Pagi ini jauh lebih baik dari hari-hari kelam sebelumnya, kalau bisa digambarkan sekarang seperti berada ditaman yang terdapat bunga warna-warni dengan kehangatan sinar matahari menyirami sekujur tubuhnya. Berbeda dengan sebelumnya bagaikan tersesat dihutan belantara yang gelap, dingin, kemudian tersandung akar pohon dan terjerambah di lubang yang sangat besar dan dalam.
Amber beranjak dari ranjang dan langsung duduk dikursi meja belajarnya, menyalakan macbooknya menunggu sampai Macbooknya menyala. Amber membuka emailnya, melihat urutan email berdasarkan tanggal yang berderet.
Amber tak sanggup menatap lama alamat Email Chanyeol yang terdapat namanya disana, sekarang matanya terpaku pada tulisan 'Undelivered mail returned to sender' yang tampak mencolok dibanding tulisan tulisan lain, seolah olah dicetak tebal. Namun Amber mencoba lagi mengirim email ke Chanyeol.
I wanna tell you about Kai, i know You don't like him, but He makes me feel lil bit better, i mean, He makes me feel alive and hole of my Chest When I was with Kai, it's like it almost healed slowly for a while.
Ketika keluar kamar Amber melihat Daniel merapikan beberapa buku dan memasukkanya ke kardus, untuk siap-siap berangkat ke Amerika.
"Dad?" Amber menghampirinya.
"Oh, Kau sudah bangun Amber" Daniel membalikan tubuhnya, memperhatikan Amber dengan pandangan serius "You look good"
"Yeah dad, tidurku nyenyak semalam, obatku sangat manjur" itu karena Kai yang telah mengobati kesendirian dan kegalauanya.
"Syukurlah kalau begitu, Dad lega mendengarnya" Daniel tersenyum puas "Berkat saran dad" senyumanya semakin mengembang menghiasi wajahnya yang mulai berkerut.
Daniel menghampiri Amber, kali ini dengan nada suaranya kebapak-bapakan dari biasanya.
"Amber, Kau tau kan dad akan menyelesaikan studi S3 ayah di Amerika dan lusa Dad harus berangkat. Dad sudah menelepon Bibi untuk tinggal disini sementara waktu. Karena Aku masih khawatir meninggalkanmu sendirian dirumah, apalagi dengan keadaanmu yang seperti sekarang ini, " Daniel mengusap-usap keningnya yang berkeringat.
"Dad tidak usah repot-repot, aku baik-baik saja kok.
"Aku janji akan pulang ke Korea sebulan sekali apabila..."
"Dad," Amber langsung memotong pembicaraan ayahnya karena kepalanya mulai berdenyut kembali memikirkan kesendiriannya nanti.
"Kalau Kau mengijinkanku, aku ingin tinggal sementara dirumah Kai saja, tapi dad tenang saja, aku akan tetap merawat rumah kok"
Amber memang merasa jauh lebih baik, semua karena Kai. Lagipula menurut Amber hanya Kai yang bisa menbuatnya lebih baik, walau Amber sadar kegembiraan dan kelegaannya nanti hanya akan mengingatkannya pada satu hal pahit yang pernah menimpanya.
"Well__ Ide yang bagus sekali Amber" suaranya terdengar jauh lebih gembira. Sudah Amber duga Daniel pasti mengijinkan Amber tinggal dirumah Kai, karena Daniel memang sangat percaya dengan Kai.
Amber dan Kai selalu bermain bersama dari kecil, dan Kai sudah Daniel anggap seperti putranya sendiri, apalagi sekarang Kai yatim piatu, Daniel seperti ikut bertanggung jawab merawat Kai.
***
Sebelum berangkat mengantarkan Daniel ke Bandara, Amber mengecek emailnya kembali dan mengirim email ke Chanyeol lagi.
Chanyeol, aku akan tinggal di rumah Kai untuk sementara waktu sampai ayahku menyelesaikan semester terakhirnya di Los Angeles, you HAVE NOT to worry about ME, cuz I REALLY NEEDED FRIEND and Kai was There.
Xoxo, Amber.
Kai menawarkan diri untuk mengantarkan Amber dan Daniel ke Bandara dengan mobil Chevrolet Camaro Convertible berwarna merah miliknya, hadiah ulang tahun ke 18. Sebenarnya Amber tidak pernah nyaman bila Kai menggunakan mobil itu, karena gaya mobil itu memiliki kesan romantis dan sensual yang membuat Amber agak risih menumpanginya, Amber lebih memilih Kai mengendarai motor Ducati putih warisan Ayahnya.
Ketika hendak lepas landas, Daniel sampai harus memeluk Amber dua kali. Daniel mengulur-ngulur waktunya untuk bisa berlama-lama dengan anak semata wayangnya.
"Sudahlah dad, aku pasti baik-baik saja" ucap Amber seraya menenangkan Daniel sambil mengusap-usap lengan Daniel dipelukanya.
"Jaga baik-baik dirimu nak" alisnya bertautan, berat hati Daniel meninggalkan Amber.
"Kai, jaga putriku" Daniel mengusap - usap pundak besar Kai dan memeluknya sekilas, tinggi Kai sudah melebihi Daniel sektar 5 centi.
"Iya Mr. Liu, anda sudah mengataknya lebih dari tiga kali"
"Aku tau kau anak yang bertanggung jawab, Kau sangat mirip dengan Ayahmu"
Amber memutar bola matanya ketika Daniel mulai menyinggung Ayah Kai yang menurutnya terkadang Daniel terlihat mendramatisir.
Kai tersenyum, hatinya sudah lebih kuat sekarang, dia sudah dapat menerima kepergian orangtuanya dengan lapang dada, dan Amber lega menyadari itu, dan perasaan iklas Kai sangat menginspirasi Amber.
Amber dan Kai menunggu sampai pesawat yang Daniel tumpangi lepas landas dan meninggalkan bandara.
***
"Jadi sampai kapan kau akan tinggal dirumahku?" tanya Kai sembari menyetir.
"Ummm Well, mungkin untuk beberapa bulan"
"Asyik, berati kita bebas melakukan apapun ya kan?" Kai tampak benar-benar senang mendengar jawaban Amber. Wajahnya berseri-seri.
"What do you expect huh? Hei, dengar aku tidak mau terus menerus menyusahkanmu. Lagipula aku sesekali akan pulang ke rumah nantinya, mungkin seminggu sekali. Dan Aku jamin Kau akan bosan melihatku karena saking seringnya aku bolak balik rumahmu" Amber terkekeh untuk menyembunyikan kecanggungannya.
"Ah..tidak asyik" ujar Kai sambil mengerucutkan bibir.