Selamat membaca
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Di dalam sebuah mobil yang di kendarai oleh oleh Gavriel, ada Queeniera yang diam seribu bahasa karena lagi-lagi ia terjebak duduk di samping seorang laki-laki dengan harum tubuh luar biasa, berbeda dengan dirinya yang
bau keringat seharian belum mandi.
Ini bagaimana ceritanya, bukan kah awalnya Queeneira menolak dan berjalan menuju mobilnya saat itu? Lalu kenapa bisa saat ini Queeneira berada di dalam mobil Gavriel?
Oke … kita flashback sejenak, dari pada membaca gurutuan Queeneira dengan umpatan turut serta.
Gavriel sialan.
Aish masih tetap kebaca ya.
Flashback on
Queeneira yang saat itu berjalan ke arah mobilnya dengan langkah cepat ingin sampai di samping mobilnya. Meski sesekali ia akan menoleh ke belakang, untuk melihat Gavriel yang tetap berdiri di belakangnya.
"Ck, dia selalu mengambil kesempatan untuk berbuat tidak senonoh dan lagi kenapa tadi aku tidak sadar, malah aku menikmati wajahnya yang sedang terkekeh," gerutu Queeneira sambil memegang gagang pintu mobilnya, kemudian masuk dan menutup pintu dengan kesal.
Blam!
Queeneira memasukan kunci dan menstraternya, sehingga deruan mesin pun terdengar, ia pun dengan segera memindahkan persneling dan berniat untuk mundur cantik. Namun ada yang aneh dengan mobilnya, kenapa tidak seperti biasanya dan serasa seperti oleng.
"Ck, ada dengan mobilku," gumam Queeneira, kemudian mematikan kembali mesin dan keluar dengan segera berniat melihat keadaan ban mobilnya.
Keluar dari mobil Queeneira segera memeriksa ban depan yang ternyata kempis, lalu ia juga menoleh ke arah belakang dan melihat jika ban mobil belakang pun sudah kempis.
Netranya melebar dengan helaan napas kasar dan gerutuan panjang, tentang nasib sialnya malam ini. Sudah handphonenya hancur karena kaget dan saat ini mobilnya pun jadi korban kesialannya.
"Ya Tuhan, apa lagi ini," lirih Queeneira menangisi nasibnya.
Ia pun segera berjalan mengitari mobilnya, ingin melihat ban mobilnya yang lain, berharap jika dua sisa lainya tidak ikut bocor seperti nasib teman bannya yang sudah bocor.
Deg!
Sial, hiks, huweee …
Yah … Harapan Queeneira hanya lah tinggal harapan, saat nyatanya ban mobil sisa pun bocor, yang artinya semua ban mobilnya bocor dalam satu kali kesempatan.
Bunuh saja Gavriel, hiks …
Flashback end
Itulah ceritanya, bagaimana bisa Queeneira sampai duduk di kursi mobil, tepatnya di samping Gavriel yang melihatnya dengan bibir menahan senyum.
"Pfttt … Lucu sekali, coba aku ingat ekspresi wajahnya saat itu," batin Gavriel dengan menahan tawa gelinya.
Flashback on
Gavriel pov on
Aku melihat dari belakang saat dia dengan segera masuk ke dalam mobilnya, kemudian membaca pesan singkat dari anak buahku yang mengatakan jika semua aman terkendali.
Setidaknya aku bisa menghela napas, jika saat ini hanya rasa khawatirku saja yang berlebihan. Aku sungguh takut saat mendengar pekikan kagetnya, aku takut jika dia dalam bahaya saat itu.
Aku pun melihat ke arah tempat anak buahku bersembunyi, kemudian mengangguk saat mereka melihatku.
Hum … Bagus, hanya tinggal menunggu waktu sampai dia menghampiriku.
Aku pun kembali ke dalam mobilku, masuk namun tidak segera meninggalkan parkiran melainkan menunggu dia datang dan meminta pertolonganku.
Pucuk dicinta, bulan pun tiba.
Yang ditunggu akhirnya terlihat juga, maksudnya telihat keluar dari dalam mobil dan berkeliling melihat luar mobilnya dengan ekpresi panic.
Khe-khe-khe … Aku yakin dia sedang bingung, karena ban mobilnya tiba-tiba kempis.
Jangan tanya perbuatan siapa, karena yang pasti itu bukan perbuatanku.
Ck, protes aja bisanya.
Oke … Itu perbuatanku melalui anak buahku, yang aku perintahkan lewat kode tangan saat tadi aku
pura-pura menyerah.
Itu kode yang aku pelajari bersama mereka, agar mereka mengerti jika suatu saat ada kondisi di mana aku tidak bisa menggunakan suaraku, saat ada musuh di sekitarku.
Aku menghitung dalam hati, saat akhirya tiba juga giliranku untuk bersandiwara ketika aku melihatnya berjalan menghampiriku mobilku.
1 … 2 …
Tok! Tok! Tok!
Pftt … Finally you came to me, love.
Aku pun membuka kaca jendela mobilku, kemudian memasang wajah cuek dengan alis terangkat seakan bertanya.
"Itu …"
"Hn?"
Aku ingin tertawa saat itu, saat dia seakan ragu untuk meminta pertolongan denganku.
"Handphoneku rusak, ban mobilku kepis, emh …"
"Lalu?" tanyaku saat dia menjeda dengan gumaman, lengkap dengan ekspresi wajah lucunya.
"Bolehkah aku meminjam handphonemu untuk menelpon taksi?"
Keras kepala, padahal dia hanya perlu bilang aku ikut menumpang dan beres, bukannya malah menelpon taksi yang keamaannya belum tentu terjamin.
"Hn, sayang sekali handponeku aku tinggal di Bar," jawabku santai, kali ini aku tidak berbohong karena itu adalah kenyataannya.
Aku buru-buru dan panik, yang aku pikirkan saat itu hanya keselamatan dia. Lalu, bagaimana aku sempat membawa handphoneku, bahkan dompet juga laptopku aku tinggal di kamar yang ada di Bar.
"Yah … Bagaimana ini, aku pulang dengan siapa," gumamnya lirih, membuatku kesal seakan aku tidak di anggap padahal jelas-jelas aku ada di hadapannya.
Minta di kawin ini anak wardhana.
"Naiklah, aku akan mengantarmu pulang," ucapku mengalah.
Ini sudah malam dan aku masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, dia juga harus beristirahat.
"Tapi mobilku?"
"Hn. Aku akan memerintahkan anak buahku mengurusnya. Bagaimana? Mau nunggu di sini atau aku antar pulang, lihat sudah sepi dan hari semakin malam," tawarku dengan bumbu sedikit menakut-nakutinya.
Aku melihatnya melihat sekitar dengan pandangann takut, membuatku hampir terkekeh saat tahu jika sampai saat ini dia masih takut dengan hal yang berkaitan dengan hal mistis.
"Jangan buat aku takut, Gavriel."
"Jadi mau tidak?" desakku dan akhirnya dia mengangguk, membuatku tersenyum puas. Dalam hati aku berjanji akan mentraktir anak buahku makan di tempat enak, karena pekerjaan mereka kali ini membawa berkah untukku.
"Oke."
"Ya sudah masuk, mau aku bukain pintunya?" ucapku dengan nada jahil, sehingga dia pun mendengkus namun tetap masuk dan akhirnya duduk di sebelahku.
"Nggak perlu."
Brakh!
Flashback end
Begitulah alasan kenapa sampai wanita garang ini ada di sampingku saat ini, akibat keras kepala mobilnya pun jadi korban tangan jahil anak buahku.
Ingat yah … Itu adalah hasil perbuatan anak buahku, bukan aku.
Gavriel pov end
Normal pov
Suasana di dalam mobil pun hanya diisi dengan kesunyian, namun tidak benar-benar sunyi saat lagu dari GOT7__You Calling My Name menemani kesunyian mereka.
Dengan sesekali Gavriel mengikuti lirik lagu, sambil menoleh ke arah Queene saat lirik dengan bunyi 'call out my name juga please give me one more chance' mengalun, membuat Queene yang mendengarnya bergerak salah tingkah, sedangkan si pelaku dengan santai dan gaya tampannya terkekeh renyah.
"Queene," panggil Gavriel lembut, membuat Queene yang mendengarnya tertegun meski hanya sekilas untuk kemudian bergumam sebagai sahutan.
"Hmmm."
"Jelaskan kenapa tadi kamu tiba-tiba menjerit seperti orang kaget dan kenapa sampai handphonemu rusak?" tanya Gavriel menuntut dan kali ini Queene tidak melawan, ia menjelaskan dengan jawaban yang hampir sama dengan pertanyaan saat mereka masih di depan kantor.
"Tadi itu aku sedang berbicara dengan Ezra," jelas Queene kemudian berhenti sejenak, untuk memastikan jika Gavriel mendengarkannya.
"Hn," gumam Gavriel sebagai tanda ia mendengar.
"Terus kamu tiba-tiba bertanya, bagaimana aku tidak terkejut, kalau ternyata kamu sedang ada di dekat Ezra dan aku tidak sengaja melempar handphoneku," lanjut Queeneira dengan nada kesal, benar kesal, saat ia ingat kalau handphonenya rusak karena ia yang terkejut dan reflex melempar handphonenya hingga terburai isi dan komponennya.
"Menyebalkan," batinnya kesal.
"Bisa seperti itu?" beo Gavriel heran.
"Bisa dong, aku kira kamu tidak sedang dengan Ezra, padahal aku tidak ingin bicara denganmu," jawab Queeneira cepat, kemudian menggerutu saat nyatanya ia malah sampai pulang di antar Gavriel.
"Kamu terkejut hanya gara-gara dengar suara aku?" tanya Gavriel tidak habis pikir, yang dibalas dengan anggukan polos dari Queeneira, masih dengan raut wajah kesalnya.
"Hum, betul. Maka itu, saat kamu tanya siapa yang bikin aku ketakutan aku jawab kamu, karena memang kamu yang saat itu membuatku ketakutan," jelas Queeneira dengan ekspresi meledek yang kentara, membuat Gavriel menggelengkan kepalanya pelan.
Baru ini ada wanita yang terang-terangan berkata jika ia ini menakutkan.
"Untung cinta," batin Gavriel maklum.
Maklum, soalnya lisan wanita calon istrinya ini belum pernah dibungkam dengan bibirnya.
Dengan cepat Gavriel menggeleng, untuk menghilangkan pikiran eror karena lagi-lagi berhadapan dengan Queeneira tanpa ada orang di sekitar mereka.
"Loh … Kamu tahu, kalau malam ini aku pulang ke rumah Baba?" tanya Queeneira heran, padahal setahunya ia tidak memberi tahu Gavriel atau siapapun jika ia memiliki jadwal khusus seperti ini.
"Hn, bukan kah sudah aku katakan jika aku tahu segalanya tentang kamu, love," tandas Gavriel sombong, menuai delikan mata curiga dari Queene yang membuat Gavriel tergelak, saat mendengar tuduhan ngaco namun benar dari Queeneira.
"Kamu stakler aku yah?" tuduh Queene dengan jari telunjuk mengacung ke wajah Gavriel, namun Gavriel justru dengan sengaja memasukkannya ke dalam lingkaran kecil antara jempol dan telunjuknya, kemudian tersenyum iseng.
"Lain kali, bukan bulatan jari ini yang masuk di jari lentik kamu sayang, tapi cincin kawin, yang sebentar lagi akan aku sematkan di jarimu," timpal Gavriel, membuat Queeniera merona dan dengan cepat menarik kembali jarinya, keluar dari mobil yang diikuti oleh Gavriel setelah tergelak kecil.
"Hei! Love, tunggu aku!"
"Pulang sana, syuh! Syuh!'
"Kejamnya."
"Hih!"
Bersambung.