AMBER POV: In Daegu Hospital.
Ah... Matikan sajalah TV-nya, radiasi layar TV membuat mataku kunang-kunang. Apa tidak ada tayangan yang lain? Aku ganti-ganti saluran TV, sampai saluran nomor 10 tetap sama. Semua acara pagi ini membahas insiden tersebut. Tragedi pembunuhan tersadis dalam 10 tahun terakhir.
Sebagian besar aku tidak ingat kejadian setelah Yidam menembak tewas Irene. Tiba-tiba pas terbangun aku sudah berada di ruangan penuh dengan alat-alat penopang hidup. Aku beruntung masih selamat dan Yidam baik-baik saja. Namun serangan Irene semalam membuatku kehilangan janinku. Walau aku merasa lega, jadi aku tidak merasa terbebani lagi.
Padahal aku sering melihat dan mengalami hal mengerikan selama bertugas dan aku mudah melupakan itu semua. Tapi beda rasanya jika aku merasakannya sendiri. Aku tidak tau apakah dengan lebih banyak bekerja aku bisa mengenyahkan ingatan tentang; bagaimana tubuh Jennie di lalap api atau tubuh Kai yang hancur nyaris tak berbentuk.
***
Seminggu setelah insiden berdarah itu aku kembali berkerja dan melanjutkan kasus tersebut sampai tuntas, untuk mengadili Taehyung. Aku memang masih kesal padanya dengan apa yang terjadi di masa lalu. Namun sejak ia mengorbankan dirinya demi Yidam, aku jadi ragu pada diriku sendiri.
Selama sebulan aku mengumpulkan data dan bukti untuk di serahkan ke tim penyidikan. Setelah mencari berbagai bukti untuk bahan penyelidikan. Akhirnya lengkap sudah berkasnya dan Taehyung di hukum 25 tahun penjara atas pidana pasal berlapis.
Temuan yang mencengangkan ialah soal latar Irene. Bahkan Irene sempat masuk rumah sakit jiwa hingga ia berumur 20 tahun. Kemudian 5 tahun lalu Irene dan teman laki-lakinya yang juga pasien RSJ berhasil kabur dari Daegu Asylum Center. Irene mengambil harta yang cukup untuk seumur hidupnya dari warisan keluarga. Ia mengubah nama dan identitasnya menjadi Irene, melakukan serangkaian operasi wajah agar tidak di kenali. Sampai dia akhirnya bertemu Taehyung yang saat itu menjadi gigolo dan mereka akhirnya jatuh cinta.
Pada dasarnya Irene memang sakit jiwa. Catatan terakhir kejiwaan Irene di RSJ sebelum dia kaburpun menunjukan psikisnya masih jauh dari kata stabil. Irene dari kecil sering menyiksa dan membunuh hewan pasca kejadian masa kecilnya bersama Kai. Awalnya ia hanya mampu membunuh hewan. Namun rasa sakit hati dan kecewa memicu kekejiannya terhadap manusia. Taehyung menjadi penyebab hilangnya hati nurani Irene terhadap sesama.
Di sisi lain Taehyung juga menjadi korban penyekapan Irene. Berdasarkan kesaksian Taehyung. Irene bahkan pernah mengikat Taehyung di ranjang dan menyekapnya di kamar agar Taehyung tidak kemana-mana. Sampai akhirnya Taehyung memberontak.
Acap kali Irene mendapatkan kekerasan dari Taehyung karena sifat Irene yang mengekangnya. Tentu sifat posesif dan obsesif Irene sudah mendarah daging. Kelakuan Taehyung dan kekecewaan yang ia dapatkan telah membangun karakter monster dalam diri Irene. Merubahnya menjadi psikopat.
Dan tugasku selanjutnya adalah mencari identitas pria yang menjadi kaki tangan Irene yang telah membantunya mengumpulkan data korban. Kemungkinan besar dia adalah pasien yang kabur bersamanya saat itu.
Berkali-kali aku mengintrogasi Taehyung soal identitas pria itu. Tapi ia tidak pernah mengetahuinya. Entah mengapa aku tidak percaya dengan jawabannya yang satu itu. Mister X ini masih buron.
Dua minggu lagi Taehyung akan menghadapi pengadilan pembelaannya. Ia berharap bisa di ringankan hukumannya dengan alasana bahwa ia adalah seorang ayah yang ingin menafkahi putraku. Aku tidak tau apa yang ia pikirkan. Dia pikir hal itu akan membuatnya terbebas dari jeratan hukum yang terberat, yaitu kasus pemerkosaan.
Berkat mengusut tuntas perkara Jennie, aku jadi tau bahwa aku bukanlah satu-satunya korban Taehyung. Anehnya tidak ada satupun korban yang melaporkan hal tersebut setelahnya, mereka bahkan menyebut Taehyung terlalu tampan untuk menjadi pemerkosa. Setelah sekian lama, baru sekarang para wanita itu melaporkan setelah mendapatkan daftar korban Taehyung.
Taehyung yang berpura-pura menjadi gigolo telah memperkosa belasan wanita dengan cara di bius dan mengambil harta mereka. Obat bius yang sama yang Irene gunakan untuk membius kami. Di pengadilan, Taehyung membela diri bahwa korban wanitanya bersedia melakukannya atas suka sama suka. Dengan bukti yang kuat, bagiku dia akan sulit mendapatkan keringanan karena kasus itu.
***
Hari ini jadwalku mengintrogasi Taehyung kembali, berkaitan dengan identitas kaki tangan Irene.
Untuk sekalian kalinya aku harus berhadapan dengannya lagi. Kutarik nafas, ragu-ragu aku masuk ke ruang interogasi. Di dalam Taehyung menyambutku dengan senyum kotak idiotnya saat melihatku masuk.
Kubanting berkas tuntutan dan hasil penyidikan ke meja logam ke hadapan Taehyung, cukup untuk mengintimadisnya. Tapi dia malah menyeringai sambil menghembuskan asap rokoknya, menyepelekan tiap introgasi yang sudah berkali-kali kami lakukan.
"Aku sudah tidak mau mengatakan apapun lagi karena aku sudah cukup senang akhirnya dia mati juga. Bukankah itu balasan yang manis?" Tukasnya malas. Seharusnya aku yang merasa lelah harus menodongnya partanyaan yang sama. Mengaduk-ngaduk perasaan dukaku.
"Diam kau bajingan sialan! Kau sudah kalah Kim Taehyung dan kau sudah kehilangan kejantananmu saat menerima semua ganjarannya. Bisa kupastikan kau benar-benar membusuk disini. Bukankah itu balasan yang manis?" Kuutarakan itu sambil memandang remeh ke arah kemaluannya.
Penis yang telah di babat habis oleh Irene yang hanya menyisakan zakarnya saja. Menyedihkan dan ironi. Beruntung paramedis datang tepat waktu sebelum ia kehabisian darah. Jadinya dia bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Awalnya Taehyung hanya nyengir gemas sambil menggigit bibirinya. Kemudian wajahnya mengeras saat aku menyinggung soal kejantanannya. Taehyung mengulum bibirnya, membasahi bibir bawahnya sebelum membalas ucapanku.
"Yidam sayang, tunggu Ayah keluar dari penjara ya nak!" Serunya, lalu ia tertawa seperti kesetanan sampai tersedak setelah meneriaki kalimat itu. Melihat sikap gilanya membuatku geram.
Kugebrak meja hingga membuatnya tersentak.
"Kau pikir aku akan membiarkanmu keluar dari tempat ini setelah apa yang kau lakukan?" Tiap kali ia menyebut dan membahas Yidam emosiku langsung tersulut.
Taehyung mencondongkan tubuhnya hendak menantangku.
"Lihat saja nanti, jika aku sudah bebas aku akan merebut Yidam darimu. Akan kubesarkan dia dengan caraku" desisnya.
Aku benar-benar murka. Aku ingin menghajarnya sampai tersungkur. Kutebas saja wajahnya dengan tumpukan map file keras dan tebal sampai ia jatuh dengan kursi yang masih memborgol kakinya. Mulutnya berlumuran darah akibat pukulan keras di wajahnya. Taehyung maniak malah tertawa terkikik-kikik dengan tatapan kosong. Ia benar-benar sudah sinting.
"Kau pikir ini permainan? Kau mungkin bisa kabur dari Irene dengan cara licik dan licin seperti belut. Tapi kau tidak akan bisa lepas dari jeratan siksaku. Awalnya aku tidak tau harus berbuat apa saat mengetahui kaulah buronan yang aku cari selama ini. Karena aku memikirkan anakku yang malu memiliki Ayah penjahat sepertimu. Tapi sekarang aku sadar. Menyingkirkanmu adalah pilihan terbaik untuk kehidupan anakku."
Kurasa cukup hari ini untuk introgasi alotnya, aku semakin muak melihatnya Kutinggalkan ruangan introgasi, meninggalkannya yang masih tersungkur di lantai dalam keadaan terborgol dan mulut berdarah.
"Hei jangan pergi! Kau mau mendengar lagi kisah bagaimana aku merayu gadis-gadis korbanku. Aku tau kau bergairah mendengar itu. Kau mau aku menjilati vaginamu? Datanglah ke sel-ku, aku bisa melakukan itu dengan tangan terborgol"
Aku ingin kembali masuk ke dalam dan menghajarnya lagi. Bahkan suara tawanya masih terngiang-ngiang di kupingku sepanjang aku berjalan di koridor.
***
TAEHYUNG POV : In Daegu Prison.
PAYAH, hari ini adalah hari pertamaku di lapas. Aku baru menjalani 12 jam hidupku di tralis besi. Sangat kejam, kasur sekeras karung terigu, bau pesing dimana-mana dan lebih dingin dari yang aku bayangkan. Setidaknya, aku bisa makan gratis disini, 3 kali sehari dengan menu yang dimasak oleh juru masak yang sangat-sangat tidak memperhatikan higenitas. Untung masih ada buah-buahan, walau nyaris busuk. Aku bahkan yakin, bahan-bahan makananya mungkin hampir kadaluarsa.
Aku kembali ke sel-ku dan masih merasa lapar. Karena aku masih lapar, aku meminum air dari keran di sel-ku banyak-banyak. Bukan air untuk di minum, masa bodo, kutenggak terus air ini sampai kembung.
Tiba-tiba 3 orang napi berbadan besar menyeruduk masuk ke sel-ku. Aku hanya mengenali Lucas dan Mingyu napi paling tenar di blok sel-ku. Lalu satu orang lagi yang sama tinggi, berkuping aneh dan aku belum pernah melihatnya sama sekali.
"Ini dia pemerkosa tak tahu malu itu" ujar Lucas seperti sambutan untuk pentas.
"Mau apa kalian dan siapa kau?" Tanyaku ke wajah asing itu.
"Aku Chanyeol alias Loey"
Nama samaran yang aneh. Seaeneh kupingnya. Mendengar namanya membuatku ingin tertawa.
Chanyeol menepuk-nepuk pipiku dua kali dan meramas bahuku. Aku punya firasat buruk soal ini. Kemana para sipir? Kenapa tidak ada yang jaga disini?
"Kami kemari mau memberi pelajaran padamu, anak baru. Kami semua disini tidak pernah menyukai pemerkosa. Jika ada yang masuk ke penjara ini, aku pastikan dia tidak akan bertahan lama disini. Hanya ada satu pilihan yaitu mati. Sudah pasti itu akan datang sangat cepat sebelum sidang pembelaanmu datang. Tidak akan kami biarkan predator sepertimu berkeliaran di muka bumi ini lagi." Chanyeol berbicara seperti berdesis di kupingku. Ancamannya terasa nyelekit sampai ulu hatiku mulas. Seolah-olah ia baru saja memukul perutku.
"Aku akan memberitahumu satu hal yang paling tragis yang akan terjadi pada seorang pemerkosa sepertimu ialah para gay. Kau tau apa yang akan mereka lakukan padamu? Merekan akan melukaimu, membolongi tubuhmu dan menyodomi setiap luka bolong di tubuhmu sampai kau sekarat" lanjut Chanyeol dan seketika aku merasa nyaliku luluh lantak mendengar ancaman-ancaman itu. Apakah aku secara tragis akan mati disini?
"Nyawa seorang pemerkosa tidak ada harganya bagi kami disini. Alasan apapun yang kau utarakan tidak bisa di maafkan. Pemerkosa adalah manusia keji, tidak berperasaan dan hanya budak nafsu. Kau pasti akan di neraka dan kami akan memberikan tiket akhiratmu disini" balas Lucas yang menambah kegusaranku.
"Dengar ya anak baru. Kebanyakan dari kami masuk penjara demi memperjuangan hidup yang layak untuk putri kami, istri, ibu, tante atau nenek kami. Walau kami kriminal, pencuri atau tidak terpelajar. Kami melakukan itu semua demi seseorang yang kami sebut wanita, wanita yang kami sayangi dan hormati sepenuh hati. Jadi laki-laki sepertimu, tidak pantas disini, dimanapun di muka bumi ini" kali ini Mingyu yang bicara. Jadi bisa kusimpulkan mereka adalah pejuang feminist.
Jujur aku merasa ciut, bukan karena mereka berbadan besar yang mungkin saja menghajarku setelah ini. Tapi aku gentar mendengar ancaman-ancaman itu. Aku bahkan belum punya teman atau siapapun yang memihakku.
"Guys, lebih baik kita langsung telanjangi saja dia dan bawa ke bangsal para gay." Perintah Chanyeol tidak sabar dengan suaranya yang menggelegar.
Lucas dan Mingyu mendorongke sudut ruangan, mulai menarik-narik bajuku.
"Tidak lepaskan aku brengsek!" Aku berusaha mengelak, memberontak sekuat tenaga. Tapi tubuh mereka setinggi 6 kaki melebihi tinggi tubuhku.
Mereka tidak menyerah melucuti bajuku, selanjutnya sudah pasti mereka akan melakukannya dengan cara kekerasan. Chanyeol, Lucas dan Mingyu memukuliku, wajah, dada, perut, punggung, rusuk. Semua bagian di tubuhku merasakan bogem mentah mereka, memukul dan menendangku sekuat tenaga.
Tidak ada tempat berlindung, aku adalah sasaran empuk para feminisit pendendam yang berkeliaran. Seluruh tubuhku terasa nyeri, dadaku sesak sampai sulit bernafas. Mulutku terasa seperti berkarat karena di penuhi darah.
Aku sudah babak belur dan lemah. Saat aku sudah terkapar mereka bertiga melucuti pakaian tahanan yang aku kenakan. Aku sempat meronta sampai helaian terakhir di buka. 3 lawan 1 jelas kalah telak.
Lucas dan Mingyu memaksaku berdiri dengan memegangi kedua tanganku.
"Tunggu, apa yang terjadi dengan kemaluanmu?" Chanyeol mengernyit menatap kemaluanku dan ini adalah hal yang peling menyesakkan bagiku.
Mungkin Amber benar, aku sudah kehilangan kejantanan, dan rasanya aku mau menangis karena malu.
"Kau sudah dikebiri atas perbuatanmu?" Nada Lucas seperti kasihan padaku. Mereka bertiga terperangah.
"Heh Chanyeol, Mingyu, Lucas minggir kalian! Dia bagianku. Tinggalkan kami, aku ada urusan dengannya"
Pandanganku yang kabur sulit melihat ke sosok baju orange yang masuk ke sel-ku. Wajah asing lainnya, sama tinggi, berwajah asimetris dan berkulit pucat. Ekspresinya menyiratkan berbagai hal, seperti ia adalah rantai makanan teratas di penjara ini. Tampangnya bengis.
Chanyeol, Lucas dan Mingyu langsung mundur teratur dan meninggalkan sel-ku. Aku memungut pakaianku saat pria asing itu mendekatiku.
"Hai Taehyung, senang sekali bisa bertemu denganmu disini"
Aku kaget ia mengenali namaku. Apa aku setenar itu? Apa aku incaran semua napi bengis disini? Kupakai lagi bajuku dan celanaku. Ia menatap ke arah kemaluanku saat aku mengenakan celana dan ia menyeringai.
"Jadi itu yang ia lakukan padamu? Akhirnya kau mendapatkan ganjaran atas apa yang telah kau lakukan pada gadisku"
"Gadismu?" Desusku parau.
Apa maksudnya 'gadisku'? Apa dia salah satu kekasih atau suami dari para korban yang aku perkosa?
"Berkali-kali aku ingin menghabisimu setiap mendenger cerita Irene bagaimana perlakuanmu padanya."
Seketika aku merasa sangat kecil dan tak berdaya saat ia menyebut nama Irene. Rasanya jantung dan otakku menciut, rasa sakit pada memarku juga tidak ada apa-apanya dibanding mendengar nama Irene meluncur dari mulut orang ini. Aku tidak bisa berpikir dan bernafas dengan teratur. Aku cuma mau berteriak minta tolong kepada siapapun aku mohon tolong aku. Aku tidak sanggup melawan orang ini.
"K...kau" aku tergagap-gagap, berkali-kali rasanya seperti tersedak.
"Yeah. Irene adalah cinta pertamaku, cinta sejatiku. Perempuan pertama yang aku tiduri saat kami baru berusia 10 tahun. Lawan bercintaku selama kami berada di RSJ. Kenangan indahku selama di rumah sakit jiwa"
"Kau laki-laki gila yang membawa kabur Irene?"
"Yeah, aku Sehun, kau pasti pernah mendengar namaku dari Irene"
Nafasku bergetar. Aku takut, sangat, sangat takut. Rasanya aku mau mati saja detik ini, kenapa Chanyeol dan komplotannya tidak menghabisiku saja tadi.
"Irene sudah mengatakan padaku, jika kau masuk penjara, itu artinya Irene sudah tiada. Sebagai pembalasanku atas kematiannya. Aku akan membalasnya disini."
Walau Irene hanya pernah menyebutnya sekali, tapi rasanya aku benar-benar mengenalnya. Sehun, seseorang yang sudah mempengaruhi otak Irene menjadi mesin pembunuh.
Aku sudah punya firasat jika aku masuk penjara maka keamanan putraku akan terancam. Selama ini aku tutup mulut, tidak pernah menginfokan atau menyebut nama Sehun saat di introgasi. Itu semata-mata aku melindungi Amber, melindungi putraku dari incarannya. Aku tidak mau sampai Amber berurusan dengan pembunuh berdarah dingin ini.
Ternyata aku salah, aku benar-benar salah menyimpan ini semua. Aku tidak menyangka Sehun masuk ke penjara yang sama denganku. Apa dia sengaja masuk kesini hanya untuk mengincarku?
"Kau harus tau bahwa aku sangat mencintainya. Tapi dia tidak pernah membalas cintaku, dia tidak pernah mencintaiku seperti dia mencintaimu. Berkali-kali aku ingin menghabisimu tapi dia melindungimu. Terakhir aku bertemu dengannya saat aku menjemputnya pulang dari rumah sakit."
Aku mengerutkan dahi saat mengingat momen yang ia ceritakan. Aku sama sekali tidak tau jika Irene pernah masuk rumah sakit dan, Sehun menjemputnya.
Sehun yang dapat membaca ketidakpahamanku, mendengus remeh.
"Hm.... Itu setelah kau memukuli dan mengusirnya dari rumah. Biar aku ceritakan ke bagian terindahnya. Lagian, kau tidak pernah benar- benar mencintainya, tidak seperti cintaku padanya yang suci. Kurasa aku pantas-pantas saja mengatakan ini"
Sehun merangkulku dan aku langsung mulas. Sentuhannya membuatku merinding.
"Aku telah bercinta dengannya sangat sering, sangat sering sampai kau tidak akan bisa membayangkannya. Sampai ia bertemu denganmu, menurutnya aku tidak sebaik dirimu dalam sex. Maka dia meninggalkanku untuk memilih pria bejat sepertimu. Aku selalu mengadu padanya soal apa yang kau lakukan di belakangnya. Dia tidak peduli, dia malah balik menghinaku, merendahkanku, di panggil aku gila dan payah. Tapi aku tetap mencintainya dan ia tetap kembali padaku setiap kau mengecewakannya,
"Saat kau sibuk bercinta dengan banyak wanita di luar sana, aku yang memuaskan hasratnya. Walau dia lebih sering bersamamu, tapi aku yang lebih sering bercinta dengannya dibanding kau. Aku ingin dia mengandung anakku agar aku bisa merawatnya, memiliki keluarga bersama yang indah dan aku impikan sejak pertama aku bertemu dengannya. Tapi dia malah punya rencana lain. Menggunakan janin itu sebagai alasan agar kau tidak meninggalkannya."
Semuanya menjadi jelas sekarang. Irene berselingkuh dariku dan dia tidak pernah hamil anakku? Jika aku tau itu bukan anakku, aku tidak akan memukulinya. Mungkin aku tidak berakhir disini, bertemu dengan Sehun yang mengkonfrontasiku.
"Yeah Taehyung, aku yang membuatnya hamil, bukan kau. Tapi Irene berharap itu anakmu, mengharapkannya seperti sebuah obsesi. Intinya adalah kau telah membunuh dua hal yang paling aku cintai"
"Kau mau membunuhku, silakan, bunuh saja aku" apalagi artinya nyawaku. Sekarang aku nanti, aku pasti akan mati di tangannya. Lagipula hidupku tidak berguna lagi. Aku cuma pria tanpa penis yang menyedihkan.
"Tidak Kim Taehyung, aku lebih suka rencana yang mereka buat. Mungkin aku akan campur tangan sedikit, setidaknya membuatmu memohon padaku untuk menghabisimu. Selamat tinggal Taehyung. Kau tidak akan pernah melihatku lagi.
Sehun melenggang keluar dari sel-ku dengan langkah santai. Dan itulah malaikat pencabut nyawaku.
***
Saat sipir lengah, setiap hari aku di hajar oleh bandit-bandit di penjara ini. Di sel, di lapangan gym, di kantin, di pemandian. Tapi itu bukan bagian terburuknya. Di minggu pertama selain di hajar, mereka membiarkanku kelaparan, melempariku dengan kotoran, meludahiku, mengencingiku dan mamasukan kepalaku ke lubang WC. Tidurku juga tidak pernah nyenyak, rasa putus asa selalu melandaku. Hari-hari yang kujalani sebelum sidang pembelaan sangat berat. Aku sudah tidak sanggup. Aku ingin sidangku di percepat. Aku butuh pertolongan.
Setiap ada waktu, aku mencuri peluang untung menelpon Amber tapi dia tidak pernah menjawabnya. Aku juga mengirim pesan yang aku tulis di pembungkus permen dan aku berikan ke sipir, memohon agar memberikannya ke Amber atau bagian kantor penyidikan. Tentu ia mengabaikan surat dariku.
Aku minta pada ketua sipir untuk jadwal introgasi atau pertemuan dengan Amber namun tidak ada yang mengindahkanku. Aku coba memberikannya surat lagi kali ini langsung ke intinya bahwa aku telah menemukan buronan yang di cari-cari. Aku menunggu tiap detik penyiksaanku, merasakan tiap detik rasanya aku akan mati.
Yang paling mengerikan pada akhirnya menimpaku. Aku di telanjangi lagi, kali ini di pemandian para gay. Salah satu dari mereka yang bernama Yoongi menyiksaku dengan sangat keji. Ia menyodok anusku dengan gagang pel, ia ulangi berkali-kali, ia dorong lebih dalam ke bagian yang sepertinya nyaris ke usus besarku.
Aku masih beruntung tidak mati, sipir menghentikan perbuatannya. Tentu Yonngi mengancamku akan melakukannya kembali besok.
Seharian aku merasakan sakit luar biasa di rektumku. Pendarahan tiada henti, menodai ranjangku. Semalaman aku duduk di toilet sel-ku karena darah tidak juga berhenti dan kesulitan duduk sambil menangisi segala yang menimpaku disini.
Amber kau kemana? Aku sudah sanggup lagi menjalani detik-detik hukumanku selama Sehun masih disini.
***
AMBER POV : In the Morning
A
ku mendapatkan salinan rekaman CCTV rumah lama Irene. Rekaman ini sudah di hapus oleh Irene dan ia hancurkan. Namun ahli enskrpsi kami akhirnya dapat memulihkan rekaman secara penuh. Jelas video ini di pasang sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan Taehyung. Tujuannya untuk mengawasi apa yang Taehyung lakukan pastinya. Rekaman saat aku kesana pun terekam, termasuk saat Taehyung datang membawa mobil curian milik Jennie, sebelum ia jual. dari situlah Irene mengetahui identitasku dan Irene.
Tapi dari mana Irene bisa mendapatkan identitasku, Krystal dan Jennie. Sudah pasti seseorang membantunya. Seseorang yang memiliki koneksi sangat luas, ahli teknologi dan mata-mata yang handal.
"Amber, salah satu napi bernama Taehyung terus memberikanmu sampah ini" Jungkook meletakan 2 sampah bungkus permen karet ke mejaku.
Aku ingin mengabaikan ini seperti aku mengabaikan telepon darinya yang menelponku dari lapas. Tapi ini agak aneh. Kenapa ia sampai menulis catatan ini. Kelihatannya sangat penting dan mendesak, aku jadi takut membacanya.
"Siapa yang memberkanmu ini?"
"Sipir Jaehyun"
Dia adalah sipir yang sering berjaga di blok sel Taehyung.
"Aku akan mengeceknya setelah menyeleseaikan pekerjaanku" kataku dan Junkook keluar ruangan, membiarkanku melanjutkan pekerjaanku.
Aku tidak henti-hentinya menatap sampah di meja, mengganggu pengamatanku pada video yang sedang aku selidiki. Karena penasaran, aku membaca surat-surat itu.
Amber, boleh aku minta sesuatu padamu. Aku minta persidangan pembelaanku di percepat minggu ini. Kumohon.
Di surat pertama dia terlihat sesuatu sedang mendesaknya. Kubuka bungkus permen yang satunya.
Amber aku bohong selama ini. Kumohon Amber tolong aku! Tolong aku! Aku telah bertemu kaki tangan Irene disini. Dia bernama Sehun. Aku tidak tau lagi dengan siapa aku minta tolong. Tidak ada yang mendengarkanku.
PS: Aku menyayangi Yidam, jaga anak kita baik-baik. jangan buat ia lupakan aku.
Isi pesan kedua sangat terlihat putus asa. Aku memang berharap dia menderita. Tapi jika memang kaki tangan Irene berada di penjara ini dan mengincarnya. Taehyung mungkin tidak akan bisa bertahan sampai sidang. pembelaannya.
Mataku terpaku pada layar yang menunjukan sosok pria yang sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat. Pria yang kelihatannya cukup intim dengan Irene, bahkan mereka berciuman.
Kutekan pause, membesarkan gambar dan memperbaiki resolusinya. Lakukan pemindaian wajah untuk mencari identitas. Hingga muncul satu nama yang paling aku takutkan.
Oh Sehun, kejahatan peretasan dengan riwayat gangguan jiwa dan telah di ektradisi ke penjara ini kemarin.
Menyadari itu, cuma satu yang aku pikirkan. Aku harus menyelamatkan Taehyung.
Aku berlari, melewati beberapa penjaga yang meneriakiku untuk izin dulu. Aku tidak peduli dan terus berlari.
Bunyi bel makan siang berbunyi, waktunya para napi makan siang. Setiap aku berlari pintu sel terbuka, mengizinkan mereka ke kantin untuk menyantap makan siang mereka.
Aku tiba di blok sel Taehyung. Aku sangat hapal nomor sel yang ia tempati dan kulihat orang-orang mengerubung menatap sel kamar Taehyung yang terbuka. Ia tidak keluar, tapi orang-orang menatap ke dalam sel.
Takut-takut aku mendekati selnya, menyalip diantara orang-orang yang juga penasaran ingin melihat. Saat aku tiba di depan selnya. Pemandangan mengerikan di hadapanku, disana Taehyung tergantung dengan seprei dalam keadaan telanjang. Dia sudah membiru terbujur kaku, mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya, tubuhnya berputar sampai matanya yang terbuka seperti menatapku.
Orang-orang di sekitarku hanya membicarakan soal kemaluannya yang hilang, tidak ada satupun di antara mereka yang berduka atau menghormati kematiannya. Aku bisa merasakan ada banyak orang yang membencinya.
Secepat mungkin aku berlari dari sana. Aku berlari melewati tiap orang, menubruk sana sini. Terus berlari sampai keluar lapas, menuju hutan di seberang lapas hingga tak terasa aku sampai ke dalam hutan.
Sambil berlari, berbagai kelebatan memori, segalanya yang pernah kami lewati, pertemuan kami saat SMA, saat ia merayuku sampai terjadi pemerkosaan, momen pahit yang aku alami tiap bertemu dengannya muncul di kepalaku seperti proyektor tua.
Kakiku sudah lelah berlari, aku berhenti dan bersandar di pohon besar. Membayangkan kembali apa yang menimpanya. Merasa sangat menyesal.
Aku seharusnya tidak mengabaikannya, aku seharusnya lebih sabar menghadapi setiap introgasinya. Penyesalan membuatku berteriak sekeras-kerasnya, teriakanku menggema ke seluruh penjuru hutan mengirimkan kepiluanku, membuat burung-burung mengepak sayap panik.
"Taehyung maafkan aku.... maafkan aku...." terisak-isak aku menyebut namanya.
Aku memang tidak pernah mencintainya, tidak ada hal manis yang aku miliki dengannya. Namun sampai kapanpun dia adalah Ayah dari anakku.