Keesokan harinya Kai mendatangi alamat tempat reservasi yang Kyungsoo ceritakan. Kai sengaja mengajak Amber untuk ikut dengannya.
Dalam sekejap mereka sampai didepan halaman rumput yang cukup luas. Pemandangan sekitar sangat kuno, seperti pemandangan pekarangan depan rumah pada pertengahan tahun 60an. Pohon - pohon Ek tua menutupi pemandangan depan halaman bagaikan tembok alami.
Dibalik pohon tapat ditengah halaman rumput yang hijau terdapat rumah dengan serambi yang terlihat kuno, barangkali rumah itu berumur ratusan tahun.
"Ini benar alamatnya?" tanya Kai, lebih tepatnya bertanya pada dirinya sendiri dan sedikit meragukan kemampuan teleportnya, mungkin ketepatan tentang alamatnya agak meleset.
Karena bangunan itu tidak seperti yang ada dibayangannya, tampak bukan seperti tempat reservasi yang mewah dan menyenangkan, dan tampak membosankan.
Rumah itu sangat besar kuno namun terlihat abadi, cat putih yang membalutnya nyaris pudar dan nampak masih sangat kokoh. Berlantai tiga berbentuk persegi panjang dan atap trapesium dengan dua cerobong asap. Jendela tertutup rapat, dan pintu tinggi bercat putih lembut terlihat sedikit terbuka. Bangunan itu memiliki pesona tersendiri walau terlihat kuno.
Rumput-rumput terawat dengan pekarangan yang sangat luas. Terdapat lapangan basket, mobil sedan hitam yang mengkilat terparkir rapih bersama motor trail kuning, mobil pick up Ranger Ford berwana hitam, dan mobil jeep putih berkap terbuka berukuran sangat besar hingga bannya setinggi pinggul Kai. Jeep itu yang paling menarik perhatian, bemper depan dan belakang terbuat dari baja silver yang mengkilap. Kendaraan - kendaraan itu terparkir layaknya tempat parkiran umum.
Suara aliran sungai bergemericik tersembunyi dibalik ketebalan hutan. Dikejauhan Kai melihat Kyungsoo yang keluar dari puntu rumah itu dan berlari kecil kearah Kai.
"KIM JONGIN!" seru Kyungsoo.
"DO KYUNGSO!" Kai dan Kyungsoo saling berpelukan, seolah-olah sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Wajar saja karena Kyungsoo adalah teman dekat Kai dikampus.
"Kau kenapa kabur dari rumah? Orang- orang sekota panik mencarimu, tau?" Kai memukul mukul lengan Kyungsoo lagi dengan gemas, namun Kyungsoo tidak membalasnya maupun merasa kesakitan, padahal pukulan yang Kai berikan cukup keras.
"Iya aku sedang masa pemulihan dan adaptasi Kai,
"Pemulihan dan adaptasi apa? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Kai bingung.
Kai menatap Kyungsoo dari kepala hingga kakinya, namun tidak ada sedikitpun hal yang berubah, ia tampak sehat dan baik-baik saja
"Nanti aku ceritakan padamu," mata Kyungsoo beralih ke Amber "umm dia siapa?"
Kyungsoo melempar pandangan tidak sukanya atas kedatangan seseorang yang tidak diundang.
"Ini Amber__yang sering aku ceritakan padamu" jelas Kai girang namun Kyungsoo masih menatap Amber dengan sikap tidak bersahabat seperti meneliti.
"Bukannya sudah ku peringatkan, kalau Kau kesini sendiri saja" Kata Kyungsoo sinis.
Amber dan Kai bertukar padangan dan terdiam sejenak. Kai tidak menyangka Kyungsoo begitu tidak menyenangkan, tidak seperti biasanya dan membuatnya tidak nyaman.
"Okay, aku tidak akan mengacau, aku bisa tunggu diluar kok" Kata Amber.
Wajah Kyungsoo mengeras menatap Amber. Sikapnya yang tak bersahabat seolah-olah mengintimidasi Amber.
"Ini tempat reservasi atau villa angker? Biasa-biasa saja" Kai berusaha mengalihkan perhatian Kyungsoo yang tampak tidak bersahabat dengan membelakangi Amber.
Wajah dinginya mulai mencair sebelum menjawab pertanyaan Kai
"Ini hanya depannya saja yang kelihatan kuno, tapi aslinya indah banget dan semua yang tinggal disini merasa nyaman" pamer Kyungsoo.
"Mana teman-temanmu? Kenapa sepi sekali tempat ini?" Kai menjulurkan kepalanya ke balik punggung Kyungsoo, ke arah pintu yang terbuka.
"Semua ada didalam" wajah Kyungsoo mulai terlihat tenang. "Ayo masuk" Kyungsoo mempersilahkan masuk dan berusaha agar tetap terlihat tenang walau jelas gerak-geriknya masih terlihat gelisah. Mata Kyungsoo terlihat awas, melihat kesegala arah seperti berantisipasi terhadap sesuatu.
Mereka melewati lorong pendek menuju ruang tamu. Ternyata bagian dalam rumah lebih mencengangkan lagi. Rumah tampak luar berbeda jauh ketika sudah memasuki rumah, interior rumah ini begitu elegan dan modern, seperti rumah para selebriti di Bevery Hills, dan tampak seperti tempat reservasi dalam arti yang sesungguhnya. Rumah itu begitu rapi, bersih dan modern jelas ini mencerminkan kepribadian pemiliknya.
Tangga meliuk lebar dan sangat besar di sisi barat ruangan, dinding dan langit yang tinggi berwarna putih gading, lantai marmer ditutupi karpet tebal. Di sisi utara ruangan terdapat Grand piano berwarna hitam elegan terlihat sangat spektakuler dengan jejeran rak buku yang setinggi dinding, rangka buku yang berwana warni tertata apik.
Dinding dipenuhi lukisan dan foto-foto berbingkai dalam berbagai ukuran, beberapa dengan warna mencolok dan ada yang tampak membosankan dengan warna hitam putih dan sepia. Di arah timur terdapat lorong panjang dengan dinding kaca yang memperlihatkan langsung ke arah kolam renang yang besar.
"Tunggu disini dulu, akan aku panggilkan yang lain?" sambil Kyungsoo mempersilahkan Kai dan Amber duduk disofa berwarna biru tua .
Di tengah-tengah sofa terdapat meja kaca besar modern yang kakinya terbuat dari kayu mahogani berwarna gelap.
Kyungsoo berjalan memasuki lorong yang terdapat dinding kaca tersebut. Matanya Amber tidak bisa berhenti mengangumi setiap sudut isi ruangan.
Amber beranjak dari sofa untuk melihat - lihat jejeran buku dirak yang beberapa dengan tulisan romawi, di urut berdasarkan abjad dan nomor. Lalu Amber menghampiri grand piano dan menekan beberapa tuts piano yang mengkilap itu.
Kai melihat sosok tinggi yang tak asing yang sedang berdiri didepan kolam renang sambil bercanda dengan seseorang yang ukuranya tubuhnya lebih kecil darinya.