang memanggil para siswa untuk segera masuk ke kelas. Saatnya bergulat lagi dengan soal ujian! Apa aku bisa mengerjakannya lagi kali ini? Aku tadi tidak belajar, malah ngobrol sama Gerald dan sibuk dengan Dave!