Chereads / Elegi Cinta Asha / Chapter 31 - Tidak Mudah Menjadi Orangtua Tunggal Dan Seseorang Dari Masa Lalu

Chapter 31 - Tidak Mudah Menjadi Orangtua Tunggal Dan Seseorang Dari Masa Lalu

Dua tahun sudah sejak Asha dan Keenan tiba di Kota Kecil itu. Penampilan Asha dan juga Keenan sudah banyak berubah. Asha tidak pernah lagi memanjangkan rambutnya, bahkan menyengaja mengubah rambut lurusnya menjadi keriting dan mewarnainya dengan warna coklat tua. Rambutnya kini tak lagi sehitam legam dahulu.

Semua ini dia lakukan semata-mata ingin menghapus jejaknya di masa lalu. Meski kini tinggal jauh dari Angga dan juga kedua orangtuanya, perasaannya selalu was-was.

Memang terlalu percaya diri jika menganggap cinta Angga tidak akan luntur padanya meski Angga sudah memiliki istri dan juga anak.

Kerinduannya pada kedua orangtuanya terkadang tak terbendung. Beberapa kali ingin mengabarkan mereka tentang keadaannya saat ini, saat dirinya tanpa sengaja menemukan poster pencarian orang hilang di beberapa surat kabar. Lengkap dengan foto dirinya yang masih berambut panjang, dan Keenan yang saat itu berusia sekitar 1,5 tahun. Namun sungguh bagaimanapun dia tidak ingin mengungkap dirinya. Tetap menjaga jarak, karena kuatir dengan ancaman Arumi terhadap keluarganya.

***

Selama dua tahun ini, dirinya dan Keenan sudah tiga kali berpindah tempat. Alasannya cukup kompleks. Karena Asha adalah wanita yang bisa dibilang masih muda dan cantik, meski sudah memiliki seorang anak. Tak ayal ada beberapa gunjingan dari para tetangga yang merasa terganggu dengan statusnya.

Meski Asha tidak pernah bertingkah sebagaimana tuduhan para wanita itu, menggoda para suami mereka dengan kecantikannya, tetap saja dirinya harus mengalah dan mencari tempat tinggal baru. Dirinya tidak ingin berurusan dengan pihak berwajib.

Untungnya tempat tinggalnya sekarang tidak jauh dari tempatnya kini bekerja paruh waktu di sebuah mini market. Tidak hanya itu, dirinya diijinkan membawa serta Keenan selama bekerja, asalkan dirinya bisa mengkondisikan anaknya. Memang tidak mudah menjadi orangtua tunggal.

Sebetulnya jika dirinya mau dan bisa, ijazah sarjananya bisa ia gunakan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, dan tentunya gaji yang lebih besar. Tapi dirinya masih khawatir apabila menggunakan ijazah itu ada seseorang yang akan mengenalinya.

***

"Chacha, bisa tolong bantu Ibu pindahkan barang-barang yang baru datang ini?" tanya ibu pemilik mini market, Santi.

"Baik Bu," jawab seorang wanita berambut sebahu yang mengenakan seragam mini market. "Kiki, ikut mama yuk." Terlihat anaknya mengekori di belakangnya. Usianya kira-kira 3 tahun.

Ya mereka adalah Asha yang kini dipanggil Chacha dan Keenan dipanggil Kiki. Panggilan ini tanpa sengaja mereka dapatkan kala baru pindah di kawasan perumahan yang sekarang ia tempati. Tanpa menjelaskan statusnya kepada para tetangganya, Asha merasa aman untuk saat ini. Para tetangganya hanya tahu bahwa ayah Keenan berada di luar kota. Dan ini tidak sepenuhnya bohong. Karena ayah kandung Keenan memang berada di luar Kota Kecil tersebut.

Selesai memindahkan barang-barang, Asha kembali berjaga di depan.

***

Di suatu siang yang sangat terik, seperti biasa banyak pelanggan yang berbelanja di mini market itu. Tak luput ada seorang pria dewasa yang merasa kehausan di panasnya siang itu. Tanpa berpikir panjang pria itu berjalan masuk ke dalam mini market dan mengambil minuman dingin.

Asha masih melayani pelanggan lain, sehingga tidak memperhatikan bahwa ada seseorang yang terpaku di ujung sana. Menatapnya lama. Terlihat ragu-ragu sejenak. Setelah yakin, pria itu berjalan menuju meja kasir.

Saat pria itu tiba di hadapannya, Asha masih menunduk berkutat dengan keyboard kasirnya. Tangannya terulur untuk memindai barcode minuman dingin dari tangan pria itu. Kala jarinya menekan tombol enter, pria di hadapannya tidak bisa menahan diri lagi ....

"Asha?" Merasa familiar dengan suara itu, Asha mendongak dan tercengang. Matanya terbelalak. Mulutnya terbuka sedikit.

Hanya sesaat. Kemudian dia mengendalikan emosinya. Tampak tersenyum ramah, "Totalnya jadi dua puluh satu ribu, Pak."

"Asha ... ini beneran Kamu kan?" tanyanya lagi setelah pria itu menyerahkan sejumlah uang untuk membayar minumannya. Tanpa sadar Asha membasahi bibir bawahnya, menghilangkan kegugupan dirinya. Meski pemilik mini market ini orang yang baik, tapi rasanya tidak tepat jika di jam kerjanya dia terlihat berbincang di luar kepentingan pekerjaanya sebagai kasir.

"Maaf. Saya sedang bekerja Pak, silahkan yang berikutnya," jawab Asha datar. Paham dengan kondisi, pria itu kemudian menyingkir, memberi ruang untuk pembeli berikutnya. Pria itupun keluar. Terlihat kelegaan dari raut wajah Asha.

***

Tepat pukul sembilan malam, Asha menutup mini market. Karena hari ini mendapat shift siang hingga malam. Setelah memastikan semua pintu sudah terkunci, sambil menuntun Keenan, Asha berjalan kaki menuju rumah kontrakannya. Saat itulah dia bertemu lagi dengan orang itu.

Seseorang dari masa lalu.

"Asha ...," panggil pria itu kala melihat Asha keluar dari area pertokoan. Yang dipanggil segera menengok. Namun dengan langkah tergesa-gesa ia membawa Keenan menjauh dari orang itu.

"Asha tunggu." Langkah kakinya yang lebar berhasil mengejar Asha dan menarik sebelah lengannya. Tiba-tiba.

Bruk!!!

Dengan tangkas Asha memelintir tangan pria itu dan membantingnya ke atas tanah. Dan 9! Pria itu apakah lupa?

"Asha please, aku cuma ingin menyapa dan melihat anak kita ...," ujarnya sambil meringis menahan sakit. Asha masih terlihat waspada. Dengan Keenan di belakang tubuhnya.

"Mama ...." Keenan mengintip dari balik tubuh Asha.

"Kau sudah melihatnya. Jangan ikuti kami!" ketus Asha "Hayo Ki, kita pulang."

"Kita perlu bicara Sha ...." terdengar lirih dan memohon.

"Diantara kita tidak ada lagi yang harus dibicarakan. Hubungan kita sudah berakhir."

"Ya. Hubungan suami dan istri. Tapi Keenan masih anakku." Keenan yang mendengar itu langsung mendongakkan kepalanya, mandang Asha dan pria asing itu bergantian. Hal ini tidak luput dari perhatian Bayu.

"Sepertinya, anak kita tidak tahu tentang ayahnya?" Bayu paham pandangan anaknya itu.

"—"

Tanpa bicara, Asha menggendong Keenan dan pergi meninggalkan Bayu yang masih terduduk diam di atas tanah. Tiba-tiba ....

"Aku tau kamu kabur dari rumah, Sha!" Bayu berteriak. Seketika Asha terdiam. Merasa ucapannya berhasil mempengaruhi Asha. Bayu perlahan-lahan bangkit dan menghampiri.

"Enam bulan lalu ... enam bulan lalu Aku ke rumahmu, Sha. Tapi papa mamau bilang Kamu hilang bersama Keenan ..." ucap Bayu lirih.

"—" Ada yang berkecamuk di dalam dada Asha.

"Papa mamamu terlihat sudah pasrah akan diri kalian ...," lanjutnya. Tangannya terulur ke bahu Asha yang terlihat bergerak naik-turun.

"Ceritakan padaku, ada apa denganmu, Sha?"

"Itu bukan urusanmu. Dan tolong jangan beritahu siapapun tentang keberadaanku." Asha masih membelakangi Bayu, tidak ingin Bayu melihat matanya yang memerah menahan tangis.

"Aku bakal bilang. Kalau Kamu gak mau cerita masalah Kamu.

"Kamu mengancam?" Asha seketika membalikkan badannya. Ditatapnya tajam mata Bayu. Namun yang Asha tangkap dari mata itu hanya kesedihan.

"Apakah aku terdengar mengancam? Aku hanya ingin bertemu dengan Keenan." Asha makin mengeratkan Keenan dalam pelukannya. "Apakah kamu takut aku bakal ambil Keenan dari kamu?"

"Apakah tidak?" Bayu menggelengkan kepalanya.

"Kita perlu bicara." Bayu memaksa.

"Tapi tidak sekarang. Aku cape."

***