Terlihat Tuan Kill sedang asyik memberi makan ikan-ikan hias peliharaan-nya dalam aquarium. Ikan-ikan yang sudah lama sekali di tinggalkan.
Entah siapa yang menggantikan-nya memberi makan, Stella tidak mungkin melakukan-nya. Tuan Kill tahu itu, Stella bukan tidak punya waktu untuk itu, tapi Stella membenci seluruh kenangan yang tertinggal didalam rumah itu.
Terlebih aquarium besar yang melintang diruang tengah itu Ialah milik Mamahnya.
Tuan Kill menyadari kesalahan dirinya dan juga mantan istrinya, itulah kenapa ia tak pernah memaksa Stella untuk menerima apa yang terjadi atas Kehidupan-nya, Tuan Kill memberi banyak waktu Stella untuk berdamai.
Dengan membiarkan Stella hidup sendiri di Jakarta, itu paling tidak membuat Stella memiliki waktu untuk menenangkan hati dan pikirannya.
Meski tak pernah terucap. Namun, begitu terlihat jelas di raut wajah lelaki separuh baya itu kalo Beliau sangat merasa bersalah, penyesalan selalu kerap datang menghantui tidur malamnya.
Menyaksikan wajah perempuan lain yang tertidur disisinya setiap malam sebelum tidur dan pagi sebangun tidur. Membuatnya tak akan berhenti menyalahkan diri atas kegagalan rumah tangganya.
Pikirnya dahulu, pernikahan hanya akan terjadi sekali seumur hidup.
Besar cintanya teruntuk Ibunda Stella, membuatnya ketika itu yakin jikalau mereka akan abadi hidup bersama dengan buah cinta mereka.
Namun hendak dikata apa, jika takdir Tuhan memberi pilihan lain dalam hidup.
Tuhan ketika itu memberi ujian, namun Tuan Kill lalai sehingga tak mampu mempertahankan mahligai cintanya dengan sang Istri semata karena harga diri.
Hingga detik ini, jika semesta mengijinkan Tuan Kill sungguh ingin dipertemukan dengan Sang Mantan istri walau hanya sekali.
Sekedar meminta maaf itu sudah lebih dari cukup baginya.
Sungguh hidup bersama wanita yang hanya berlandaskan balas budi tidaklah benar, apalagi ketika hati masih mendambakan kenangan.
Entah kenapa kenangan itu membuat bulir air menetes jatuh di pipi Tuan Kill.
"Pah?" suara Stella menyapa dari belakang.
Tuan Kill secepat kilat mengusap wajah lalu berbalik ke arah Stella, tak ingin di curigai oleh sang buah hati.
"Iya sayang, ngapain aja sih lama banget Papah ditinggal" ucap Tuan Kill seraya merangkul Putri semata wayangnya.
Stella meraih tangan kekar Tuan Kill yang melingkar di pundaknya agar lebih erat "ada urusan dikit sama lulu Pah" tuturnya memberi senyum hangat pada Tuan Kill.
Keduanya berjalan menuju sofa berwarna abu-abu yang terletak di taman samping rumah--menampakan dengan jelas aquarium itu dari balik kaca besar pemisah antara ruang tengah dan taman samping.
Sofa itu adalah sofa kesayangan keluarga Tuan Kill ketika itu (dulu keluarganya masih utuh) sofa itulah yang menjadi tempat ketiganya berbagi rindu, ketika Tuan Kill dan sang mantan istri kembali dari Melbourne dan sepulang Stella dari tempat penitipan-nya.
Tuan Kill yang berada di sebelah Stella, langsung menatap dalam dengan rasa penasaran "Bahas Lulu atau langsung to the point ke urusan kita ?" tanyanya.
Stella tersenyum "Kita?" sindirnya dan meninju pelan pundak Tuan Kill.
Tuan Kill mengangguk "Yahhh, emang hari ini urusan tentang Kita berdua, bukan begitu?" ungkapnya.
"Pah" panggil Stella lirih
"Iya apa pertanyaannya?" jawab Tuan Kill dengan wajah paham maksud panggilan halus itu.
"I hv any question!"
"Silahkan!"
"Kenapa Papah gak pernah bilang ke Stella kalo perusahaan Papah hampir bangkrut?"
Pertanyaan yang Stella ajukan seketika membuat raut wajah Tuan Kill memerah.
Tuan Kill meraih tangan mungil Stella dan mencengkramnya kuat "Sesuatu yang sudah terjadi tak perlu di ulang lagi untuk diceritakan, itu hanya akan membuat luka lama hidup kembali sayang" tuturnya lembut dengan senyum paksaan dibibirnya.
Stella gundah mendengar jawaban Tuan Kill, rasa ingin tahunya begitu besar--sorot mata Stella membujuk namun Tuan Kill terus saja menggeleng.
Stella akhirnya mengalah--memilih diam tak melanjutkan penasarannya.
Ia hanya memeluk mesra Tuan Kill sembari berbisik " I love u 3000 Pah" pelukannya semakin erat
Tuan Kill mengecup kening Stella lembut "Love u more Sayang"
Tuan Kill menutup rapat masalah hampir bangkrutnya perusahaan, karena ia tak ingin membuat hati Stella kembali terluka. Tuan Kill tahu dengan pasti alasan dan siapa dibalik semua perlakuan keji itu, yang sudah tega memfitna dan memanipulasi data perusahaan miliknya, bahkan mencuri tender besar yang harusnya Perusahaannya kerjakan.
Untung saja ketika itu semua belum terlambat, Tuan Wihendra (Ayah Galih), yang merupakan salah satu rekan bisnis Tuan Killey--memiliki Jiwa bisnis yang kuat, dan selalu mementingkan kejujuran mengetahui kalau ada masalah dengan proposal yang ia terima, ia tahu bagaimana telaten dan profesionalisme Tuan Kill (rekan bisnis) tidak mungkin berbuat seceroboh itu.
Maka dengan bermodalkan kecurigaan Tuan Wihendra, Beliau memintah Galih untuk memeriksa dan langsung terlibat kedalam tender tersebut.
Tuan Wihendra berpikir Galih akan mudah mengetahuinya. Sebab, tak akan ada yang tahu siapa Galih.
Jadi saat Galih memeriksa langsung ke masing-masing perusahan tak akan ada yang mencurigai Galih sebagai Tim Pemantau. apalagi Galih memang belum pernah dikenalkan pada siapapun, termasuk pada Tuan Kill .
Pasalnya karena Galih tak pernah mau dikenalkan, dan juga selalu menolak bekerja di Perusahaan milik sang Ayah.
Namun, Karena sang Ayah memberikan pemahaman yang berbeda ketika itu, membuat Galih langsung berubah pikiran, dan menerima begitu saja tawaran sang Ayah untuk dikirim ke Ausy sebagai Spayer perusahaan.
Galih yang merupakan anak sulung dan juga cucu pertama laki-laki di keluarga besarnya membuat sang Ayah sangat memperhatikan kebutuhan dan juga gaya hidup Galih. Sebab, Galih sudah tentu akan menjadi pewaris Perusahaan Properti milik keluarga.
Oleh karena itu, Segala rutinitas Galih dipantau. Sang Ayah sengaja mengirim seseorang untuk memerhatikan apa dan kemana saja Galih bepergian.
Dan dari orang suruhan itulah, makanya sang Ayah tahu siapa Stella dan Tuan Kill.
Sejak mengetahui itu, Ayah Galih mulai memerhatikan Tuan Kill.
Dan tidak jarang Perusahaannya mengajak Perusahaan Tuan Kill berpartner.
Sampai ketika suatu masalah itu terjadi. membuat Ayah Galih berpikir untuk menolong, bagaimana pun juga, Tuan Kill orang yang Profesional dan juga merupakan Ayah dari Kekasih Galih anaknya.
Itulah alasan kenapa akhirnya Galih bisa menjadi bagian dari penyelamat Perusahaan Tuan Kill.
Alasan yang Stella ketahui, namun tak begitu jelas yang Stella tahu, Galih lah penolong Tuan Kill (Papahnya)!!!
****
Sejam sudah Tuan Kill dan Stella meringkuk di sofa dengan berbagi suka duka selama hidup berpisah.
Meski tak ingin Stella terus menetap sendirian di Jakarta, namun Tuan Kill juga tak ingin memaksa Stella, pasalnya masuk kedalam keluarga baru itu bukanlah perkara mudah, apalagi diketahui Stella memiliki temperamen yg keras.
Maka Tuan Kill membiarkan Stella stay di Jakarta, dengan janji bahwa Ia akan rajin berkunjung.
Keduanya pun beranjak dari sofa, Stella pamit ke lantai atas menemui Lulu. sedang Tuan Kill menuju Pantry.
Waktu sudah menunjukan pukul 11.20 am. sebentar lagi waktunya makan siang.
ART baru sudah datang sejak satu Jam yang lalu. Ia sudah beberes dan juga tentunya bersiap untuk masak makan siang.
Namun, karena ada Tuan Kill, Stella meminta Art nya itu untuk masak Nasi saja, lauknya Stella ingin Tuan Kill yang menyiapkan.
Stella memang rinduh masakan Tuan Kill. Pasalnya sejak kecil, Ia memang lebih sering dan suka dimasakkan Tuan Kill dari pada Sang Mamah.
Tuan Kill yang sudah berada di pentri--siap memasak untuk Stella, pisau andalan miliknya sudah terkepal kuat disela jari-jemari---siap digunakan, begitu juga dengan celemek berwarna biru tua sudah dengan gagahnya melingkar ditubuh atletis Tuan Kil.
Times to Cooking!!!