Chereads / The 13th Fates / Chapter 7 - 7. BABY DON'T CRY

Chapter 7 - 7. BABY DON'T CRY

Di dalam rumah Amber menunggu kedatangan Kai sambil menonton tv, lebih tepatnya melamuni tv. Walau matanya lurus ke layar tv tapi pikiranya menerawang dengan tatapan kosong.

'tingnong'

Bel berbunyi dan mengejutkannya, ia bergegas menuju pintu. Amber sedikit terkejut Kai datang secepat itu tidak sampai 10 menit, namun pikiranya sedang malas untuk menerka-nerka lebih jauh lagi.

Ia membuka pintu namun tidak ada siapa-siapa, padahal tadi jelas - jelas ada suara bell yang sempat mengejutkannya. Ia menutup kembali pintu rumahnya.

"Boo!"

Amber terlonjak kaget sampai menubruk pintu dibelakangnya, karena tiba-tiba saja Kai tepat berada dibelakangnya ketika ia membalikan tubuhnya "Oh jes, you scared me".

Amber merasa ada yang ganjil "How..how did you get in?" Amber syok sambil memicingkan matanya. Kai hanya membalasnya dengan senyuman jahil.

Amber menarik nafas dalam-dalam "Pasti tadi aku melamun sampai-sampai tidak melihatmu masuk" Amber duduk kembali disofa.

"Tidak Amber, aku memang bisa menghilang gitu"

"Uh-ah? Are you kidding me? Apakah ini salah satu lelucon konyolmu? Tapi maaf Kai aku sedang tidak mood"

"No seriously, aku memang bisa menghilang dari satu tempat ketempat lain"

"Jumper? Yeah...aku pernah nonton film itu dua kali, itupun karena Hayden Christensen tampan bukan main"

Kai mendengus akan jawaban Amber "Kau tau teleportasi"

Amber berpikir sejenak, berusaha mengingat-ingat jalan cerita film yang karakternya dapat berpindah tempat "I get that a lot, like The Prestige right?"

"Amber ini bukan di film, aku Kim Jongin nyata bisa menghilang seperti itu" kata Kai sambil menuding- nuding wajahnya sendiri dengan telunjuknya.

"Kau sakit Kai? Kau yakin baik-baik saja?" Amber menyentuh kening Kai memastikan bahwa sahabatnya baik-baik saja.

"Sungguh? Harusnya aku yang bilang begitu, you look__old, are you 45?" Kai menatap aneh Amber, Kai sangat mengenali perubahan sahabatnya itu.

"Ini Serius Kai, aku sedang tidak mood bercanda" ucap Amber sinis.

Kai mengangkat tanganya sejajar dengan dada mengisyaratkan menyerah.

Mendadak Kai menatap Amber prihatin "Kau baik-baik saja?"

"Aku sedikit lebih baik kok" Amber mengakui.

"Aku senang kalau kau baik - baik saja" ujar Kai menyembunyikan keprihatinannya.

"Aku kehilanganmu selama ini" Kai tersenyum pada Amber dengan sikap menyemangati.

"Umm....Kai, ngomong-ngomong__mau apa kau bawa ransel sebesar itu?" Amber menunjuk ke tas ransel berwarna merah di punggung Kai dengan bibirnya. "Seperti mau hiking saja, Ayahku sudah berangkat tadi pagi, dia ada jadwal praktek pengganti"

"Bukan dengan ayahmu, tapi denganmu, Amber. Aku mau mengajakmu kesuatu tempat, seru banget! Kau pasti suka,

"Lagi pula Kau harus menghirup udara segar, jangan didalam rumah terus, kau mulai sebau rayap" Kai berpura - pura menutup hidung dengan telunjuknya.

Amber mengendus baju yang ia kenakan, dan baunya tidak seburuk itu. Walau memang baju tersebut sudah ia gunakan selama 4 hari berturut-turut, dan tidak cuci rambut seminggu terakhir.

"Memangnya mau kemana, aku tidak mau jauh-jauh yah? Apalagi hiking"

"Tidak hiking kok, lagupula aku tidak mau menggendongmu sampai atas gunung"

Amber mendengus karena Kai meremehkan kemampuan hikingnya.

"Kau tidak usah khawatir, bila dengan ku kemanapun akan terasa dekat, Kau akan tau nanti. Yang penting sekarang siap-siap, dan aku sarankan bawa baju renang ya" Kata Kai sambil merangkul Amber dan mengarahkanya berjalan ke anak tangga.

"Baju renang? Kita mau ke pantai yah?" tanya Amber semangat.

"Lebih bagus dari itu, sudah cepat sana jangan banyak tanya"

"Just a minute!"

"Tenang saja, i've much time to waste" kata Kai sok inggris dan membuat Amber geli mendengarnya. Bergaul dengan Amber membuatnya terbawa mengikuti cara bicara Amber.

Amber masukan segala keperluan ke ransel berbahan Denim dan yang terakhir baju renang, lebih tepatnya bikini two pieces, itu satu-satunya yang ia miliki.

Alasanya karena dia tidak begitu mahir berenang tapi dia suka bermain air walau hanya ditepian saja. Itu pun pemberian hadiah ulang tahun setahun lalu dari Krystal, bikini Victoria's Secret dan piyama kimono sutra berwarna pink dengan merk sama. Piyama kimono itu belum pernah ia gunakan, bahkan masih ada labelnya, kado yang sangat berlebihan memang bila di lihat dari berbagai sisi, karena Amber tidak menyukai piyama itu apalagi warnanya. Tapi karena pemberian Krystal, sahabatnya, jadi Amber tidak bisa menolak.

Ia pandangi bikini berwarna putih gading ditangannya, membuatnya menimbang-nimbang untuk memasukkanya kedalam tas, setelah ia berpikir lama akhirnya ia masukkan atasan bikininya saja kedalam tas.

Amber bergegas keluar dan menuruni anak tangga. Ia melihat Kai sedang cekikan menonton stand up comedy di channel kesukaannya.

"Lama sekali kau dandanya" Kai bicara sambil mengerucutkan bibirnya, membuatnya terlihat mirip seperti karakter kartun Tweety.

"Maaf menunggu lama, tapi aku tidak dandan lho. Cuma banyak hal yang harus aku pikirkan" ujar Amber sambil menuruni tangga.

"Kau jangan terlalu banyak berpikir, disana kau hanya boleh bersenang-senang dan menikmati semua yang aku berikan" jelas Kai.

Amber mengangguk setuju "So....where are we heading?" tanya Amber penasaran.

"Sudah jangan bawel, ikut saja".

"Kita naik apa?" tanya Amber bingung.

Kai menggenggam tangan Amber sangat erat. Amber terkejut, membuatnya clingak-clinguk ke kanan dan ke kiri keheranan, ketika pandangan disekitarnya berubah menjadi sawah dan ladang padi yang siap panen.

Cuacanya sangat hangat dan bersahabat, dihadapan mereka ada pasar dan rumah penduduk yang suasananya amat pedesaan, kesukaan Amber. Di seberang sawah ada banyak domba yang sedang makan rumput, terlihat seperti bantal berjalan.

Amber masih kebingungan "How...how could you...? Ahh..aku pasti sedang mimpi. It's just a dream, it's just a dream, it's just a dream" Kai mencubit lengan Amber cukup keras dan membuatnya menjerit.

"Awww, sakit, Kai!" Amber membalas cubitan Kai dengan pukulan cukup keras ke lengannya yang berotot.

"Kau tidak sedang bermimpi kan?" kata Kai sambil merangkul dan mendekatkan wajahnya ke wajah Amber beberapa centi saja.

Amber menautkan alis dan menarik nafas dalam-dalam, Amber masih tidak percaya Kai bisa membawa mereka ke suatu tempat dengan sekali kedipan dan tidak masuk diakal.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Jelaskan!" mendadak Amber curiga dan memicingkan matanya "Kau ikut aliran sesat ya?"

"Aliran sesat apa maksudmu? Aku juga bingung menjelaskannya, aku juga tidak yakin kenapa ini bisa terjadi"

"I'm sure i can keep up, just tell me!"

Kai memandangi Amber menerawang sambil memikirkan harus dari mana ia memulai. Amber masih memelototi Kai menunggu penjelasan dari Kai, walau alasan yang ia berikan terdengar absurd sekalipun.

"But it's freakishly cool right?" canda Kai.

Amber hanya mengangguk ragu dengan alis yang semakin bertautan, ia masih tak mempercayai dengan apa yang terjadi. Amber meremas rambutnya kerena frustasi dan masih keheranan tak percaya.

"It's like miracle or gift from God" jelas Kai setengah melamun.

"Gift? Okay mungkin kau adalah satu dari orang yang memiliki 7 keajaiban dunia, lalu profilmu patut di dokumentasi oleh National georaphic, di wawancara di acara Ellen DeGeneres. But it's too weird Kai, orang normal manapun tidak akan mempercayai ini__oke mungkin aku orang idiot" Amber mulai membandingkan Kai dengan film-film action horor yang salah satu karakternya dapat menghilang.

Kai tertawa "Iya aku tau, tapi ini benar-benar keren dan nyata, awalnya aku juga tidak menyangka aku bisa seperti ini"

"Sejak kapan kau bisa menghilang seperti ini, hmm?" tanya Amber penasaran.

"Sebulan setelah kematian orangtuaku" tiba-tiba ia tertunduk, Kai menghembuskan nafasnya dengan berat, pundaknya kaku. Kai masih sedih mengingat-ingat kedua orang tuanya.

"Apa ada yang tau selain aku?" Amber berusaha mengalihkan perhatian dari kesedihan Kai.

Kai berfikir sejenak sebelum menjawab dan mengangkat kepala "Umm, ada teman kuliah ku, Kyungsoo" namun raut wajahnya masih terlihat bermuram durja.

Amber tidak ingin membuat keadaan semakin semeraut, Amber harus sadar bahwa tidak hanya dia yang merasa sedih dan kehilangan.

"Tapi awas saja ya kalau kalau Kau tiba-tiba muncul ketika aku sedang mandi" ancam Amber seraya berusaha mencari topik lain, Amber harap bisa lebih membangun keceriaan Kai lagi.

Seketika Kai mengangkat kepalanya dan menyeringai "Actually, that's good idea"

Amber mengepalkan tanganya ke wajah Kai memberi isyarat akan memukulnya.

"But, Where are we?"

"Where are we? Aku tidak yakin, tapi ini di Turki"

"Turki?" Amber syok "Kai aku tidak mau bertemu dengan petugas imigrasi yang berpatroli, aku tidak membawa pasporku, kenapa kau tidak bilang sih, kau bawa passport?"

"Pasporku? Hilang di Macchu Picchu, lagi pula kita cuma sebentar saja" jawab Kai enteng, bahkan ekspresinya tidak bisa dipercaya, ekspresinya sangat tenang.

"Astaga Kai! Kau tolol sekali, unbelievable" Amber mengeluarkan kata favoritnya, ia menjabak rambutnya sendiri, karena tidak habis pikir dengan sahabatnya.

"Hei...Kau tidak usah khawatir, sebenarnya aku sering melakukan ini"

"Did what?" bentak Amber.

"Perlu kau ketahui, aku pernah pergi keliling dunia seharian penuh, pagi hari aku pergi ke tembok besar Cina untuk joging, lalu aku makan siang di menara Eifel, lalu sejam kemudian aku ke Madison Square untuk melihat konser Muse, lalu sorenya aku ke stadion Old Trafford Mancaster United untuk menonton pertandingan MU versus Liverpool, dan malamnya aku pergi ke kasino di Monte Carlo karena penasaran ingin melihat para penjudi bermain Russian Roulette dan Blackjack, seperti di film James Bond, dan aku berpergian tanpa paspor tuh" Kai menjelaskan dengan bangga. Amber melongo mendengar penjelasan Kai yang luar biasa.

Karena takjub, Amber tidak sadar dengan ucapannya sendiri "Wow...siapa yang memenangkan pertan...Ahh..Kai ini luar biasa" mata Amber berbinar-binar, takjub dengan keajaiban sahabatnya.

Tidak bisa dipungkiri Amber ingin sekali bisa diajak keliling dunia semudah itu.

"Iya, memang" Kata Kai bangga.

"Tunggu..tunggu..dua minggu yang lalu ada pencurian berlian di Jerman, aku harap itu bukan kau"

"Tidak..tidak..aku berani bersumpah aku tidak pernah melakukan tindakan kriminal dengan kemampuanku ini" Kai syok dan kalang kabut merasa dituduh.

"Tidak usah ngotot begitu, aku hanya bertanya. Lagipula kau sudah berbuat hal yang ilegal, seperti sekarang berpergian tanpa paspor. Kau tau ini sangat berbahaya bila diketahui orang lain, dan aku aku tidak mau terlibat dalam hal ini, jangan sebut namaku bila kau tertangakap" Amber berbisik mengatakan kalimat terakhir.

"Kau berlebihan"

"Eii..aku hanya khawatir padamu, lebih baik kau jangan sering-sering melakukan teleportasi, aku takut ada yang melihatmu" mata Amber langsung awas memperhatikan kesegala arah, memastikan tidak ada yang melihat kemunculan mereka tadi yang tiba-tiba.

"Jangan khawatir, lagi pula bila itu terjadi, aku yakin mereka anggap aku hantu atau sejenisnya"

Dari kejauhan terdengar suara bebek dibelakang mereka, mereka menoleh bersamaan kebelakang melihat segerombolan bebek yang sedang diarahkan oleh pemiliknya. Bebek-bebek itu terus bersuara sambil menggerakan buntut - buntut mungil mereka dan mengepak - ngepakan sayap.

Amber dan Kai tersenyum melihat tingkah bebek - bebek itu. Mereka berdua segera menepi untuk mempersilahkan gerombolan bebek itu berjalan, jumlahnya mungkin ratusan.

"Ayo! Balapan lari?" Ajak Amber

"Kau pasti kalah kaki pendek" Ledek Kai dan langsung berlari.

Segera Amber dapat menyusul Kai. Mereka berlari untuk cepat sampai ke pasar, dengan tetap berhati-hati Amber berlari dipermukaan licin karena pasir krikil, Kai mengejarnya sampai pasar.

Setelah sampai, mereka berjalan - jalan dipasar yang sangat ramai, berbagai macam jenis dagangan dijajakan dipasar itu, tidak hanya sayur-sayuran dan daging yang dijual, ada juga yang menjual hewan, bunga, barang - barang antik dan lain - lain.

Kai berhenti di tempat penyewaan sepeda, ia menyewa dua sepeda untuk mereka berdua, awalnya Kai tidak mau menggunakan sepedanya karena ada keranjangnya didepan, Kai bilang itu sepeda perempuan. Padahal semua sepeda yang disewakan terdapat keranjang didepan.

Mereka bersepeda mengelilingi desa melewati jembatan kayu yang terdapat sungai dibawah jembatan, airnya sangat jernih dan banyak batu-batu kali dengan berbagai ukuran.

Mereka melewati jalan setapak dengan pemandangan taman bunga dikanan dan kiri mereka. Dihadapan mereka terdapat turunan yang cukup terjal, Amber berteriak semangat melewatinya, sedangkan Kai mengeluarkan suara aneh, suara getaran karna efek bersepeda diatas krikil.

Mereka berhenti ditanah kosong dan terdapat sungai yang sangat lebar disana dengan pohon-pohon miring yang dahannya sampai menjuntai ke sungai saking lebatnya.

"Ummm sebentar, sepertinya kita salah jalan" sambil ia mengambil peta dari tasnya "sebentar aku lihat peta dulu"

Amber turun sambil menggiring sepedanya, berjalan ke arah sungai untuk melihat lebih dekat lagi agar lebih jelas. Ternyata sungai itu tidak begitu buruk, airnya sangat jernih dan arusnya tidak deras, airnya begitu tenang.

"We don't need a map" mata Amber masih tertuju pada sungai itu.

Amber menoleh ke arah Kai, Kai menghampiri dengan menggiring sepeda dan berdiri disebelahnya, melihat keadaan sungai sambil melipat peta.

"Iya, memang bagus sih, tapi ada tempat yang lebih bagus lagi dari ini lho, dan ramai" jelasnya.

"Kau kan tau kalau aku tidak suka keramaian, lagi pula aku sudah jatuh cinta dengan tempat ini" mata Amber tidak bisa lepas dari sungai itu.

"Kalau begitu, jangan buang-buang waktumu!" Seru Kai sambil mengusap - usap punggung Amber.

Mereka menyandarkan sepeda mereka pada pohon. Jauh dari arah timur ada sekelompok orang sedang berkumpul sambil membakar sesuatu, sepertinya ikan bila dicium dari baunya, ada juga yang membangun tenda, dan sekedar berpiknik atau kemping.

Di tengah-tengah sungai terdapat batu yang cukup tinggi. Kai buru-buru melepas kaos, sendal, celana pendek kargonya dan menggantungkannya diranting pohon, ia hanya menyisakan celana boxer polos berwarna hijau lumut.

Kai berjalan menyusuri sungai, bermain - main dengan air dan membasuhi wajahnya.

"Uwahhhh airnya sejuk sekali" sambil terus membasuhi wajahnya, lalu ia menyiprati air berkali-kali ke arah Amber yang masih tidak beranjak.

"Hei, Kai! Stop it! No! Akkkkh" Amber berteriak, lengkingan suara yang ia timbulkan sampai ke perkumpulan orang yang sedang berkemping.

"Ayo cepet ganti bajumu, kalau tidak nanti aku ceburkan ke sungai" ancamnya sambil siap - siap menyiraminya lagi.

"Uhm..just a heads up ok!" dengan ragu Amber membalikan tubuhnya dan berjalan pelan-pelan ke ruang ganti dari sususan batang-batang kayu dan beratapkan jerami. Gubuk itu yang disusun sedemikian rupa hingga membentuk sebuah bangunan kecil untuk para pengunjung mengganti pakaian.

Amber mengambil bikini berwarna putih gading dari tas ranselnya, ia lihat keadaan sekitarnya, memastikan tidak ada yang mengintip dari celah-celah kecil. Ia ganti cepat-cepat bra-nya dengan bikini dan mengikatnya ke tengkuk dan ke punggungnya, selagi mengikat bikininya, mata Amber tetap awas melihat ke sekitar.

Kemudian ia mengganti celana jinsnya dengan hot pants berwarna biru tua. Amber masukkan celana jins dan kaosnya ke dalam ransel dan memeluk ranselnya seraya menutupi tubuhnya dari Kai. Ia sangat malu sebenarnya, karena ia tidak pernah mengenakan baju seminim itu didepan Kai.

Seolah-olah Kai sudah menantinya dari tadi, mata Kai langsung menangkap Amber yang keluar dari ruang ganti. Amber meletakkan ranselnya disebelah ransel Kai. Dengan malu-malu Amber membalikan tubuhnya ke arah sungai, Kai terperanga melihatnya sampai-sampai ia berenang dan menabrak batu besar didepannya.

Amber pura-pura cuek dan menghampirinya, Amber menyusuri tepi sungai dan berjalan sampai ke tengah. Bagus, ternyata sungainya tak begitu dalam hanya setinggi dada dan airnya tidak begitu dingin. Kai masih memperhatikan Amber, bibirnya tidak bisa mengatup rapat.

"Kecil yah ternyata" ledek Kai, Amber tau apa yang dia maksud.

Amber mendengus kesal "Shut your chew holes!"

"Ternyata rupa-rupamu memang seperti laki-laki ya"

Amber mengambil batu kecil menggunaksn kakinya dan melemparnya ke arah Kai, namun tidak kena hanya cipratan air yang mengenai wajahnya. "Diam brengsek!"

Kai menyeringai, tapi dengan sembunyi-sembunyi mata Kai menatap ke satu arah, seperti sedang meneliti keberadaan payudara Amber, apakah ada atau tidak.

Amber menenggelamkan setengah kepalanya, mengisi air ke mulutnya dan menyemburkanya ke wajah Kai.

"Lihat apa kau? Dasar mesum," sembur Amber.

Kai terkejut karena Amber menyembur wajahnya. Kai mengusap wajahnya dengan ke dua tanganya, lalu Kai menyiprati air banyak-banyak ke Amber bertubi-tubi, dan Amber membalasnya.

Mereka berenang kesana kemari, Kai berenang begitu lincah, tapi karena Amber tidak begitu pandai berenang, ia hanya bermain-main air sambil menenggelamkan tubuhnya seolah-olah sedang berenang.

Kai menaiki sebuah batu, ia menaiki batu itu perlahan, dan loncat menceburkan diri. Amber penasaran ingin mencobanya. Amber menaikki batu itu dibantu Kai yang menariknya, permukaan batu itu sangat licin, maka dari itu Kai membantu Amber menaiki batu ini.

Sesampainya di atas batu Amber ragu untuk meloncat karena cukup tinggi, tiba-tiba Kai mendorong Amber membuatnya berteriak dan reflek menarik lengan dan pundak Kai. Karena kuatnya tarikan Amber dan batunya yang licin Kai ikut tercebur bersama. Amber terbatuk-batuk karena tidak sengaja menelan air, Amber juga merasa hidungnya panas dan perih karena air juga masuk kehidungnya karena ia belum siap melompat.

"Guh-doy!" geram Amber. Kai menertawai Amber dengan puas.

Mereka berenang kesana kemari sambil bercanda ria. Tak terasa hal itu bisa menyembuhkan rasa sakitnya sedikit demi sedikit karena telah ditinggalkan begitu saja oleh Chanyeol. Amber cukup bahagia sekarang dengan keberadaan Kai yang mulai menopang rasa sakitnya.

Kai mengajak Amber naik ke pohon yang terdapat tambang yang terikat dirantingnya, mereka naik secara bergilir. Sesekali Kai melompat ke sungai dari tambang itu sambil berteriak seperti tarzan.

Kai mengajak Amber untuk berhenti berenang karena dia mulai merasa lapar, tapi Amber menolaknya Amber masih ingin bermain air.

Kai memakan roti lapis yang ia bawa, ia makan dengan lahapnya hingga habis dan memasukkan bungkusan roti itu ke tasnya kembali.

Kemudian Kai mengambil buku berwarna cokelat, jurnalnya. Ia menorehksn sesuatu di jurnal itu, matanya menerawang kemana-mana seperti memikirkan sesuatu, sesekali Kai melihat ke arah Amber yang sedang berenang membelakanginya.

Ketika Amber membalikan tubuhnya Amber mendapati Kai sedang memperhatikanya, Amber melambaikan tangan ke arahnya, Kai hanya tersenyum.

Wajah Kai tampak sangat serius sambil terus menggerakan bolpoinnya di buku itu, seperti sedang mengerjakan PR. Karena penasaran Amber menghampirinya, tapi Kai buru-buru menutup jurnalnya dan memasukkanya kedalam tas.

"What are you doing?" Amber menghampirinya.

"Writting a poem" akuinya malu-malu.

"About What?" tanya Amber, sambil duduk dibatu sebelah Kai.

"About, our trip" Kai tersipu-sipu malu menjawabnya hingga membuat pipinya memerah.

"Can i hear it?" pinta Amber.

"Not ready, i'd tell you one day" yakinnya.

Amber tersenyum menatap wajah Kai yang masih tersipu-sipu.

Kai menatap Amber dengan tatapan aneh dari sudut matanya, dan matanya turun kebawah memperhatikan tubuh Amber. Yang Amber nilai dari tatapan Kai, pasti Kai melihat dadanya lagi? Tapi Kali ini pandanganya sungguh aneh, seperti keheranan bercampur iba.

"Kau kurus sekali, Amber" Kai memperhatikan tubuh Amber yang sekarang mulai kurus sampai tulang-tulang ditengkuknya menyembul seperti hendak merobek kulitnya, mata Kai masih mengamati tubuh Amber.

"Gara-gara__dia kau begini" dari cara bicaranya bisa ditebak, Kai seperti menghina dan terdengar nada kebencian ketika Kai mengatakan kata 'dia' dengan menekankan kata tersebut. Hal itu memaksa berjuta-juta kepiluan tersirat kembali dikepalanya.

Amber membuang muka kemudian tertunduk menutup mata, menahan air matanya tumpah ke pipi, tenggorokanya terasa panas, nafasnya bergetar.

Amber tidak mau menangis dikeadaan seperti itu, ia sudah terlalu banyak mengeluarkan air mata, tidak tepat bila ia harus manangis lagi. Tidak, Amber tidak mau mengingatnya lagi. Kenapa Kai yang mulai mengingat-ingat Chanyeol? Hal itu hanya membuat Amber merasa seperti sedang berada diruangan yang gelap, sempit dan hampa udara, seketika Amber sulit bernafas, Amber hanya bisa memejamkan matanya berusaha tabah.

"Maafkan Aku" Kai menarik tubuh Amber memeluk tubuh basah Amber dan mendekap wajah Amber ke dadanya yang bidang.

Kai mengangkat ujung dagu Amber, menatap kedua mata Amber dalam-dalam, merasakan kepedihanya, namun Amber tak mampu membalas tatapan matanya dan membenamkan wajahnya ke dada Kai kembali.

"Kau tidak usah khawatir__masih ada aku disini yang akan selalu menemaninmu," Kai mendekap tubuh Amber, dagunya menyentuh kepala Amber, nafas Kai menyapu puncuk kepala Amber.

"Terima kasih, Kai. Seperti biasa, kau penyelamatku"

Amber merasa sangat nyaman berada didekapannya, Kai mengusap-usap punggung telanjang Amber dan mencengkram pundaknya, membuatnya semakin tenggelam dalam dekapannya dan perasaanya lebih tenang.

Amber harap Kai bisa menjadi pelipur laranya, menyembuhkan lukanya perlahan-lahan dan selalu menghiasi hari-harinya setelah ini.

Amber hampir menghabiskan seluruh hidupnya bersama dengan Kai. Sahabatnya yang umurnya dua tahun lebih muda darinya.

Karena Amber lebih tua, ia selalu berusaha menjaga Kai, menjadi Kakak sekaligus Sahabat yang baik, walau ia tau itu tidak cukup untuk Kai. Dengan sabar Amber membimbingnya menjauhi rencana-rencana tergilanya dan dengan tabah menerima rencana - rencana Kai yang tak bisa ia cegah.

Sejak dulu Amber selalu sabar menghadapi sahabatnya itu, geli melihat tingkahnya, kadang diam-diam Amber menertawakan tingkah konyolnya, lebih tepatnya meremehkanya.

Amber sangat berbeda dengan Kai. Amber adalah orang yang memikirkan segala sesuatunya dengan cermat dan hati-hati, bertanggung jawab, dewasa, pemberani dan nyentrik. Sedangkan Kai adalah sosok yang tolol dalam arti sembrono, ceroboh dan konyol, namun romantis.

Begitulah Amber memandang Kai, dan begitulah Amber mengenal Kai.