Chereads / Gotham Daegu / Chapter 6 - G For Grudge

Chapter 6 - G For Grudge

NOTE : Hati-hati dengan adegan yang tidak nyaman untuk di baca.

Irene POV

Aku kembali ke mobilku, memaki, mamukul-mukul setir mobil dengan emosi membara.

"Brengsek! Taehyung brengsek! Kau berani menamparku di depan umum! Dan siapa wanita itu? Berani-beraninya dia merebut Taehyung dari sisiku? Lihat saja nanti! Jika aku sudah tau siapa perempuan itu. Akan kuhancurkan hidupnya"

Kupacu laju mobilku hingga mencapai lebih dari 80 Km/Jam. Sesampaiku di rumah, aku melempar dan membanting barang-barang dengan perasaan murka luar biasa.

Kuingat-ingat lagi wajah perempuan yang Taehyung gandeng dan rangkul mesra tadi. Tiap kali kuingat itu, seketika emosiku memuncak lagi, kulempar vas bunga ke TV sampai kedua benda itu pecah.

Aku harus tenang, aku harus tenang agar semua rencana pembalasan dapat berjalan dengan baik. Sangat terpaksa aku mengingat-ingat kembali momen pahit tadi sambil berusaha menekan amarahku.

Tadi Taehyung memanggil perempuan itu dengan pangglan Krystal? Apa itu nama asli dari wanita itu Dia tampaknya seperti wanita karir yang sukses. Bisa di lihat dari setelan dan mobil Mercedes Benz putih keluaran terbaru.

Tunggu dulu, aku merasa deja vu soal ini. Mobil Mercedes berwarna putih dan bernama Krystal? Apakah ini Krystal yang menolongku di malam nahas itu? Tragedi 5 bulan yang lalu. Tragedi mengenaskan yang nyaris merenggut nyawaku.

# FLASHBACK (5 MONTHS AGO) #

Aku tidak tau apa yang terjadi padanya. Biasanya dia tidak seperti ini. Tadi saat aku baru tiba di rumah, aku mendapati wajahnya memar dan mabuk-mabukan di siang bolong. Aku tanya apa yang terjadi dia malah  memaksaku untuk melayani nafsunya.

"Pelan-pelan sayang, kau akan menyakiti anak kita" ucapku mendesah lirih saat ia menghentak kasar pinggulnya sampai menggesek keras perutku.

Pernyataanku mendadak membuatnya menghentikan hunjamannya. Bisa kurasakan keterkejutannya.

"Anak kita? Kau hamil" Tanyanya dingin.

"Yeah, aku tadi baru pulang dari dokter untuk mengeceknya. Aku hamil 12 minggu sayang, kau akan menjadi ayah" ujarku sambil mengusap-usap pipinya penuh cinta.

Mendengar kabar kehamilanku wajahnya langsung berubah mengeras. Aku tersentak saat ia mencabut penisnya dengan kasar. Taehyung bangkit dan langsung mengenakan celananya lagi.

"Kau senang kan mendengarnya? Kau dan aku akan menjadi keluarga yang sempurna", bisikku lembut di dagunya sambil meraba dada telanjangnya.

Taehyung bergegas berdiri mengabaikanku dan beralih ke kamar mandi. Aku memungut celana dalam serta lengerie kimonoku, memakanya dan menyusulnya.

Di kamar mandi Taehyung membuka laci dan kotak obat untuk mencari sesuatu, menghambur - hamburkan isinya sampai ia menemukan barang yang ia cari. Di tangannya kini kotak pil KB yang tidak aku sentuh sama sekali dalam beberapa bulan terakhir.

"Apa ini? Kau tidak meminumnya sama sekali? Kau menjebakku?" Taehyung melayang-layankan bungkusan pil itu ke hapadanku lalu melemparnya ke wajahku.

"Aku cuma tidak mau berpisah denganmu"

Ia mendoring kasar tubuhku ke dinding hingga rasanya udara tersentak keluar dari paru-paruku.

"Dasar perempuan gila, kau menggunakan janin itu untuk alasan agar aku tidak meninggalkanmu!"

"Taehyung aku sangat mencintaimu, aku mau lakukan apapun agar kita bisa terus bersama"

Ia tertawa mengejek mendengar celotehanku, seringai jahatnya membuatku mulas.

"Melihatmu seperti ini aku semakin ingin pergi darimu. Dan ingat satu hal. Aku tidak peduli dengan janin itu dan aku akan tetap meninggalkanmu jika kau terus mempertahankan janin itu"

Tidak, aku tidak mau kehilangannya. Taehyung adalah hidupku. Aku harus bisa meyakinkannya.

"Tae, aku janji tidak akan merepotkanmu" pintaku meyakinkannya sambil membuntutinya yang berlalu ke ruang tengah.

Taehyung menyulut rokok, menghisapnya dan menghembuskannya melalui hidung.

"Dengar aku sialan. Aku tidak mau anak itu pokoknya gugurkan atau aku akan meninggalkanmu detik ini juga" ancamnya penuh amarah.

"Gak, aku gak mau! Aku menginginkan ini, aku akan mempertahankannya. Kalau kau tidak mau anak ini tidak apa-apa. Tapi aku mohon izinkan aku merawatnya." Pintaku memohon.

"Cih, aku tidak mau punya anak dari perempuan gila sepertimu!"

"Taehyung aku mohon izinkan aku merawat anak ini Karena aku sayang padanya"

"Kau sayang padanya? Kau lebih sayang padanya ketimbang aku?"

"Dia anakku, anak kita"

Taehyung mencengkram kasar lenganku lalu menyundut kulit lenganku dengan rokoknya. Rasa terbakar membuatku meringis kesakitan.

"Ah, Sakit Tae. Sakit" sekuat tenaga aku meronta agar ia melepaskan sulutan rokoknya di kulitku.

"Jangan katakan anak kita karena aku tidak pernah menginginkannya! Lagipula siapa yang pertama kali mengejarku, siapa yang pertama kali rela mengangkang untukku. Dari awal aku sudah bilang padamu bahwa aku tidak pernah janjiin apa-apa untukmu dan sekarang kau hamil? Jika kau lebih memilih anak itu lebih baik aku pergi dari sini dan jangan pernah mencariku" Taehyung melepaskan cengkeramannya dan mematikan rokoknya ke asbak.

"Taehyung aku mohon jangan pergi! Jangan pergi! Aku mencintaimu" kupeluk ia namun Taehyung menepis tanganku dan mendorongku.

"Aku tidak peduli. Jika kau memang mencintaiku cepat aku antarkan kau ke klinik aborsi. Kita selesaikan keinginan omong kosongmu itu"

Rasa sakit menusuk hatiku mendengar ia menolak kehamilanku, menolak bersamaku. Aku sudah terbiasa ia sakiti, tapi kali ini rasanya luar biasa.

"Enggak, lepasin! Aku gak mau kesana" tangisanku tak menimbulkan rasa iba sedikitpun di hati Taehyung, ia malah menyeretku, memaksaku untuk ikut dengannya sampai kimonoku sobek karena tarikannya.

"Ayo ikut!"

"Tidak mau!" Jeritku dan menumbuk bagian pipinya yang lunak dengan kepalan tanganku.

Taehyung terkejut menyadari aku berani melawannya. Aku spontan saja memukulnya, mungkin ini yang namanya sikap naluri keibuan.

"Berani kau memukulku, dasar cewek gila" dengan keras Taehyung melayangkan tinju di pelipis dekat mataku.

"Rasakan itu jika kau membantahku, sekarang ayo ikut"

"Tidak mau lepaskan aku!" Erangku sembari memegangi bagian yang berdenyut-denyut nyeri.

"Ayo ikut!" Tamparan keras mendarat sekali di tempat yang sama membuat telingaku berdengung,

"Tidak mau! Tidak mau!" Aku mendorongnya dan mundur menjauh darinya.

"Oh, baiklah jika kau tidak mau. Kau lebih memilih ingin di hajar olehku? Iya? Hmm?"

Taehyung menghampiriku penuh ancaman seakan ingin membunuhku. Jantungku berdebar ketakutan melihatnya seperti itu.

"Kau tau apa yang bisa aku lakukan padamu? Kepalan tanganku bisa melukai wajah cantikmu dan aku tidak akan segan"

"Kumohon Taehyung jangan sakiti aku!" Taehyung menggubris permohonanku dan mulai memukulku dengan tinjunya.

Ia memukul rahangku sampai kepalaku terpental ke samping, aku meronta berusaha menjauh darinya sambil melindungi wajah dengan kedua tangan.

"Taehyung kumohon hentikan, biarakan anak ini hidup", Denyut-denyut terasa nyeri di rahangku tiap kali aku berbicara.

"Diam perempuan sialan!" Makinya tanpa perasaan.

Taehyung memukulku lagi nyaris membuatku tersungkur dan terus melayangkan tinju dengan kekuatan yang sama. Aku cuma bisa mengerang kesakitan dan nyaris tak sadarkan diri.

Bisa kurasakan cairan asin merembes ke dalam mulutku. Mulutku mengeluarkan darah yang sangat banyak, bibirku terasa perih, sepertinya bibirku sobek.

Karena aku sudah sangat limbung aku pun terjatuh dan terlalu pusing untuk bangkit kembali. Aku mengerang, berusaha mengangkat kepalaku. Aku harus bangkit, aku tidak boleh jatuh, Aku tidak boleh jatuh atau Taehyung akan menendang perutku, anakku.

Sekuat tenaga aku bangkit, kemudian terjadilah apa yang aku takutkan. Ia menendangku tepat di perut. Seketika aku merasa mual di balik rasa nyeri yang seperti merobek paksa perutku.

"Taehyung ampun" pintaku pilu sambil memegangi perutku. "kumohon ampun.... ampun"

Taehyung mengabaikan rengekanku dan kembali menghajar wajahku. Aku menerima pukulannya yang tak terelakan lagi. Pukulan demi pukulan aku terima, pukalan kuat yang rasanya ia ingin menghabisiku.

"Aku tidak akan berhenti, aku akan terus menghajarmu, aku akan terus menghajarmu sampai anak itu mati"

Taehyung mengayunkan tinjunya lagi dan rasa sakit langsung menjalari rahangku, merambat ke penjuru wajah dan membuat pandanganku mulai gelap. Telingaku terus berdenging dan ruangan kelihatan seperti bergoyang-goyang.

Aku terlalu limbung untuk melakukan apa pun kecuali menjauh darinya namun ia bergerak cepat ke arahku dan memukulku lagi keras-keras. Tinjunya seperti memaksa udara keluar lagi dari setiap nafas yang ku hirup, membuatku terbatuk-batuk.

"Taehyung ampun, tolong hentikan... hentikan.. sakit Taehyung... sakit"

Sambil terhuyung aku merangkak berusaha mengindar darinya. Namun Taehyung menangkap kakiku dan menariknya sehingga aku jatuh dan mulutku membentur lantai.

Ia menjambak rambutku dan menarikku hingga aku berdiri. Aku mengulurkan tangan kebelakang, mencengkeram pergelangan tangannya di kepalaku, tapi Taehyung terlalu kuat dan ia membenturkan wajahku ke pintu sekali. Rasa sakitnya membuat pandanganku gelap. Tak sadar aku sudah di lantai berbaring lemah.

Aku tetap berbaring di lantai karena ruangan ini berputar terlalu keras. Taehyung berdiri menatapku dari atas kepalaku, aku menatapnya yang berputar-putar di atasku, lalu aku memejamkan mata untuk menjernihkan pandanganku kembali.

Ketika membuka mata, Taehyung menarik tanganku, menyeretku menuju pintu lalu memaksaku bangkit. Ia membuka pintu dan mendorongku sampai terjerambah di tanah.

"Pergi kau dari sini! Jika kau masih tidak pergi, aku benar-benar akan menghabisimu dengan tanganku!" Berangnya dan langsung membanting pintu keras-keras.

Aku berbaring lemah di tanah sambil memegangi dan merasakan sakit di perutku akibat tendangannya tadi. Kutatap langit malam yang gelap tak berbintang. Bahkan bulan pun tertutup awan. Aku memohon pada Tuhan untuk mati saja. Tapi aku harus kuat, aku harus mempertahankan janinku.

Terbatuk-batuk aku berusaha bangkit, aku tersedak darah yang memenuhi mulutku. Kuludahi gumpalan darah di mulutku ke tanah. Aku coba merangkak menuju pintu, menggedor-gedor pintu berkali-kali agar Taehyung membiarkanku masuk.

Aku bertahan nyaris sejam di depan rumahku sendiri, berharap belas kasih darinya, menunggunya dengan keadaan nyaris sekarat. Sampai hujan mendadak turun sangat deras. Jelas ia tidak pemperdulikan aku dan aku bingung harus berlindung dimana.

Mungkin aku bisa coba masuk dari pintu samping yang tidak terkunci. Terhuyung-huyung aku coba berdiri, sambil merambat aku berjalan ke samping pintu rumahku.

Dengan mudah Aku berhasil membuka pintu. Tiba-tiba di waktu bersamaan Taehyung datang mendorongku mundur. Aku berusaha melawan dengan memeluk daun pintu. Sayangnya aku cukup lemah untuk melawannya dan ia mendorong pintu dengan paksa,  yang dimana tanganku masih memeluk daun pintu untuk menahannya. Ia membanting pintu sebanyak 3 kali dengan keras, sampai peganganku terlepas dari daun pintu.

Aku menjerit kesakitan merasakan lenganku terjepit daun pintu berkali-kali. Kali ini sakitnya berbeda dari bagian wajah atau perutku. Bukan seperti sakit kena pukul, tapi lebih mirip sakit saat ada anggota tubuh yang patah. Lenganku rasanya seperti retak ditambah lagi pandanganku masih di penuhi berbagai warna, biru, hijau, merah.

Aku terus menjerit menahan sakit lenganku yang remuk. Berharap pertolongan dari siapapun yang mendengar. Tapi di keadaan hujan begini dan posisi rumahku di atas bukit, tidak akan ada yang mendengarku. Hanya gemuruh dan petir yang menyahutku.

Aku harus mencari tempat berlindung. Lebih baik Aku menumpang di rumah temanku dulu.

Aku berjalan sepanjang jalan trotoar di tengah hujan bertelanjang kaki dan berpakaian terbuka. Suasan sepi nyaris menjelang pagi. Kedinginan, babak belur dan perutku terasa nyeri sekali. Berkali-kali aku menghentikan langkahku yang tertatih-tatih dan nafas tersengal menahan sakitnya sekujur tubuhku, terutama perutku, sakitnya melebihi wajah memarku.

"Shh....bertahanlah nak, kumohon bertahanlah. Mama sayang padamu, jangan tinggalkan mama" kataku meringis, bicara sendiri pada janinku yang berada di rahimku, janin hasil cintanya dengan Kim Taehyung, kekasiku, ayah dari anak ini, laki-laki biadab yang aku cintai.

Mendadak aku merasa perutku seperti di tendang lagi, kali ini lebih sakit, sakitnya terasa sampai ke bagian organ intim dan rektumku. Aku sampai oleng saking sakitnya. Aku berhenti sejenak, berpegangan pada tiang lampu jalan. Kulihat darah yang merembes keluar mengaliri paha ke kakiku.

"Tidak! Tidak nak mama mohon jangan menyerah jangan tinggalkan mama"

Aku harus minta tolong kepada siapapun yang lewat. Tapi jalanan terlalu sepi. Selama aku berjalan pun mobil yang berlalu lalang bisa dihitung dengan jari dan tidak ada satupun mereka memperdulikanku.

"Aku harus kuat-aku harus kuat" gumamku sambil berpegangan pada tiang lampu, menunggu kendaraan yang lewat untuk minta pertolongan.

Dari kejauhan kulihat lampu mobil menyorot tajam di tengah hujan. Aku menyebrang jalan, sekuat tenaga sampai tengah jalan raya namun mobil itu semakin cepat melaju ke arahku. Mobil itu tidak juga berhenti.

Aku terlalu kaget untuk merasakan sakit, yang kulihat hanya warna putih disekitarku yang memudar, sebuah cahaya putih yang bersinar benderang. Apa aku sudah di surga?

Saat aku tersadar cahaya benderang itu berlanjut. Aku berusaha membuka mata satu persatu, mata kananku tetap tertutup seakan-akan dilapisi lem. Aku melirik dengan sebelah mataku yang terbuka. Di sebelahku sudah ada dua dokter perempuan dan satu polwan yang berdiri menatapku.

Tertatih-tatih aku berusaha duduk bersandar di ranjang sampai salah satu dokter membantuku bersandar pada bantalan penyanggah. Seketika Aku langsung merasakan nyeri yang hebat dari memar-memar dan patah lengan yang aku dapatkan.

Dokter menjelaskan hasil MRI scan dan berbagai pengecekan. Aku mendapatkan perawatan di wajah babak belurku. Bagian dalam pipiku sobek dan mendapatkan jahitan disana. Kemudian jahitan kecil dari luka sobek di sekitar bibir, kening, pipi dan pelipisku. Lalu tulang lenganku remuk dan dokter bilang dalam 2-3 bulan tulang lenganku akan sembuh total.

Akibat luka-luka di mulutku untuk beberapa minggu ke depan aku hanya di perbolehkan memakan makanan cair dan lembek dan juga selama dua bulan aku harus mengonsimsi obat penahan rasa sakit sampai lenganku sembuh total. Yang paling menyedihkan, aku kehilangan janinku, perasaan terluka sampai menyayat hatiku mendengar janin itu tidak kuat bertahan. Luka yang tak akan pernah bisa di obati seumur hidupku.

Terakhir dokter memberiku selembar kartu nama, menginformasikan identitas wanita yang menolongku. Beserta data lengkapnya yang terdata di informasi paramedis.

Setelah dokter dan polisi keluar dari kamarku. Aku beralih ke toilet untuk membersihkan diri dan berganti pakaian bersiap-siap pulang. Kuambil pakaianku, pakaian yang sama aku kenakan dua hari yang lalu dan jaket rumah sakit.

Kulepaskan jubah pasien perlahan-lahan karena lengan ini membuatku tidak begitu leluasa bergerak banyak. Aku menatap cermin melihat tubuhku yang kini di penuhi memar dan lebam. Aku tak tahan melihat pantulan diriku; bagian bawah mata kananku menghitam, sudut bibir bawahku sobek, dan rahang yang memar.  Memarku sekarang berwarna ungu kebiruan. Sekilas warna-warna lebam itu membuatku agak ngeri, melihat campuran hijau terang, biru tua, dan cokelat.

Sayangnya penganiyaan itu tidak menyebabkan cedera di otakku atau kenapa aku tidak mati tertabrak saja sekalian agar aku lupa dengan semuanya.

# END OF FLASHBACK #

***

Aku bergegas mengambil map rumah sakit di laci penyimpanan rekam medisku, mencari informasi yang aku butuhkan.

Ini dia, ini dia kartu nama yang di tinggalkan wanita yang membawaku ke rumah sakit saat itu. Kucari informasinya di sosial media yang tertera pada kartu namanya. Alhasil temuan itu membuatku semakin bernafsu ingin menghabisinya.

Wanita itu bernama Krystal Jung, dia menjabat sebagai Direktur di perusahaan yang bergelut dibidang jual beli saham.

"Hmm…Krystal ternyata kau wanita kaya raya dari hasil orangtua. Anak papa yang bisa dengan mudah mendapatkan semua keinginanmu, huh. Tapi jangan kau pikir bisa mengambil TAEHYUNG-KU. Taehyung hanya milikku….MILIKKU!!! Jangan pikir kebaikanmu membuatku luluh. Lihat saja, akan kurenggut semuanya darimu Krystal, tunggu pembalasanku!"

Sekarang tinggal mencari tau informasi orang-orang terdekat dari wanita sialan itu. Menurut keterangan suruhanku, Krystal telah bertunangan dengan Kim Jongin yang juga menjabat sebagai Manager di perusahaan yang sama.

"Ternyata kau wanita murahan yang telah berselingkuh dengan Taehyung-ku"

Terpikir olehku untuk menemui si Kim Jongin itu,  memanfaatkan situasi ini untuk merebut kembali Taehyung dari cengkraman Krystal.

Kebetulan yang aneh. Akupun kenal dengan Kim Jongin si gila.