Sekarang aku memakai rok selutut berwarna peach dengan blus warna putih yang kumasukkan ke dalam rok. Juga sneakers putih yang menutupi kakiku lengkap juga dengan tas selempang warna baby pink kesukaanku. Ditambah dengan rias wajah natural seperti biasanya. Aku sudah siap pergi ke cafe tempat aku, Fara dan Gerald akan menyelesaikan karya ilmiah kami.
Kemarin sepulang sekolah, kami tidak jadi menyelesaikan karya ilmiahnya. Mengingat waktu yang amat sempit, jadi kita memutuskan untuk bertemu dicafe dekat sekolah kami untuk menyelesaikan karya ilmiahnya.
Aku memasuki cafe, celingukan mencari dua sosok manusia. Kata Fara dia sudah sampai di cafenya. Aku menemukan Fara tengah duduk dipojok ruangan dekat jendela juga seorang laki-laki yang duduk membelakangiku. Sudah pasti itu gerald. Posisi yang sempura untuk mengerjakan tugas. Aku mengahmpiri mereka berdua.
" hai Ra! ge! maaf aku telat ", kataku sebelum duduk dikursi.
" wow dis, kamu cantik banget. Keliatan beda dari biasanya ", kata Fara memuji penampilanku. Dia berdiri sambil membolak-balikkan tubuhku. Sebenarnya aku malu dipuji Fara seperti itu. Perasaan penampilanku juga kayak biasanya deh.
" apaan sih Ra! perasaan biasa aja deh, kamu tuh yang lebih cantik Ra! ", kataku balik memuji Fara. Fara memakai casual dress warna coklat muda serasi dengan sepatu sneakersnya juga. Dan tas selempang warna hitamnya. Sangat cocok dengan Fara. Dia keliatan cantik sekali apalagi dengan make up natural nya menambah kesan yang simple tapi juga stunning.
" silahkan duduk dis! baru kali ini aku melihat penampilanmu ketika diluar sekolah dis! ", Gerald mempersilahkan aku duduk. Aku hanya menampilkan senyumku padanya lalu duduk disamping Fara.
" dis kamu mau pesen minum? biar aku pesenkan! ", tawar Fara.
" iya boleh Ra, makasih ", Fara mengangguk lalu memanggil waiters memesankan minum untukku. Fara sudah hafal kalo lagi dicafe kayak gini aku selalu memesan jus alpukat. Sedangkan Fara dan Gerald, mereka sudah memesan minum sejak tadi.
" ok! karna kita semua sudah ada disini langsung kita bahas saja karya ilmiah kita ", Gerald memulai.
" tinggal bab 3 doang kan ge? ", tanya Fara. Dan diangguki oleh Gerald.
" untuk bab 3 ini berisi penutupnya dis Ra ", Gerald menjelaskan. Gerald yang mengetiknya, aku dan Fara memikirkan rangkaian kalimat yang akan kami susun sebagi penutupnya. Gerald juga sedikit banyak ikut memikirkan kalimat penutupnya. Setelah berperang dengan otak akhirnya penutup berhasil diselesaikan.
" ....save! ", kata Gerald puas.
" cuma gitu doang ge? ", tanya Fara tidak percaya.
" iya, kan emang tinggal buat penutupnya doang Ra ", jelas Gerald.
" astaga! aku pikir bakal lama gitu buatnya, ternyata gak sampai dua jam dah kelar nih karya ilmiahnya ", tukas Fara.
" hahaha iya Ra, aku gak nyangka ternyata buat karya ilmiah gak sesulit yang aku kira deh ", ucap Gerald. Aku tertawa pelan mendengar mereka berdua.
" iya, tadinya aku pikir waktu sebulan itu gak cukup buat kita nyelesein karya ilmiahnya, eh ternyata malah lebih cepat dari yang aku kira. Ini karna kita buatnya asal-asalan atau emang kitanya aja yang kelewat pinter, hahaha ", Kami bertiga tertawa mendengar ucapan Fara. Aku bahkan hampir menepuk jidatku sendiri mendengar opini kedua Fara.
" aku juga gak nyangka kita bisa nyelesein secepat ini ", tambahku.
" ok! kalo gitu tinggal bagian akhir doang ", sambung Gerald lagi.
" bagian akhir? katanya udah selesai ge! kenapa ada lagi? ", wajah Fara berubah murung.
" maksudnya tinggal nge-cek lagi Ra! siapa tau perlu revisi atau mungkin aja ada typo typo nya gitu. Kan kita harus meminimalisir kesalahan Ra "
" ohh aku kira masih ada yang perlu dibuat lagi, tapi siapa yang akan nge-cek? ", kata Fara lega sekaligus bertanya.
" tenang itu biar jadi tugasku, nanti kalo udah selesai aku akan kirim ke pak Zen biar dicek sekali lagi. Kalo udah beres langsung kirim ke panitia lombanya. Selesai deh! ", Gerald menyanggupi untuk mengecek ulang karya ilmiahnya.
" ok deh! makasih ya ge ", ucap Fara yang diangguki oleh Gerald.
Kami ber tos ria bangga telah menyelesaikan karya ilmiah kita setelah berhari-hari. Kami memutuskan untuk makan dulu sebelum pulang. Lagian tanggung juga udah dicafe. Fara memanggil waiters lagi. Setelah makanan dipesan kami saling mengobrol santai. Tak jauh dari tempatku duduk aku melihat seseorang yang familiar sekali dipenglihatanku. Aku refleks berdiri hingga kursi yang aku duduki terdorong kebelakang.
" meta! ", Fara dan Gerald terkejut menatapku.
" ada apa dis? " tanya Fara. Fara dan Gerald mengikuti arah pandangku.
" bentar ya Ra! ge! "
Aku berjalan menghampiri meta yang sedang duduk dengan seorang laki-laki yang aku tak tau siapa.
" meta! ", panggilku. Yang kupanggil refleks menoleh ke arahku. Meta juga agak sedikit terkejut dengan kedatanganku.
" adisha! aku gak nyangka bisa ketemu sama kamu disini ", aku dan meta saling berpelukan ala-ala cewek.
" iya ta, aku juga gak nyangka bisa ketemu sama kamu disini "
" kenalin dis! ini kakak aku Riko yang aku ceritain ke kamu waktu itu ", katanya mengenalkan sosok laki-laki yang bersamanya. Aku ganti menatapnya.
" Hai Disha, aku Riko ", ucapnya dengan mengulurkan tangannya padaku.
" iya kak hai juga aku Disha ", aku menerima jabat tangannya.
" disha ini adik dari cowok yang mau dijodohin sama aku kak ", meta menjelaskan ke kakaknya siapa diriku.
" ohh jadi Disha ini adiknya Genta ya, kamu kesini sendirian? ", tanya Riko kakaknya meta.
" enggak kak, aku sama temen-temen aku lagi kerja kelompok ", aku menjelaskan.
" wahh kerja kelompok aja sampai ke cafe ya Dis! ", gurau Riko. Aku terkekeh mendengarnya.
" kamu kok bisa ada disini ta? ", tanyaku yang sedari tadi sudah penasran.
" oh ya, tadi aku habis dari rumahmu dis ", jawabnya.
" rumahku? ada apa? "
" orang tua kamu pengen ketemu sama kak Riko, katanya ingin membicarakan ke arah yang lebih serius ", ucapnya dengan wajah murung.
" ohh gitu, terus gimana? apa kamu setuju? ", tanyaku lagi.
" aku gak tau dis! lagi pula kalaupun aku tidak setuju aku tidak bisa berbuat apa-apa dis. Kamu tau sendirikan aku tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya ", benar juga kata meta. Akupun teidak tau harus bagaimana. Aku tidak bisa membantu banyak. Tapi aku juga tau kak Genta tidak mungkin menerimanya begitu saja.
" maafin kakak ya ta! sudah memaksa kamu ", meta hanya tersenyum ke kakaknya.
" kamu tidak usah khawatir ta! aku akan coba bicara ke papa atau kak Genta nanti ", sahutku.
" iya dis, makasih ya! "
" iya sama-sama, yaudah aku permisi dulu ya, gak enak sama temen-temenku ", pamitku pada kedua kakak adik itu. Aku kembali ketempat ku tadi. Makanan yang kami pesan sudah tersedia di meja. Fara dan Gerald juga sudah mulai memakannya. Aku menarik kursiku lalu duduk diatasnya.
" tadi itu siapa dis? kamu kenal mereka? ", tanya Fara yang sudah penasaran.
" eh iya aku kenal mereka. Yang perempuan itu temen aku ", kataku tanpa memberitahu keadaan yang sebenarnya.
" ohh ", Fara hanya ber oh ria.
" makan dis! keburu dingin entar, kamu tadi lama sekali ngobrol dengan mereka ", sahut Gerald.
" hehe iya maaf ", cuma itu kataku. Aku mulai menyantap makanan dihadapan ku ini. Sejak makan aku masih memikirkan tentang kak Genta dan meta. Sampai saat ini aku belum berbicara dengan kak Genta. Nanti aku akan mencobanya.