Gue akan cari tahu tentang lo, apapun itu gue pasti menemukannya
# Juna Matahari Radinaska
Saat itu juga ia menoleh kearah dua orang tersebut, sepasang mata itu tak henti-hentinya memperhatikan kearah Rain dan Gevan. Entah apa yang dipikirkan orang tersebut, yang pasti ia punya rencana setelah ini
Juna menoleh kearah teman-temannya dan memandang mereka satu persatu
"Kenapa lo?" ujar Stevan membuka suara
"Gak, Gak apa-apa" bohong Juna mengelak
"Halah lo gak usah bohong sama kita, kita lihat kali" Andra ikut menimpali
"Lihat apa?" tanya Juna ingin tahu
"Lo gak usah sok pura-pura gak tahu gitu deh Jun" Langit ikut berkomentar
"Kalian ini ngomong apaan sih, gue gak papa" jawab Juna meyakinkan
"Gak apa-apa tapi raut wajah lo tu kok gitu?" Raka ikut membuka suaranya
"Kenapa sama wajah gue? Apa ada yang aneh?"
"Lo gak biasanya uring-uringan gini, cerita deh sama kita, ada apa? kaliaja kami bisa bantu kan" ujar Langit
"Kan gue udah bilang gue gak apa-apa gue hanya ingin tahu sedikit tentang dia" jawab Juna mulai jujur
"Dia ? siapa maksud lo?" tanya Andra mulai tertarik
"Ada, sepertinya dia murid baru di sekolah ini"
"Hmmm setau gue gak ada murid baru di jurusan kita" ungkap Raka
"Gue gak tahu pastinya yang jelas gue tahu dia murid baru karena gue belum pernah liat dia sebelumnya di sekolah ini"
"Lo gak pernah liat bukan berarti dia murid baru Jun" jawab Stevan bijak
"Tapi gue yakin dia murid baru" keukeuh Juna
"Apa yang buat lo seyakin itu?, gak semua siswa di sekolah ini lo tahu kan wajah-wajahnya" peringat Raka
Juna terdiam, benar juga kata teman-temannya, apakah benar dia bukan murid baru? Tapi kenapa ia sangat yakin bahwa cewek itu adalah murid baru
"Kenapa diem? Gabisa jawab kan, lo harus cari tahu dulu baru lo bisa nyimpulin" ungkap Stevan
"Gue lagi usaha buat cari tahu tapi gue gak tahu mau tanya kesiapa" ungkap Juna dengan murung
"Semangat bosku, kami yakin lo bisa nemuin dia" ungkap Raka
"Terimakasih guys kalian selalu ada buat gue"
"Itu gunanya teman" jawab Raka
"Teman ada disaat suka dan duka, kalau lo punya teman yang ada disaat lo suka aja itu bukan teman" ungkap Stevan
"Iya guys gue beruntung ketemu teman-teman seperti kalian" jawab Juna
"Waktunya makan" peringat Langit karena ia benar-benar sudah kelaparan
Lalu mereka berlima menyantap makanan dengan tenang di tempatnya, terkecuali Juna. Juna masih berpikir keras, berpikir bagaimana caranya ia mendapat informasi tentang perempuan itu. Andai tidak ada teman-temannya sudah dipastikan Juna menghampiri perempuan tersebut karena ia hanya ada beberapa langkah dari tempat dirinya duduk sekarang. perempuan itu sepertinya sangat bahagia dengan laki-laki yang menemaninya. Apakah itu pacarnya? Jika iya, beruntung sekali laki-laki tersebut karena bisa memiliki perempuan secantik perempuan itu. Juna terus berkutat dalam pikirannya hingga ia tak menyadari bahwa ia tidak makan sema sekali, melainkan ia hanya mengaduk-aduk baksonya. Dan teman-temannya memperhatikan itu, hingga salah satu dari mereka bersuara kembali,
"Juna lo bisa berhenti gak ngaduk-ngaduk kuah bakso kaya gitu?" geram Langit
"Iya nih, kalau lo gak pengen makan buat kita aja makanannya eman kalau lo gituin makanannya, banyak orang diluar sana yang ingin makan tapi gak bisa karena gak punya uang. Tapi lo malah buang-buang makanan lo kaya gitu" ungkap Stevan panjang lebar
Namun Juna tidak mendengarnya ia masih sibuk berkutat dalam pikirannya dan mengaduk-aduk makanannya yang membuat teman-temannya kesal melihat tingkahnya
Dengan secepat kilat Raka mengambil sendok baru dari tempatnya yang ada diatas meja dan mengetuk dahi Juna dengan keras hinga terdengar bunyi "Tuuukkk" yang membuat Juna tersadar, ia mengusap-usap pelan dahinya, dan merengut kesal
"Apaan sih lo ngagetin aja, makan sono seneng banget sih gangguin orang makan" ucap Juna masih mengelus-elus dahinya
"Halah makan apaan? Makan angin lo" jawab Langit
"Makan angin apaan? Ya gue makan bakso lah, lo gak liat ni mangkok gue adanya bakso bukan angin" jawab Juna sewot
"Iya gue tahu isi mangkok lo bakso, tapi lo gak makan sama sekali lo cuman ngaduk-ngaduk sampai tu kuah keruh" jawab Langit enteng
"Lo makan, makan aja gak usah sibuk urusin gue, gue lagi gak ingin makan" jawab Juna lalu menyedot jus mangganya
Mereka semua terdiam, jika sudah seperti ini jika dilanjutkan akan menjadi pertengkaran. Jadi mereka membiarkan Juna melakukan apapun maunya dan tidak berkomentar lagi
10 menit kemudian…
"Kelas yuk guys" ucap Juna membuka suara
"OKE" sahut mereka berempat berbarengan
Ketika Juna berdiri ia menoleh ke tempat perempuan itu duduk, masih sama. Perempuan itu masih bersama laki-laki di sampingnya dan tersenyum manis dan kadang tertawa lepas. Juna memperhatikannya dan berharap suatu saat nanti ialah yang bisa membuat perempuan tersebut tersenyum seperti itu. Ia ingin menjadi pusat kebahagiaan dari perempuan tersebut. Entah kenapa ia sangat ingin mengenal perempuan itu, karena ia merasa bahwa perempuan itu sangat kesepian, entah karena apa ia ingin melihat perempuan tersebut selalu bahagia dan menjaga juga melindungi perempuan itu dengan segenap jiwanya.
Juna terdiam, ketika ia teman-temannya memandangnya dan tidak juga bergerak masih dalam posisi berdiri,
"Tunggu apalagi ?, kok lo semua gak ada yang gerak?" tanya Juna
"Gue perhatiin gerak-gerik lo aneh Jun" jawab Raka
"Aneh gimana sih?" tanya Juna
"Gue perhatiin lo selalu lihat keseberang sana" jawab Andra
"Iya nih gue juga lihat lo selalu lihat ke sana" Langit menimpali
"Enggak kok guys, yuk kita ke kelas" jawab Juna mengalihkan pembicaraan
"Lo serius gak ada kenapa-kenapa kan? Inget lo punya kita, lo bisa cerita ke kita kalau lo ada masalah, jangan dipendam sendiri Jun" ucap Stevan
"Oke makasi guys tapi gue bener-bener gak apa-apa kok guys" jawab Juna berbohong
"Oke bagus kalau gitu" jawab Langit
Dan mereka berlima berjalan beriringan menyusuri koridor menuju kelas X IPA 2. Tak jarang perempuan di sekeliling memandang mereka dengan tatapan memuja, tak dapat dipungkiri mereka berlima memang dapat dikatakan most wanted di sekolah SMA Tribuana karena selain tampan, mereka juga ramah. Namun tidak dengan Juna, Juna hanya memandang perempuan-perempuan tersebut dengan datar dan tanpa ekspresi.
Juna masih tetap berpikir keras, memikirkan perempaun tersebut. Juna masih berkutat dalam pikirannya dan mencari cara bagaimana caranya agar ia bisa mengetahui nama perempuan dikantin tadi, perempuan yang ditolongnya kemarin, dan perempuan yang dirasa sudah mulai hadir di hatinya.
Juna tetap memandang perempuan-perempuan yang menatapnya penuh dengan pujaan itu dengan tatapan datar. Entah apa yang membuatnya tidak suka dikagumi seperti itu, yang jelas Juna tak suka dikejar. Ia ingin mengejar, dan ia sudah memutuskan untuk mengejar siapa sekarang. Ya, dia. Perempuan yang ditolongnya kemarin, ia rasa ia akan mengejar perempuan tersebut. Entah apa yang membuatnya ingin memutuskan secepat ini, yang pasti perempuan yang ditolongnya kemarin itu memiliki daya tarik tersendiri dan sepertinya perempuan itu pantas dikejar dan diperjuangkan oleh seorang Juna Matahari Radinaska
Juna terdiam sambil menyusuri koridor menuju kelasnya yang rasanya sangat jauh, karena dari tadi ia berjalan namun tak juga sampai. Ia melihat sekeliling, teman-temannya asyik menggoda perempuan-perempuan yang menatap mereka dengan tatapan penuh memuja,
Juna hanya mengabaikannya dan mulai bertekad "Gue akan cari tahu tentang lo, apapun itu gue pasti menemukannya" ungkap Juna dalam hatinya.