Chanyeol terus berlari tak tentu arah di kegelapan hutan malam. Ranting-ranting pohon menyayat wajahnya. Bayangan hitam yang mengeluarkan desisan itu masih terus mengejarnya, ia mempercepat larinya dan terus berlari, ia hanya berharap agar ia tidak sampai terjatuh.
Kemudian semuanya aneh, bayangan hitam dan suara desisan itu sudah tak terdengar lagi, Chanyeol memperlambat larinya.
Chanyeol melihat keadaan sekitar sambil mengatur nafasnya, ia memegangi lututnya yang gemeteran karena lelah berlari ketakutan.
Hutan yang mendadak sunyi tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di belakangnya. Chanyeol menoleh kebelakang dengan cepat, namun tak menemukan apapun, matanya tak dapat menerawang lebih jauh karena terlalu gelap, kemudian sunyi lagi.
Tiba-tiba terdengar suara orang yang sedang bernafas, ia mencari-cari asal suara itu. Suara itu semakin keras terdengar, sampai-sampai Chanyeol menahan nafasnya memastikan suara itu bukan miliknya.
Ia bersandar pada batang pohon yang lebarnya sebesar bahunya. Suara nafas itu perlahan - lahan lenyap dan sunyi kembali. Hutan itu benar-benar aneh, suara hewan-hewan hutan pun tak terdengar.
Chanyeol mendengar suara langkah kaki yang diseret seret disusul bayangan hitam, kali ini lebih besar. Bayangan itu terbang ke arahnya, lewat di hadapanya. Mata Chanyeol mengikuti bayangan besar itu.
Bayangan itu terbang cepat ke sampingnya lalu ke belakang, dan ketika ia membalikan tubuhnya. Betapa terkejutnya Chanyeol, hutan yang gelap gulita dengan pohon-pohon yang besar tadi berubah menjadi lorong sempit dengan ratusan pintu kayu tinggi berwarna cokelat dan saling berhadapan.
Anehnya semua pintu itu terbuka, dan membiaskan cahaya dari dalam ruangan. Yang tidak kalah aneh adalah dinding wallpaper bergambar seperti pemandangan di hutan tadi. Tiap dinding terdapat obor antik yang terbuat dari logam emas, tanah yang ia pijak tadipun berubah menjadi lantai granit hitam legam.
Chanyeol menyentuh dinding wallpaper bergambar suasana hutan tadi, memperhatikan dengan seksama fan menyentuhnya.
Permukaanya halus seperti dinding beton kebanyakan, bahkan tidak ada sambungan dengan kertas lainnya. Ini seperti dinding biasa, anehnya terdapat gambar pohon-pohon yang sama dengan pamandangan tadi.
Karena penasaran ia mencongkel sedikit dinding itu dengan ujung jari telunjuknya. Serpihan itu menempel disela-sela kukunya seperti cat yang terkelupas, ini memang dinding dan bukan wallpaper.
Chanyeol menebak mungkin itu cetakan beresolusi tinggi dengan alat yang super canggih untuk mencetaknya ke dinding, bagaikan ilusi, namun sulit untuk disangkal. Tempat itu sungguh aneh.
Chanyeol penasaran dengan apa yang ada dibalik pintu. Dengan ragu ia menggapai gagang pintu yang dingin disebelah kanannya. Baru ia sentuh gagang pintu itu, tiba - tiba, pintu dari ujung lorong yang terbuka tadi tertutup sendiri dengan suara keras.
Chanyeol terkejut bukan main. Satu - persatu, pintu menutup sendiri dengan suara keras secara misterius dan menimbulkan angin yang mengibaskan rambutnya. Rasanya ia ingin berlari namun ia terpojok di lorong.
Chanyeol merasa pusing, ternyata ia lupa bernafas kerena saking paniknya. Ia mengatur nafasnya yang terputus - putus.
Kini keadaan lorong sama gelapnya dengan tengah hutan tadi, karena semua pintu menutup sendiri dengan misterius. Ia memicingkan matanya melihat dari kejauhan ada cahaya, cahaya dari pintu diujung lorong yang perlahan - lahan terbuka kembali.
Perasaannya berkecamuk karena penasaran dan takut. Chanyeol berpikir mungkin saja disana ada jalan keluar dari semua keanehan dan kemisteriusan ini, dari pada ia terjebak disana selamanya.
Ia menarik nafas dalam-dalam, sampai bisa ia rasakan seluruh udara yang dingin mengisi paru - parunya. Adrenalinnya terpacu, hati kecilnya memerintahkannya untuk kesana. Ia menghitung dalam hati sampai ketiga untuk siap-siap melangkah, ia berusaha memberanikan diri untuk langkah pertamanya.
"Hah!"
Chanyeol terkejut secara tiba-tiba obor antik itu mengeluarkan api, lagi-lagi secara misterius. Ia memperhatikan api pada obor tersebut yang seperti menari-nari. Ia terus menatap api tersebut, tak sadar ia sudah berlama-lama memandangi api itu dan mulai merasakan kantuk, api itu menghipnotisnya.
Chanyeol mengerjap-ngerjapkan mata, menarik nafas dalam-dalam, dan meneruskan langkahnya kembali. Setiap langkah yang ia ambil, obor-obor itu mengeluarkan apinya secara misterius.
Chanyeol sampai diperempatan lorong, ia tengok kekanan dan kirinya. Semua tampak sama, pintu yang tinggi dan terdapat obor ditiap dinding, dan obor - obor itupun segera menyala.
Ia melanjutkan jalannya menuju pintu diujung lorong yang sedikit terbuka itu. Ia mendongak, menatap ke langit-langit lorong diatas kepalanya yang tampak lebih aneh lagi, hal itu membuatnya menghentikan langkah.
Langit lorong nampak seperti langit yang sesungguhnya berwarna hitam dengan hamparan bintang yang berkelap - kelip.
"Ini aneh"
Sesampainya didepan pintu, ia mengintip sedikit kedalam. Ia melihat ada perapian yang menyala dengan sofa cokelat kecil menghadap keperapian. Lantai kayu yang dihiasi kulit beruang, dindingnya pun berwarna cokelat muda dengan hiasan - hiasan dinding yang antik.
Suara desiran angin yang mendesis berdesir dikupingnya, seperti bisikan menyuruhnya masuk kedalam, jelas suara itu menghipnotisnya. Chanyeol membuka pintu perlahan-lahan, pintu berdenyit.
Sesampainya didalam, pintu itu perlahan - lahan menutup sendiri. Chanyeol menatap seluruh isi ruangan yang hanya sepetak, semua furniture dan ornamen serba berwarna cokelat dan sepi, seperti ditinggalkan begitu saja oleh penghuninya.
Chanyeol berjalan ke perapian sambil bertanya-tanya dalam hati, tempat siapa ini dan tempat apa ini sebenarnya? Namun ketika Chanyeol berbalik, seseorang sedang duduk dikursi meja makan menelungkupkan wajah ke meja dengan tanganya.
Diam-diam Chanyeol mendekati orang tersebut dengan ragu-ragu. Ini benar-benar aneh, padahal dia yakin sekali tadi tidak ada siapapun diseluruh ruangan ini ketika Ia masuk tadi, dan sekarang ia melihat sesosok pria mengenakan kaos hitam duduk disana. Chanyeol melihat gunting dimeja telepon disebelahnya, perlahan - lahan ia menyambar gunting itu untuk berjaga-jaga.
Pria itu bergerak membuat Chanyeol terkejut. Chanyeol memasang sikap siap menyerang dan bertahan ditempatnya. Ia berdiri sekitar dua meter dari pria itu.
Pria itu mengangkat kepalanya. Chanyeol sangat terkejut melihat sosok pria itu wajahnya sangat mirip dengannya, bahkan gaya rambutnya pun sama dengannya. Chanyeol baru tersadar kaos hitam yang pria itu kenakan adalah kaos yang Ia pakai sekarang, hanya saja kembarannya itu tidak memakai luaran jaket hijau tentara seperti yang ia kenakan saat ini.
Pria itu berdiri, Chanyeol mundur selangkah.
"Siapa kau?" Chanyeol bertanya padanya.
"Aku Chanyeol!" Kata pria itu, bagian bawah matanya menghitam seperti kebanyakan mengonsumsi narkoba.
Chanyeol yang asli mengertukan keningnya, ini sangat ambigu, memang apapun yang ada diri pria itu seratus persen mirip dengannya, hanya saja dia seperti Chanyeol versi jahat.
"Tidak! aku Chanyeol yang sebenarnya" Chanyeol menyentak.
Pria itu terdiam sejenak, kemudian menyunggingkan senyum iblisnya ke Chanyeol, tatapannya seperti neraka, pria itu terlihat menakutkan.
Pria itu menerjang dengan cepat ke arah Chanyeol, mendorongnya ke tembok dan mencekiknya. Mata pria itu berubah hitam pekat hingga ke selaput putih matanya dan punggungnya mulai mengeluarkan api. Chanyeol berusaha keras melepaskan cekikannya, namun selalu gagal dan malah semakin keras cekikannya.
"THIS IS YOUR FUTURE! THIS IS WHAT YOU BECOME!" tanpa berpikir panjang Chanyeol menusuk perut kembarannya itu dengan gunting ditanganya.
Pria itu pun melepaskan cekikan lehernya, matanya yang hitam pekat tadi kembali semula, api di punggungnya pun padam.
Chanyeol menjatuhkan guntingnya ke lantai. Pria itu mengerang, meringis kesakitan memegangi luka tusukan yang dalam di perutnya. Pria itu bersimpah darah dan roboh ke lantai, sungguh mengerikan Chanyeol jahat, namun Chanyeol tenang ia sudah mengalahkannya.
Chanyeol mencium bau darah yang sangat menusuk hidungnya. Mendadak ia merasakan nyeri diperutnya, Chanyeol meraba perutnya sendiri, terasa basah. Ketika ia lihat tangannya penuh dengan darah.
Chanyeol mengangkat bajunya, ternyata diperutnya terdapat luka tusukan yang sama dengan kembarannya tadi, darah segar dan hangat mengalir dari dalamnya.
Mendadak Chanyeol tak bisa mengatur nafasnya, di ikuti dengan pandangannya yang kabur. Tak sadar, Chanyeol sudah terbaring dilantai. Ia terus memegangi perutnya, ia merasa seperti tersedak sulit untuk bernafas apa lagi minta tolong.
Kini ia merasa sangat panas, ketika ia lihat disekelilingnya semua sudah terbakar, begitu juga pria yang mirip dengannya tadi, tubuh itu terbakar disebelahnya dengan posisi telentang dengan mata terbuka.
Chanyeol berusaha bangkit namun tak ada guna, ia sekarat tubuhnya tak bisa digerakkan, tenggorokannya sangat sakit seperti tercekik dan kering.
Ia melihat langit - langit ruangan mulai terbakar dan serpihanya runtuh mengenai dirinya. Chanyeol ikut terbakar didalamnya bersama pria yang mirip dirinya, seperti neraka.
Chanyeol terbangun dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia menelan saliva berulang-ulang, keringat membasahi sekujur tubuhnya dan terengah-engah.
"Cuma mimpi" Chanyeol memandangi langit-langit kamarnya yang gelap sambil berusaha mengatur nafasnya.
"Mimpi yang mengerikan" Chanyeol mengusap keringat didahinya, ia duduk ditepi ranjang dan membuka kaosnya yang lepek karena keringat.
Ia beranjak ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya sambil mengingat-ingat mimpinya yang sangat mengerikan tadi. Ketika hal mengerikan muncul dibenaknya ia membasuh wajahnya lagi. Namun hal aneh terjadi ketika ia membasuh wajahnya, wajahnya mengeluarkan asap.
"Hah! Ada apa dengan wajahku?" Chanyeol basuh lagi wajahnya, dan tetap mengeluarkan asap yang dibarengi dengan suara desisan seperti api yang terkena air. Ia usap-usap wajahnya yang terus mengeluarkan asap.
Tangannya juga mulai memerah seperti melepuh, ia basuh tangannya yang berasap dan semakin memerah. Chanyeol melihat tangannya yang semakin memerah seperti besi dipanaskan, tanganya bergemetar hebat begitu juga tubuhnya.
Tiba-tiba api keluar dari jari - jarinya, karena panik ia mencelupkan tangannya ke dalam wastafel. Api pun mengilang namun airnya menjadi menghangat dan lama kelamaan panas dan mendidih, tapi anehnya ia tidak merasa panasnya, apa lagi melepuh.
Chanyeol mendapati pantulan dirinya dikaca bahwa pundak sebelah kirinya sedang terbakar, ia panik sejadi-jadinya sambil menyiprati air kepundaknya, namun apinya tak kunjung padam.
Chanyeol menepuk - nepuk pundaknya yang berapi dengan tangannya, dan saat itu sekujur tubuhnya langsung mengeluarkan api dari pori - porinya.
Ia berusaha mematikan api yang tidak terkendali di tubuhnya agar tidak membakar seisi rumah, akhirnya ia berlari ke pancuran dan menyalakan air dingin. Api pun perlahan-lahan padam.
Uap memenuhi kamar mandi, ia terduduk sambil memeluk kedua lututnya. Chanyeol bingung apa yang sebenarnya terjadi dengannya, dan apa yang harus ia lakukan? Tidak mungkin dia terus-menerus seperti itu.
Bagaimana dengan Amber, Amber pasti lari ketakutan bila melihat keadaannya seperti itu. Chanyeol akan membakar apapun yang ia sentuh, lagi-lagi api berkobar dari pundaknya, Chanyeol menelungkupkan wajahnya disela-sela lututnya.