Chereads / Elegi Cinta Asha / Chapter 35 - Elegi Cinta Asha 1

Chapter 35 - Elegi Cinta Asha 1

Keenan dan Bayu sudah berganti pakaian dan bersiap untuk meninggalkan pantai itu. Bayu kemudian membawa mobilnya memasuki sebuah resor. Hal ini tentu saja membuat Asha curiga dan meminta Bayu menghentikan mobilnya.

"Kamu mau bawa kami ke mana?" Asha setengah berteriak kala bertanya. Dirinya masih belum merasa nyaman dengan keberadaan Bayu sekarang.

"Mampir ke resor sebentar. Aku udah sewa tempat ini. Tenang. Aku gak akan ajak Kamu dan Keenan menginap kok. Kita bisa bersih-bersih di sana," tutur Bayu hati-hati.

Meski Asha kemudian diam dan tidak lagi menolak, tapi dirinya tetap waspada. "Jangan macem-macem," ancamnya dengan nada ketus. Membuat Bayu tersenyum geli.

Tiba di resor, Bayu dan Keenan kemudian mandi. Sementara Asha hanya duduk-duduk di ruang depan. Tiba-tiba dirinya teringat saat Bayu mengajaknya berbulan madu. Dan hal ini membuatnya gusar sekaligus malu. Betapa kurang ajarnya memori itu muncul tiba-tiba di saat ini.

"Sha ...," tanya Bayu pelan, namun tetap membuat Asha terkejut karena tadi melamun.

"Ya?" jawab Asha canggung. Wajahnya tiba-tiba terasa panas. Dia yakin mukanya memerah juga sekarang, karena ....

"Kamu sakit, Sha?" Bayu sudah mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Asha, namun segera ditepisnya.

"Aku gak kenapa-kenapa," jawab Asha cepat. Diliriknya Keenan. "Sudah selesai? Kita pulang ya," ajaknya kemudian.

"Yaah, gak nginep ya Ma?" Keenan terlihat kecewa. Asha kemudian menatap Bayu tajam.

"Besok aja ya Sayang. Kan gak bawa baju ganti," tawar Bay. "Boleh kan Sha?" lanjutnya karena Asha masih menatapnya tajam.

"Ma?" tanya Keenan terdengar memelas.

"Iya Sayang. Kita pulang dulu. Besok boleh balik lagi ke sini," jawab Asha.

"Nginep ya Ma," ucap Keenan lagi. Membuat Asha terdiam.

Dirinya dan Bayu kini hanya orang asing. Tidak baik untuk mereka jika bermalam bersama. Meski ada anak mereka di sana. Namun dirinya tidak ingin mengecewakan Keenan. Mengijinkannya menginap tanpa dirinya, membuat hatinya tidak tenang.

"Kita pulang dulu aja ya Sayang. Besok Papa jemput lagi. Mamamu sepertinya cape." Bayu seakan paham dilema yang dihadapi Asha.

Dirinya memang sengaja menyewa resor ini pada awalnya untuk tempat singgah setelah jalan-jalan dan bermain di pantai. Tak dikira ternyata Keenan ingin menginap. Meski jauh di dalam hatinya dia merasa gembira. Kalau saja Asha mengijinkan ....

***

Asha akhirnya memutuskan untuk mengalah. Tidak ada salahnya menguji janji Bayu padanya. Selama beberapa bulan sebelumnya tho dirinya sudah membuktikan tidak memberitahu kepada kedua orangtuanya tentang keadaannya.

Mereka sepakat menginap selama tiga hari dua malam, yang sebelumnya Keenan merengek ingin menginap selama sepekan bersama Bayu saja. Menurutnya jika mamanya ikut mengurangi kesenangannya karena hanya menginap selama satu hari satu malam saja.

Resornya tidak terlalu besar dan hanya memiliki satu kamar tidur dan satu kasur besar. Inilah yang menjadi alasan Asha untuk tidak berlama-lama menginap. Dirinya tidak mungkin berbagi tempat tidur dengan Bayu. Mereka bukan lagi suami-istri. Hal ini tentu belum bisa dipahami oleh Keenan yang usianya baru tiga tahun.

Lelah bermain di pantai pada siang hari, pukul tujuh malam setelah satu jam lalu makan malam, Keenan sudah merasa mengantuk dan mengajak Asha untuk menemaninya tidur, karena belum terbiasa dengan kamar di resor. Biasanya Keenan selalu tidur sendiri di rumahnya.

Bayu sudah menyiapkan kamar itu untuk Asha dan Keenan tempati selama mereka menginap, dan Bayu sendiri akan tidur di luar dan menyewa satu lagi kasur tunggal.

"Ma, kenapa papa tidur di luar? Gak bareng sama kita?" Pertanyaan yang tiba-tiba terlontar dari mulut Keenan. Sebelum tidur Keenan memang terbiasa berbincang sejenak dengan Asha.

Asha terdiam sejenak. "Kasurnya gak muat Ki kalau kita tidur bertiga." Namun Keenan tampak tidak puas dengan jawaban Asha.

"Masa siy Ma? Kasurnya gede kok. Yang di luar malah lebih kecil," tuturnya kritis. Asha terlihat menggigit bibir bawahnya. Dirinya belum bisa menjelaskan status antara dia dan ayahnya Keenan.

"Kalau papa ikut tidur sama Keenan dan mama. Bisa-bisa Mama gak kebagian tempat, Sayang." Bayu mencoba membantu, kala tadi dia mendengar Keenan bertanya pada Asha.

"Kenapa?" tanya Keenan penasaran.

"Papa tidurnya suka guling-guling, hehe ...," jawab Bayu setengah bercanda sambil mengedipkan sebelah matanya pada Asha. "Sekarang Keenan tidur ya, biar besok bangunnya gak kesiangan. Besok papa ajak liat matahari terbit. Keenan belum pernah liat kan matahari terbit dari pantai," janji Bayu. Asha yang mendengarnya ikut tersenyum dan berterima kasih atas jawaban Bayu, karena setelah itu Keenan tidak lagi bertanya. Anaknya terlihat antusias ingin melihat matahari terbit esok hari dan bersegera memejamkan matanya dan tidur.

Setelah Keenan tertidur, Asha tetap berdiam diri di dalam kamar. Dirinya tidak ingin terlibat dengan pembicaraan bersama Bayu. Terasa canggung. Dirinya masih belum bisa menerima Bayu seutuhnya sebagai ayah biologis Keenan. Dan akan selamanya terikat dengan anaknya. Anak mereka. Dari dulu dia selalu menghindar bertemu dengan Bayu, karenanya dia meminta pengacaranya membuatkan surat perjanjian itu. Hatinya masih sakit dengan perbuatan yang Bayu lakukan di masa lalu.

Bosan tidak ada yang bisa Asha lakukan ia pun ikut terlelap di samping Keenan. Sementara Bayu di luar masih terjaga sambil menonton televisi.

***

Asha terbangun di pagi dini hari berikutnya. Hari masih gelap, karena matahari belum terbit, Keenan sudah tidak ada di sampingnya. Sepertinya mungkin Bayu mengajaknya ke pantai lagi untuk melihat matahari terbit sesuai janjinya semalam.

Tak ingin membuang waktunya, Asha langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dia akan menyusul Bayu dan Keenan setelah mandi.

Selesai berpakaian Asha segera menuju pantai. Karena bukan akhir pekan ataupun hari libur, resor itu tampak sepi. Pantainyapun terlihat sepi. Sepanjang pesisir pantai dirinya mencari-cari sosok Bayu dan Keenan. Merasa sudah berjalan lama dan makin menjauh dari resor, tetapi masih belum dia temukan keberadaan mereka, Asha dilanda rasa cemas. Ingin menghubungi Bayu, namun Asha meninggalkan telpon genggamnya di resor.

Perasaan was-was kembali menghantui. Seharusnya tadi Asha segera menyusul Keenan ke pantai saat dirinya baru bangun. Asha bahkan tadi tidak mengecek apakah pakaian Keenan dan Bayu masih ada atau tidak di resor. Bisa saja kan Bayu membawa Keenan saat Asha sudah tertidur lelap.

Dirinya sudah bertindak gegabah. Bahkan seharusnya kemarin dirinya tidak mengijinkan Keenan menginap. Namun sisi lain dirinya menenangkan, jika itu tujuan Bayu seharusnya sudah sejak dahulu bukan dia melakukannya? Tapi, mungkin dulu dirinya belum mampu berbuat itu, jadi baru hari ini dia mendapat kesempatan itu. Sisi lain dirinya mengingatkan lagi.

Dengan langkah terburu-buru, tanpa disadarinya kakinya tersandung dan hampir terjatuh. Namun alih-alih merasakan tubuhnya menyentuh pasir pantai, dirinya merasa melayang. Seakan terhenti di udara. Ada tangan yang melingkari pinggangnya. Menahannya agar tidak terjerembab. Tangan yang cukup besar dan kokoh.