#KRYSTAL POV
Sial, green tea-ku habis.
Ini kok tumben tidak ada OB yang membawakan green tea baru padaku? Terpaksa deh aku ke pantry buat minumanku sendiri.
Nah itu ada OB di pantry. Kok dia tidak bawakan minumanku?
Pantas saja. Kelihatannya dia OB baru, seragam OBnya masih kaku dan cerah. Kutegasi OB yang sedang sibuk mengangkat galon itu. Wah, dia kuat juga, lihat saja urat-urat di tangannya, sepertinya dia masih muda. Tapi kok kayaknya aku familiar ya dengan posturnya.
Tunggu, dia kan.....
"Kim Taehyung!" Seruku saat mengenalinya.
"Oh ya ampun Krystal!" Balasnya terlonjak.
Aku maju untuk memeluknya "Hei, sudah lama sekali tidak bertemu!"
Ia melepaskan pelukanku duluan untuk menatapku dari atas ke bawah dan ke atas lagi "Wow kau terlihat__serius"
Taehyung, tetap saja dia suka meledek "Yeah, si cupu akhirnya bisa memimpin perusahaan"
Kedua alisnya terangkat, takjub "Ouh,"
"Jadi kau baru disini?" Tanyaku antusias sambil merogoh counter teratas untuk mengambil green tea-ku.
"Benar, aku Kim Taehyung OB baru disini. Beruntung manager Kai mengajakku berkerja disini" ungkapnya bangga.
Bagaimana bisa mereka bertemu? Setahuku Kai tidak mudah akrab dengan orang yang baru di kenal. Tapi kenapa Kai menawarinya jadi OB? Wajahnya terlalu bagus untuk mengelap kaca.
"Tunanganku menawarimu pekerjaan menjadi OB?" Tanyaku terkejut.
Ia sama terkejutnya denganku, kemudian sekelebat ekspresinya seperti berpikir "Wah kau beruntung memiliki tunangan yang dermawan. Dia sangat baik padaku. Selain menawarkan pekerjaan dia juga membiarkanku tinggal di apartement lamanya"
"Tsk. Dermawan apanya. Ada banyak lowongan disini kenapa dia menawarimu menjadi OB? Aku tidak rela melihat teman sekolahku menjadi OB. Nolongin orang kok setengah-setengah, dasar kikir" umpatku pada Kai yang entah dimana.
"Setidaknya sekarang aku jadi punya pekerjaan dan tempat tinggal. Lagian sekolahku cuma sampai SMA Daegu. Yang penting kan aku kerja." Jelasnya berseri-seri.
Kim Taehyung tidak pernah berubah. Dia selalu dapat menerima apapun keadaan dirinya. Dia pria sederhana dan dia... semakin tampan. Waktu SMA dia di gilai banyak wanita, saking gantengnya aku merasa tidak ada satupun gadis di sekolah yang pantas memilikinya. Sudah pakai baju OB pun, dia masih terlihat seperti mengenakan setelah bermerk. Dia seperti Midas, apapun akan berubah menjadi mewah.
"Ngomong - ngomong kau bisa mengetik dengan cepat dan program office?" Tanyaku sambil menyesap green tea.
"Aku pernah kerja di rental ketik" ujarnya enteng.
"Bagus, kuangkat kau jadi asistenku mau gak? Kebetulan aku butuh juri ketik yang tidak gaptek" tawarku tanpa berpikir lagi.
Seketika mata bulatnya berbinar "Yang benar? Tapi nanti kontrakku,"
"Sudah jangan dipikirkan. Pokoknya kontrak OB-mu batal. Nanti kusuruh HRD untuk membuatkan surat kontrak baru untukmu"
Ia masih menimbang tawaranku, mungkin ragu. Tidak ia sepertinya bimbang dengan tawaranku.
"Sudahlah kawan, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku karena dulu kau pernah melindungiku dari geng pembuli di kelas. Mungkin ini saatnya aku membalas kebaikanmu saat itu"
"Terima kasih, Krys" ucapnya dengan suara beratnya.
Aku mengajak Taehyung ke ruanganku untuk ngobrol sambil reuni. Kami berbincang-bincang banyak soal masa SMA, lalu ia menceritakan bagaimana ia bisa bertemu dengan Kai sambil aku kasih tau dia soal pekerjaan yang akan dia lakukan selama menjadi asistenku. Sampai tidak terasa sore telah datang.
Sebelum karyawan pulang aku mau mengajak Taehyung berkeliling ke tiap divisi untuk memperkenalkannya sebagai asisten baruku. Jadi biar mereka tidak salah paham jika melihatnya. Nanti bukannya di suruh buat laporan malah nyuruh bikin kopi lagi.
Selesai mengajaknya berkeliling, terakhir giliran ruangan Kai yang belum kami kunjungi. Aku mengetuk ruang Kai sebanyak tiga kali, kulihat Kai dan Jennie sedang ngobrol santai di dalam. Segera aku mengajak Taehyung masuk tanpa menunggu disuruh oleh yang punya ruangan.
"Selamat sore," sapaku dingin ke mereka berdua. Memang biasanya aku begini sih kalau melihat mereka sedang berduaan.
Mula-mulanya Kai bingung melihatku dan Taehyung masuk bebarengan. "Sore Krystal, ada apa?"
"Aku kemari mau memperkenalkan asisten baruku"
Mata Kai melirik Taehyung janggal, ekpresinya menaruh curiga. Sementara Taehyung berdiri kaku di sebelahku. Mungkin dia tidak enak dengan Kai.
"Perkenalkan," aku menyentakan tanganku ke arah Taehyung "ini Kim Taehyung asisten programming-ku"
Kai mengerutkan dahinya, menatapku dan Taehyung bergiliran. "Dia aku pekerjakan sebagai OB sesuai dengan ijazahnya"
"Tidak lagi Kai"
"Apa kau sudah mengetesnya? Apa dia bisa melakukan jobdesk standar asistenmu?" Introgasinya sambil menuding-nuding telunjuknya ke arah Taehyung, meragukan kemampuannya.
"Dia sudah lolos semua kriteria yang aku butuhkan jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan itu. Itulah bedanya kau dan aku, aku selalu bisa melihat potensi seseorang, tidak hanya berdasarkan pendidikannya"
Mata Kai memicing curiga menatapku. Biar nanti saja aku jelaskan padanya.
"Sepertinya mulai sekarang kita harus hati-hati menjaga barang kita," celetuk Jennie dengan nada menyindir.
Ucapan Jennie memang keterlaluan. Mendengar itu mata Taehyung melesat menatap Jennie karena sindirannya, wajahnya mengeras menatap Jennie. Begitupun dengan Jennie. Jennie terlihat geram melihat Taehyung. Kelihatannya Jennie membela pendapat ketidaksetujuan Kai. Dasar penjilat.
"Miss Jennie Kim, apa maksud Anda berbicara seperti itu? Apa karena saudara Kim Taehyung sebelumnya hanya sebatas OB?"
"Itu hanya peringatan yang lazim kok" balasnya singit.
Aku tidak percaya dia berani melawanku.
"Dengar, kau dan aku sama-sama lulusan Universitas Amerika, tapi aku masih memiliki tata krama. Jadi SP 1 untukmu. Permisi" tegasku hingga mampu membuat Kai dan Jennie melongo.
Aku dan Taehyung berlalu dari ruangan dengan wajah terpilin dan membisu. Aku tidak terima mereka merendahkan Taehyung. Hal itu membuatku kesal. Tentu aku membela Taehyung, pahlawanku saat SMA. Tega-teganya mereka mengintimidasi orang sebaik Taehyung.
Karena tidak enak atas sikap dua orang tadi aku menawarkan Taehyung pulang bareng. Kebetulan Taehyung tidak punya kendaraan. Lagipula Aku suka berada di dekatnya. Dia orang yang hangat. Seperti apapun akan kuberikan padanya karena kehangatannya. Orang keras seperti Kai saja langsung luluh, ngasih kerjaan dan tempat tinggal padanya.
Aku juga sengaja mengajaknya ke mall dulu untuk membeli beberapa potong setelan pakaian formal ke kantor. Kupilihkan dia kemeja, celana bahan, kaos polo, dasi, sepatu dan jas ukurannya. Taehyung bilang ia tidak memiliki banyak baju formal, maka aku tidak mau mengambil resiko jika dia kena SP karena pakai baju ngasal ke kantor. Jadi aku belikan saja semua itu untuknya. Walau dia menolak berkali-kali tapi aku bersikeras agar dia tidak kena perkara di kantor.
Tidak terasa aku membelikannya begitu banyak pakaian sampai bagasi mobilku penuh tas belanja. Taehyung bahkan tidak memllih sama sekali, tapi aku yang memasukannya ke keranjang asal comot yang penting pas dan bagus di badannya.
"Taehyung!" kudengar suara perempuan memekik memanggilnya saat kami hendak masuk mobil.
"Siapa itu?" tanyaku, menoleh ke arah suara itu sambil merapat ke sebelah Taehyung. Tiba-tiba Taehyung menggenggam tanganku.
"Dia bukan siapa-siapa!", geramnya panik sambil mencengkeram tanganku dan melangkah meninggalkan perempuan itu.
Dengan agresif perempuan itu meraih pinggang Taehyung "Sayang! Kau kemana saja? Aku coba mencarimu, menelponmu, tapi sudah tidak aktif."
"Apa-apaan sih kau!" Bentaknya, menepis tangan perempuan itu dari tubuhnya.
Wajah perempuan itu memerah, menatapku berapi-api "Taehyung! Jelaskan padaku siapa perempuan ini?"
Taehyung malah merangkul bahuku, membuat perempuan itu semakin panas.
"Jangan mencampuri urusanku!"
Perempuan itu memandangku dengan tatapan spekulatif, "Oh... Apa dia bank berjalan barumu? Atau wanita kaya piaraanmu yang lain? Dasar Gigolo! Kau benar-benar cowok matre!"
Aku tidak melihat apa yang terjadi. Begitu cepat. Hanya suara tamparan keras mendarat di wajah perempuan cantik di hadapanku yang sedetik lalu menatapku emosi. Aku menutup mulutku syok melihat Taehyung semarah itu.
Nafasnya bergetar menahan sakitnya tamparan tangan besar Taehyung di wajahnya. Aku tidak tau apa yang terjadi dengan mereka. Wajar juga Taehyung marah karena di permalukan di tempat umum seperti itu.
"Jaga bicaramu! Aku sudah bukan siapa-siapamu lagi. Jadi berhenti mencampuri urusanku. Ayo kita pergi, Krys" Taehyung menarik tanganku, meninggalkannya yang masih kesakitan.
Tangan Taehyung gemetaran di genggamanku setelah menampar perempuan tadi. Aku menoleh ke perempuan itu yang masih termenung memegangi pipinya.
Aku merasa seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi aku lupa dimana?
***
"Kau dan manager Kai sudah berapa lama bersama?" Akhirnya Taehyung membuka suara, memecah kebisuan di udara karena insiden tamparan tadi, atau karena kami berduaan di apartementnya.
Dengan segan aku menjelaskan padanya, "Sudah hampir 4 tahun sejak kami berdua sama-sama training. Sebenarnya aku sudah tidak mencintainya lagi. Aku berusaha bertahan untuk menyenangkan hati ayahku saja yang mengharapkan seorang menantu yang bisa di andalkan soal pekerjaan"
"Kau tidak mau jujur pada ayahmu jika kau tidak mencintainya lagi"
Kuhela nafas enggan "Kau tidak tau betapa sayangnya ayahku dengan Kai. Sebenarnya Kai lah yang jago mencari muka ke ayahku. Aku tau, dia hanya memanfaatkan hubungan ini untuk melancarkan jenjang karirnya di kantor. Dia begitu berambisi menginginkan posisi tertinggi di organisasi kantor,"
"Krys, aku mau jujur padamu," selanya "kurasa aku pantas mengatakan ini sekarang setelah mendengar cerita hubunganmu dengan Kai"
"Ada apa?"
"Tadi pagi aku melihat Kai bermesraan dengan Jennie di ruanganya saat aku sedang mengelap kaca. Pas kau bilang kalau Kai adalah tunanganmu aku kaget juga jadinya,"
Kai, perbuatanmu benar-benar memalukan. Terang-terangan sampai orang lain melihatnya.
"Sebenarnya aku sudah tau, tapi aku berpura-pura menjadi perempuan bodoh dan polos. Kubiarkan dia puas melakukan itu semua sampai karma itu datang. Aku tau dia sering main perempuan. Aku sering mencium aroma parfum wanita yang berbeda setiap hari di tubuhnya. Bertahun-tahun dia melakukan itu, aku tidak pernah membalasnya" seharusnya aku sedih atau menangis menceritakan hal ini.
Kurasa kini aku sudah kebal, atau memang sudah tidak ada lagi tempat yang bisa di lukai.
"Sudah lah aku tidak mau membahas soal maniak seks itu." Aku benar-benar ingin mengenyahkannya saat ini.
Seketika Taehyung menatapku lembut bersimpati. Ia membuatku berdebar.
"Krys, sebenarnya, dulu kau adalah satu-satunya gadis yang ingin aku ajak kencan"
Jelas pengakuannya membuatku tersenym kegeeran "Masa? Aku pikir saat itu kau berpacaran dengan Amber, si ketua geng pembuli dulu"
Mendadak ekpresinya berubah dingin, bahasa tubuhnya menyangkal itu "Tidak, itu tidak benar. Aku tidak menyukai gadis seperti itu"
Kupandangi ia sampai aku terlena. Aku terhipnotis dengan ketampanannya.
"Dulu aku juga sempat memikirkanmu, aku pernah berencana untuk merayumu tapi aku malu" benar-benar memalukan mengatakan itu.
"Memang apa bedanya dengan sekarang? Kurasa kita belum terlambat untuk itu"
"Apa rayuanku kini berhasil?"
"Yeah, dengan hasil yang lebih dewasa" bisiknya menggoda.
Aku menggelinjang ketika kurasakan bibirnya menyentuh leherku secara tiba-tiba. Terasa lembut dan asing. Kupejamkan mata, menikmati usapan bibirnya. Membuat dekupan jantungku bertalu seperti menghantam dadaku. Erangan tertahan meluncur dari mulutku. Ini pertama kalinya aku di sentuh lelaki selain Kai dalam 4 tahun terakhir. Akupun tersadar bahwa aku begitu haus akan sentuhan pria lain.
Kutangkup wajahnya membuat kami saling menatap. Matanya menatapku tajam. Tatapan itu mampu membuat nafasku tersengal, aku gugup di tatap seperti itu.
Hasratku begitu besar untuk terkungkung pasrah di dekapannya. Kudekatkan wajahku perlahan, ia tidak bergerak, kami sama-sama menginginkannya. Kami pun saling melumat penuh gairah.
Ia melepas pakaiannya lalu mendorong pelan tubuhku hingga berbaring di sofa. Taehyung juga berani dan tanpa ragu tangannya membuka kancing kemejaku satu persatu, menyibak kemejaku, melepas braku. Matanya kini penuh hasrat saat melihat tubuh polosku. Ia ingin lebih.
Tanpa ragu, lidahnya langsung bermain-main dengan putingku, dihisapnya lembut. Membuatku terpejam nikmat.
"Aaahh...."
Ia menarik celana dalamku, aku hanya pasrah karena aku sangat menginginkannya. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku tidak sabar ingin merasakan penisnya di dalamku.
Aku berjengit saat merasakan sentuhan jarinya di klitorisku. Ia mengusap pelan kemaluanku dan kurasakan satu jarinya menusuk lubang vaginaku. Aku merintih saat merasaan jarinya yang panjang bergerak keluar masuk dengan sangat lembut.
Taehyung memperlakukan wanita dengan lembut. Ia mampu membuatku mabuk kepayang di setiap sentuhannya, membuatku terbungkam tak mampu mengucapkan apapun. Aku begitu merindukan kelembutan sentuhan seorang pria yang tidak kudapatkan dari Kai saat bercinta. Aku mendambakan sentuhan seperti yang Taehyung lakukan padaku kini.
Selesai membuatku basah dengan permainan finger sex-nya. Ia duduk untuk melepas celananya sekaligus, dan wow. Ia memiliki penis yang tidak kalah besar dari punya Kai. Kecokelatan dengan bulu pubis tipis meliputi kejantanannya yang gagah berurat itu. Mataku tidak bisa lepas dari aset Taehyung yang menantang saat ia sibuk meraih sesuatu dari dalam tas yang tergeletak di lantai.
Bungkusan itu sudah ada di mulutnya. Ia menggigit ujung bagian persegi itu dengan giginya, menyobek foil kondom itu. Dengan gerakan fasih ia memasang kondom ke penisnya yang sudah menegang. Aroma strawberry menyeruak hidungku. Mendadak aku gugup karena akan memadu kasih dengan pria lain.
Tidak, aku tidak mencintai Kai. Aku tidak akan menyesali apa yang aku lakukan dengan Taehyung. Aku menginginkan Taehyung, ia bisa memperlakukanku dengan lembut.
Kuusap lembut bahu bidangnya, di saat bersamaan ia mendorong masuk penisnya ke dalam vaginaku. Ukurannya membuatku merasakan perih sesaat. Kubiarkan dulu vaginaku terbiasa dengan miliknya. Mencoba untuk lebih rileks saat penis asing miliknya melakukan penterasi. Hingga di setiap gesekannya yang tersisa hanyalah kenikmatan puncak yang tak terlupakan.
"Tae, kau mau mencoba anal sex denganku?" Tanyaku saat aku merasakan ia nyaris ejakulasi.
Ia membeku sesaat seperti menimbang permintaanku. Kemudian tanpa berpikir lagi ia langsung mengarahkan penisnya lebih ke bawah, ke lubang anusku.
Ia masukan pelan-pelan. Penisnya dengan bersusah payah mencoba menerobos, sampai akhirnya masuk setengahnya. Ia terdiam seperti takjub, lalu coba mendorong kembali sampai kurasakan penuh batang penisnya yang keras di dalam rektumku.
Ia menghentakkan penggulnya sekali. Rasanya ia menggesek dengan keras.
"Ouch...sakit banget. Pelan sedikit, Tae"
Ia berhenti, lalu mengangkat kedua kakiku, menahannya di kedua pundaknya "Kalau kayak gini masih sakit gak?"
Ah itu terasa luar biasa. "Yeah. Mmhhh...terus, Tae....ahhh..."
Ia memaju mundurkan pinggulnya perlahan sampai terasa mulai enak. Hentakannya terasa hingga ke g-spotku.
"Lebih cepat Tae. Aaah... hhh... nnhhh... jangan.. ber...hen..ti.. aaaahh"
Taehyung pun menggeram nikmat saat rektumku mencengkram ketat penisnya. Tidak lama berselang kami mencapai puncak kenikmatan bersama.
"Taehyung kurasa aku mencintaimu", gumamku lirih dan terengah-engah. Ia tidak membalas ucapanku, ia hanya tersenyum klise.
Yah, kurasa dia hanya ingin berhubungan seks denganku.
Tidak apa-apa. Untuk wajah tampan sepertinya, aku rela mengusap dan mengecup wajah nafsunya setiap kali ia menikmati tubuhku.
Selesai sesi bercinta kami berpakaian kembali. Tiba-tiba aku kepikiran perempuan tadi lagi. Bagaimanapun juga kami bisa saling terbuka karena keterlibatan fisik yang kami lakukan.
"Taehyung" gumamku memulai obrolan. "Boleh kutanya sesuatu?"
"Silakan, kau mau tanya apa sayang?"
Hatiku bergetar saat ia memanggilku sayang dengan suara huskynya "Perempuan tadi, dia siapa?"
Taehyung menghembuskan nafas enggan "Dia Irene, dua tahun aku bersamanya dan kami baru berpisah"
Kutunggu ia melanjutkan ceritanya. Tapi sudah selesai. Hanya sampai situ. Kini aku tertarik dengan kisah cintanya yang dua tahun kandas?
Tunggu dulu. Tadi dia bilang namanya Irene?
Hanya ada satu orang yang aku kenal memiliki nama itu dan aku kini yakin sekali pernah melihatnya. Aku ingat betul wajah babak belurnya yang terkapar 5 bulan lalu di tengah hujan.
#FLASHBACK# (5 months ago)
Dari sore hujan turun sangat deras, berkali-kali aku mengusap kaca di hadapanku yang berembun, menutupi pandanganku.
Ini gara-gara Kai tidak menjemputku. Perek mana lagi sih yang dia cicipi? Brengsek. Brengsek. Brengsek.
Aku menggeleng kalut, berupaya mengusir pikiran yang membetot perhatianku.
"Arkkhh..." Kuinjak rem sampai kandas setelah melihat kelebatan putih yang tiba-tiba melintas.
Apa itu?
Astaga! Astaga! Astaga!
Apa itu manusia? Apa aku melindasnya?
Kujulurkan kepalaku ke depan, melihat sesuatu yang baru saja aku tabrak tapi tidak terlihat. Apa dia di kolong mobil? Bagaimana kalau dia tewas terlindas olehku? Apa aku kabur saja mumpung jalanan sepi?
Kemanusiaan dan nuraniku bergejolak hebat. Satu sisi aku takut tapi di sisi lain aku tidak bisa mengabaikan ini.
Coba kulihat dulu apa yang aku tabrak.
Tapi bagaimana jika itu manusia?
Kuambil payung dari bawah jok kursi belakang. Aku tidak berhenti menggigit kukuku, jemariku gemetaran karena panik. Aku bisa saja telah membunuh manusia.
Ragu-ragu aku keluar dari mobil, payungku sampai bergetar karena gemetar. Saat itu juga kulihat seseorang tergeletak disana. Seorang perempuan babak belur, karena aku menabraknya. Lukanya begitu parah, darah segar masih mengalir di wajahnya dari luka sobek yang menganga.
Kubungkam mulutku menahan jerit saat melihat wajahnya. Oh tidak! Apakah dia mati?
Coba kutekan lembut nadi di lehernya. Kulitnya terasa dingin dan aku tidak bisa merasakan apapun. Aku harus telepon bantuan secepatnya.
Sambil menunggu bantuan aku coba menelepon Kai namun tidak menjawab. Aku berjongkok memayunginya, sambil terus berdoa semoga ia bisa selamat. Kutegasi wajahnya dengan seksama, terlihat cantik jelita jika tanpa luka-luka itu.
Akhirnya setelah kedinginan menunggu bantuan 10 menit, ambulance datang dan langsung menandu perempuan itu. Petugas bilang ia masih hidup dan masih sempat untuk di selamatkan.
Syukurlah jika ia baik-baik saja.
Sesampainya di UGD perawat mengatakan bahwa korban harus segera di bawa ke ruang tindakan. Kuharap tidak ada sesuatu yang buruk menimpanya seperti cacat atau amnesia.
Aku menunggu dengan rasa was-was.
Drrtt....
Getar ponsel mengagetkanku, telepon dari, Kai.
Krystal?
"Kai!" responku panik.
Sayang ada apa?
"Aku... aku baru saja menabrak seseorang" jelasku gemetaran.
Astaga! Kok bisa? Tapi kau baik-baik saja kan? Lalu bagaimana keadaan korban?
"Semua terjadi begitu cepat. Tiba-tiba saja dia melintas saat mobilku sedang melaju. Aku membuatnya terluka sangat parah Kai dan sekarang dia sedang di tindak" aku menangis panik, sekujur tubuhku gemetaran saking takutnya. Rasanya diriku mau pecah.
Tenang sayang, aku akan menyusulmu kesana.
"Tidak usah Kai, aku ingin kau mengurusi pengacara untukku saja, jaga-jaga jika korban menuntutku. Kumohon jangan cerita dengan siapapun termasuk ayahku ya" rengekku memnohon.
Baik sayang. Kabari aku secepatnya jika ada sesuatu.
"Nona Krystal" seorang perawat menghampiriku.
"Iya saya," jawabku dan langsung memutus panggilan Kai "bagaimana keadaannya?"
"Saat ini Nona Irene sudah berhasil melewati masa kritisnya,"
Oh namanya Irene.
"Dari hasil rontgen ia mengalami patah lengan. Untungnya luka akibat benturan di wajah dan kepalanya tidak meninggalkan cedera otak. Tapi sayangnya, kami tidak bisa menyelamatkan janin yang di kandunganya. Benturan yang di alami mengakibatkan terjadinya pendarahan"
Apa? Dia sedang hamil dan aku membunuh anaknya? "Oh my god... oh my god..."
"Kami akan mengabari kembali jika pasien sudah siuman dan sudah bisa di ajak bicara...."
Entah mengapa suara perawat itu lama kelamaan terdengar seperti berbicara dari dalam air. Atau mungkin karena aku sedang panik memikirkan nasib perempuan itu? Bagaimana perasaannya saat ia terbangun sudah kehilangan janinnya?
Jujur, kini aku takut sekali. Aku tidak sanggup menemuinya. Aku telah melukai dan memupuskan impian wanita. Aku membunuh anaknya. Apa aku pembunuh?
"Umm, maaf. Bisakah aku menitipkan ini saja untuk nona Irene" kuberikan kartu namaku pada perawat itu.
"Saya permisi" aku langsung melangkah meninggalkan rumah sakit.
Aku tidak sanggup menatap ekspresi terpukulnya kehilangan janin yang di kandungnya karena aku. Lagipula aku tidak tau harus berkata apa padanya. Aku yakin segala ucapanku tidak akan membuatnya membaik. Aku sungguh minta maaf dan turut berduka cita atas janin yang ia kandung.
#END OF FLASHBACK#
***
Pantas saja tadi Irene tidak mengenaliku, karena ia tidak pernah melihatku.
Jika ia mulai menyadarinya, aku pasti akan berurusan dengannya lagi karena aku meninggalkan kartu namaku untuknya. Tapi kenapa Irene tidak mencariku setelah kejadian itu hingga kini? Dia menerima kartu namaku atau tidak ya?
Kini aku bertanya-tanya. Sebenarnya Irene itu kekasih, simpanan atau istrinya Taehyung sih? Apakah sebenarnya ia sudah menikah? Apa Taehyung menyembunyikan sesuatu? Atau malah aku yang membuat pernikahan mereka hancur karena tabrakan itu membuat mereka kehilangan anak mereka?
Oh tidak. Aku harus pergi dari sini. Aku berpura-pura melirik jam tanganku.
"Umm... Taehyung kurasa aku harus pulang dulu, Kai akan mencariku ke penjuru Daegu jika aku tidak pulang" pamitku tergesa-gesa sambil menyampirkan tas ke bahu.
"Baiklah. Sampai ketemu besok"
Aku tidak menanggapi dan langsung meninggalkan kediamannya.
***
Sesampainya di rumah. Kai langsung memelukku erat dan menyerbu bibirku penuh gairah.
Ya ampun! Aku sedang tidak ingin seks dengannya. Tapi Kai tidak bisa kalau di tolak.
"Aku merindukanmu sayang," desisnya di bibirku dan kembali menyerbu bibirku dengan lidah dan bibir panasnya.
Matanya kini memandangi setelan kantor yang masih aku kenakan. Ia menyeringai mengejek.
"Krystal Jung sang bos besar atasanku. Sebentar lagi aku akan melucuti ini semua. Aku akan menguasai dan menjarahi tubuhmu" ancamnya menggoda.
Kai langsung membetot kemejaku dengan kasar hingga semua kancing terlepas. Kupandangi kancing perak yang berdenting menyentuh lantai. Lalu Ia angkat rok-ku tinggi-tinggi, melucuti celana dalamku hingga terbebas dari kakiku.
"Menghadap ketembok sayang" perintahnya. Aku menuruti pasrah setiap permintaannya. Ini akan menjadi malam yang panjang.
"Spread your legs bossy" pinta Kai penuh goda.
"Ini posisi favoritku, bersiaplah sayang" bisiknya sambil membasahi lubang anusku dengan liurnya.
Kai mendorong rektumku dengan kasar, membuatku mendesah tak karuan, rasa nikmat dan sakit menjadi satu. Apalagi belum ada sejam yang lalu aku baru melakukan seks anal dengan Taehyung.
Taehyung jelas baru melakukannya pertama kali, akibatnya membuat rektumku terasa perih karena ketidaklihayannya. Sedangkan Kai yang sudah biasa seks anal denganku, ia mendorong dan menarik keluar masuk dengan cepat. Membuat otot rektumku terasa panas karena ia menggeseknya dengan keras. Terlebih aku sama sekali tidak rileks. Ini menyakitkan. Tapi aku tahan demi fantasinya.
Kai terus menggerakan pinggulnya dengan cepat sambil menggigit gemas pundakku. Erangan Kai menggema di ruang tamu.
"Aku akan mengeluarkannya di dalam anusmu lagi" bisiknya sambil menjilat kupingku, meremas pinggangku dengan kuat dan ia pun ejakulasi di dalam anusku.
Tidak sampai disitu. Selesai ia menghantam rektumu, ia membalikan tubuhku menghadapnya. Kai berjongkok menghadap kemaluanku. Ia ciumi vaginaku, menghisapnya dengan keras lalu berhenti.
Ia bangkit, menatapku kesetanan lalu meludah ke lantai.
"Kenapa vaginamu terasa seperti kondom strawberry, hah?"
Ah sial! Habislah aku malam ini.
"Kau habis bercinta dengan pria lain, iya?"
Aku masih membisu. Nafasku menderu panik. Apa yang harus aku jelaskan padanya? Aku tidak bisa berbohong kali ini. Kenapa kesialan justru menimpaku?
Kai mendorong kasar tubuhku ke tembok, membuat nafasku tersentak keluar.
"Jawab aku, jalang brengsek! Siapa pria itu? Apakah OB miskin dan blangsak itu?"
"Itu bukan urusanmu aku bercinta dengan siapapun" desisku.
Kai melayangkan tamparan keras yang tidak dapat aku antisipasi. Aku tidak menyangka ia menamparku dan rasanya sangat perih. Seperti ia mengerahkan kekuatannya untuk menamparku.
"Dasar pelacur! Pembohong! Kau tunanganku! Kau calon istriku! Berani - beraninya kau mengobral vaginamu ke pria lain"
Egois. Aku tidak habis pikir dia melempar semua kesalahan yang lebih dulu ia lakukan di belakangku.
"Kau pikir aku tidak tau apa yang selama ini kau lakukan di belakangku!" Jeritku penuh amarah.
"Diam!" Tamparan kedua begitu keras, aku bisa merasakan tulang jarinya menghantam wajahku. Aku nyaris pingsan dan kurasakan cairan asin seperti karat di sudut bibirku.
"Jika aku tau siapa pria yang sudah bercinta denganmu, akan kubunuh pria itu di hadapanmu" geramnya penuh ancaman mematikan.
"Aku sudah tidak mencintaimu lagi, Kai! Ingat ya, aku akan mengadukanmu ke Papa soal perbuatanmu padaku!" ancamku dan kulihat tangannya sudah mengepal gemetaran, gatal ingin menghajarku lagi.
"Kau mengancamku? Baik jika itu permainanmu. Sekarang pergi dari sini! Sana kau pergi ke pelukan pria yang telah menyicipi selangkanganmu! Aku jijik melihatmu"