Chereads / Rainata / Chapter 9 - 8. Kuis Mendadak

Chapter 9 - 8. Kuis Mendadak

Terimakasih Gevan, sudah hadir sebagai sahabat di hidup saya

#Rainata Deviana Senja

Gevan dan Rain berjalan menyusuri koridor sekolahnya, mereka berjalan bersisian. Gevan belum juga melepaskan genggaman tangannya, tangan itu masih terpaut manis di jari-jari Rain.

Banyak pasang mata yang memperhatikannya dengan mulut menganga lebar. Bagaimana tidak ?? Seorang Gevan Radian Juniarta yang terkenal playboy yang memiliki perempuan dimana-mana kini dengan terang-terangan menggandeng tangan seorang gadis, gadis tersebut terasa asing di depan orang-orang yang melihatnya. Sedikit cerita walaupun Gevan terkenal playboy tapi ia sama sekali tak pernah memperlihatkannya di depan umum. Bagaimana ia memperlihatkannya sedangkan Gevan sendiri pun tidak mempunyai kekasih. Hanya mereka yang menilai Gevan dengan sisi seperti itu. Gevan memang sering di dekati oleh perempuan, Gevan tidak menolak namun tidak juga menerimanya, Gevan memandang mereka semua sama hanya sebatas teman, Gevan terlalu ramah dengan semua orang jadi mungkin karena itu membuat mereka jadi salah paham, mungkin mereka kira Gevan menyukainya. Namun nyatanya tidak, Gevan tak pernah benar-benar jatuh cinta. Ia belum menemukan tambatan hatinya yang tepat. Namun tidak dengan sekarang ia benar-benar sudah jatuh. Jatuh cinta pada Rain. Tapi belum juga ia mengungkapkannya, ia sudah ditolak mentah-mentah. Namun Gevan pikir tak apa, menjadi sahabat tidak terlalu buruk. Setidaknya ia bisa selalu ada di hidup Rain, menjaga Rain dan melindungi Rain, daripada tidak sama sekali. Ia akan tetap menyayangi Rain semampu yang ia bisa, melebihi sayang Arkan ke Rain. Ia akan berperan sebagai bayang-bayang Arkan. Tak apa ia rela, sangat rela. Yang ia inginkan hanya melihat Rain tersenyum dan tak pernah menangis lagi tak pernah bersedih lagi.

Gevan melihatnya, melihat tatapan aneh itu dimata orang-orang yang memperhatikannya. Gevan mendekat dan berbisik di telinga Rain "Jangan pedulikan mereka Cantik, mereka hanya sirik. Karena mereka tidak pernah berjalan disamping orang Tampan". Mendapat bisikan seperti itu, sedekat itu membuat bulu kuduk Rain merinding. Namun jauh di lubuk hatinya ia sangat senang, senang diperlakukan manis seperti itu oleh Gevan. Tak ada sahutan sepatah katapun yang keluar dari bibir Rain. Ia hanya terdiam dan termenung. Merindukan Arkan, dan masih terus bertanya-tanya dimanakah Arkannya, jika saja Arkannya masih ada di sisinya, pasti akan sangat menyenangkan mempunyai dua sahabat sekaligus. Namun apakah mungkin jika Arkannya masih ada ia akan sedekat ini dengan Gevan ? akan berteman baik seperti ini dengan Gevan? Tidak ada yang bisa menjaminnya. Mungkin hadirnya Gevan dihidupnya sudah direncanakan. Hanya satu pinta Rain sekarang pada Tuhan "Tolong jangan ambil Gevan juga, sama seperti engkau mengambil Arkan" ungkap Rain dalam benaknya. Sekarang yang ia punya hanya Gevan, Gevan lah pusat kebahagiaannya, Gevan satu-satunya sahabat yang dimiliki, satu-satunya teman yang mau memperlakukannya semanis itu, ia nyaman dengan Gevan "Tuhan, jangan ambil Gevan, jangan rengut kebahagiaanku lagi" ungkap Rain kembali dalam benaknya.

Tak terasa, ia tak merasa ketika sudah sampai didepan tangga. Sayup-sayup suara terdengar,

"Cantik? Lo kenapa melamun? Apa lo sedang tidak enak badan? Wajah lo pucat. Biar gue anter ke UKS ya? Gak usah dah masuk kelas kalau begini" khawatir Gevan melihat kondisi Rain

"Tidak usah Gevan saya tidak sakit, hanya sedikit pusing saja, ayo kita jalan menuju kelas kita X Bahasa 1" ajak Rain kembali

"Lo beneran kuat? Jangan dipaksakan Cantik, kalau lo memang tidak kuat belajar nanti gue yang ijinin di kelas kalau lo lagi sakit di UKS"

"Beneran Gevan, saya tidak apa-apa"

"Oke kalau begitu, ayo kita ke kelas"

"Gevan apakah bisa kita jalannya pelan-pelan? Saya sedikit kelelahan saya mungkin tidak kuat menaiki tangga ini, jika Gevan berjalan cepat seperti tadi"

"Bisa" ketika Gevan mengatakan itu, ia langsung menggendong Rain ala bridal style, Rain yang terkejut diperlakukan seperti itu hanya bisa pasrah sambil memukul-mukul dada bidang Gevan. Rain benar-benar malu sekarang, ada banyak pasang mata yang memperhatikannya dan Rain hanya bisa menunduk ketika Gevan menggendongnya di muka umum seperti itu. Namun Gevan sama sekali tidak peduli akan tatapan-tatapan aneh yang ditujukan pada mereka, ia sengaja melakukan ini agar semua orang tahu bahwa dirinya, Gevan Radian Juniarta telah jatuh cinta. Jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada gadis yang bernama Rain itu, Rainata Deviana Senja.

Ketika sampai di depan kelas X Bahasa 1 barulah Gevan menurunkan Rain dari gendongannya, Rain benar-benar kehabisan kata-kata, ia tak tahu harus bicara apa sekarang,

"Terimakasih Gevan, tapi saya malu dilihatin banyak orang tadi" ungkap Rain dengan wajah tertunduk

"Sama-sama Cantik, tidak perlu malu apa yang membuat lo malu seperti itu?"

"Itu tadi Gevan gendong saya dimuka umum, saya malu Gevan saya masih murid baru disini, saya takut mereka benci sama saya karena sudah dekat sama Gevan"

���Tidak apa-apa Cantik, tidak ada yang perlu ditakutkan. Selama ada gue gak akan ada yang berani sakitin lo di sekolah ini, kalaupun mereka membenci lo, biarkan. Tapi sampai kapanpun dan apapun yang terjadi gue gak akan pernah marah apalagi sampai membenci lo, tidak akan Cantik, itu tidak akan terjadi"

Rain tersenyum, ia sangat beruntung memiliki sahabat sebaik Gevan. Lalu ia membuka mulutnya dan berkata "Terimakasih banyak Gevan, saya beruntung punya sahabat seperti kamu saya tidak akan kesepian lagi di sekolah ini karena ada kamu"

"Iya Cantik, apapun akan gue lakukan supaya lo tetap tersenyum. Senyuman lo adalah kebahagiaan gue" ungkap Gevan jujur. Jadi sekarang ayo kita ke kelas, mumpung kelas masih sepi kita bisa tiduran sebentar di bangku kita, "Lo bawa Headset?" tanya Gevan

"Bawa, kenapa memangnya?" jawab Rain, dan bertanya kembali

"Tidak apa-apa, gue gak bawa soalnya, ayo kita setel lagu di Handphone gue, pakai Headset lo"

"Boleh"

Mereka berjalan beriringan menuju bangkunya dan mendudukkan bokongnya secara bersamaan, Rain melihat sekeliling, baru segelintir orang yang ada di kelas tersebut. Ia dan Gevan datang terlalu pagi kali ini. Tetapi tidak apa-apa ia bisa mendengarkan musik bersama Gevan hingga bel tanda masuk kelas berbunyi nantinya. Rain mengaduk-aduk isi tasnya dengan cepat mencari benda itu, setelah mendapatkannya ia menyodorkannya ke Gevan,

"Ini headsetnya, emang kita mau dengerin lagu apa?" tanya Rain

"Ini gue masih cari lagunya, lo mau lagu apa?" tanya Gevan balik

"Terserah Gevan aja mau putar lagu apa, saya suka lagu apa saja, tapi yang paling saya sukai itu lagu One Direction"

"Oke gue cari dulu lagunya"

Dan begitulah yang terjadi, mereka mendengarkan lagu bersama-sama. Lagu itu mengalun indah di gendang telinganya melalui Headsetnya dan mereka sangat menikmatinya,

Written in these walls

Are the stories that I can't explain

I leave my heart open

But it stays right here empty for days

She told me in the morning

She don't feel the same about us in her bones

It seems to me that when I die

These words will be written on my stone

And I'll be gone gone tonight

The ground beneath my feet is open wide

The way that I been holdin'on too tight

With nothing in between

The story of my life I take her home

I drive all night to keep her warn and time…

Is frozen (the story of, the story of)

The story of my life, I give her hope

I spend her love until she's broke inside

The story of my life (the story of, the story of)

Wtitten on these walls

Are the colors tht I can't change

Leave my heart open

But it stays right here in its cage

I know that in the morning now

I'll see us in the light upon a hill

Although I am broken, my heart is untamed still

And I'll be gone gone tonight

The ground beneath my feet is open wide

The way that I been holdin'on too tight

With nothing in between

The story of my life I take her home

I drive all night to keep her warn and time…

Is frozen (the story of, the story of)

The story of my life, I give her hope

I spend her love until she's broke inside

The story of my life (the story of, the story of)

And I been waiting for this time to come around

But baby running after you is like chasing the clouds

The story of my life I take her home

I drive all night to keep her warn and time…

Is frozen (the story of, the story of)

The story of my life, I give her hope

I spend her love until she's broke inside

The story of my life (the story of, the story of)

The story of my life

The story of my life (the story of, the story of)

The story of my life

One Direction-Story Of My Life

Terdengar alunan-alunan melodi yang indah, ketika mereka mendengarkan lagu tersebut tanpa sadar mereka ikut menyanyikannya, yah mereka berdua memang memiliki banyak kesamaan, merka sama-sama pencinta musik. Mereka menirukan nada-nada tersebut dengan baik. Mereka tak menyadari bahwa seluruh siswa di kelas tersebut memperhatikannya dengan terkagun-kagum mendengar suara merdu mereka menyanyikan lagi bahasa asing dengan sangat baik, tanpa ada salah sedikitpun. Beberapa menit kemudian bel tanda masuk kelas berbunyi. Rain melirik jam tangan yang melingkar di tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 07.45, pantas saja bel tersebut sudah berbunyi dengan nyaringnya memekakkan telinga semua siswa dan siswi yang ada di sekolah itu. Setelah bel berbunyi, selang beberapa menit kemudian masuklah Bu Linda, guru bahasa jepang tersebut kedalam kelas X Bahasa 1. Dan semua siswa seperti biasa akan mengungkapkan salam secara bersamaan terlebih dahulu,

"SELAMAT PAGI IBU" salam siswa-siswi tersebut dengan kompak

"Selamat pagi juga anak-anak" jawab Bu Linda

"Bagaimana keadaan kalian? Semoga selalu sehat ya anak-anak "

"SEHAT BU, BAIK IBU TERIMAKASIH IBU"

"Baiklah kita mulai saja pelajaran hari ini ya, ibu akan berikan kalian kuis untuk kalian semua, jadi silahkan keluarkan 1 lembar kertas ya anak-anak"

"YAHH IBU KOK MENDADAK SIH IBU, KAMI KAN TIDAK ADA PERSIAPAN"

"Tidak apa-apa anak-anak kalian jawab saja semampu kalian, ibu hanya ingin memberikan tes tulis untuk mengetahui siapa sajakah yang belajar kemarin malam, dan seberapa kemampuan kalian dalam menjawab soal-soal yang ibu berikan sekarang" jawab Bu Linda dengan senyumannya

Dan setelah Bu Linda memberikan pernyataan tersebut terlihatlah raut wajah yang penuh kekecewan di wajah semua siswa-siswi kelas X Bahasa 1. Mereka semua mengeluh tidak terima, karena mereka sama sekali tidak belajar kemarinnya, bagaimna bisa mereka yang tidak belajar bisa menjawab tes dengan baik. Tapi sekali lagi itu semua salah mereka, karena pada dasarnya tugas siswa adalah belajar, jadi Bu Linda sama sekali tidak salah jika memberikan kuis berupa tes tulis sewaktu-waktu.