Chereads / Last Hope! / Chapter 34 - BAGIAN 34

Chapter 34 - BAGIAN 34

Valerie terus memperhatikan pergelangan tangannya yang sedang dibalut.

"Bagaimana aku bisa seceroboh ini? Harusnya aku melihat lihat kalau ingin menyebrang kan? Untung saja pria itu mau bertanggung jawab" gumamnya pelan

Sepintas ia teringat dengan bibi penjual jalanan tempo hari. Bibi itu bilang bahwa dirinya akan mengalami kejadian buruk kan? Apakah ini yang dimaksud olehnya?

"Cidera.... sesuatu berwarna kuning (merujuk kewarna mobil)...."

"Apa dia benar benar seorang peramal??" Pekik Valerie histeris

"Ah tidak.. tidak mungkin. Jaman sekarang mana ada yang percaya hal hal mistis begitu haha. Kalau itu orang bodoh, mungkin dia akan langsung percaya"

* * *

Disinilah aku sekarang. Berdiri dipersimpangan jalan sendirian, bak seperti anak kecil yang kehilangan ibunya. aku memang orang bodoh yang mempercayai hal hal magis begini. sialan!

Saat lampu lalu lintas berwarna merah, semua kendaraan berhenti dibelakang garis pembatas yang sudah ditentukan. Kini giliran kami para pejalan kaki yang menggunakan jalan tersebut sebagai akses penyebrangan.

Aku pun berjalan dengan santai, mengikuti langkah kaki orang orang. Hingga sampailah aku ketempat yang ku tuju.

Mataku mencari cari lapak pedagang, milik bibi yang waktu itu.

"Emm.. bukankah waktu itu dia disini?" Gumamku

Aku terus mencari dari ujung sampai ujung tapi tak kunjung menemukannya. Bahkan aku sudah bolak balik hampir 3x.

Keringat mulai menetes membasahi dahiku. Sesekali aku mengelapnya menggunakan punggung tangan dengan kasar.

"Uh lelahnya"

"Kau mencari apa?" Tanya seseorang dari belakang.

Aku pun langsung menoleh dan mendapati seorang nenek penjual minuman sedang duduk santai sambil menjaga beberapa barang dagangannya.

"Oh, aku sedang mencari bibi penjual dream charter nek" jawabku

"Bukankah kau sudah menemukannya sejak tadi? Lihatlah, dari ujung sana sampai ujung sana, semuanya berjualan barang yang sama" sahut beliau

Aku pun tertawa hambar. Benar juga kata nenek ini. "B-bukan itu yang kucari nek" kataku

"Lalu apa yang kau cari? Kau gadis  aneh yang pernah nenek temui" nenek itu melontarkan cibirannya padaku. Aku bisa mengerti ucapan nenek ini sih,

"Oh.. apakah aku boleh membeli soda ini nek?" Kataku mendatanginya, menunjuk sebuah minuman berkarbonasi yang dijualnya.

"Tentu saja boleh.. ini kan barang dagangan" balasnya

Aku pun mengambil salah satu minuman kaleng yang berada diatas meja dan langsung meminumnya. Rasanya segar saat air mengalir ditenggorokanku, terlebih saat ini cuaca mulai panas.

"Nenek sudah berapa lama jualan di pinggir jalan ini?" Tanyaku sekedar basa basi

"Aku? Aku sudah lama sekali sampai sampai tidak ingat lagi haha.. kurang lebih 30 tahun" jawab nenek ini

"Apa nenek pernah melihat bibi yang berdandan aneh disekitar sini? Aku kerap melihatnya memakai topi baret warna hitam, kadang ia memakai syal dilehernya. Umurnya sekitar 35 sampai 40 tahunan" aku memutuskan bertanya saja pada nenek ini. Barang kali ia mengetahui bibi yang aku maksud. Sebenarnya aku sering melewati jalanan ini karena dekat dengan restaurant favoritku. Kadang sesekali aku mampir dan melihat lihat aksesoris atau apapun itu, jadi aku hafal dengan tata letak dan beberapa wajah penjualnya. Dan aku yakin sekali jika lapak bibi itu ada disebelah sana, tapi kenapa sekarang berbeda?

Beliau nampak mengingat ingat. "Topi baret ya?" Tanyanya, aku pun langsung menganggukkan kepalaku.

"Disini hanya ada satu orang yang berpakaian seperti itu" lanjutnya

Senyuman pun langsung terukir diwajahku. "Benarkah?"

"Ya, tentu" jawabnya

"Lalu dimana dia sekarang nek? Ada yang ingin aku tanyakan padanya" jawabku sumringah

"Hari apa sekarang?" Nenek itu bertanya padaku

"Em... hari sabtu?" Jawabku

"Pantas saja dia tidak terlihat seharian ini. Dia selalu libur dihari sabtu.. kalau ini urusan mendesak, kau bisa datang kerumahnya atau kembalilah besok" katanya

Aku menghela nafas. Kalau begitu percuma saja aku datang kemari kan?

"Ya sudah nek, besok aku akan kembali lagi kesini. Ngomong ngomong, dimana lapak bibi itu nek?" Tanyaku lesu

"Dua blok kekanan" ucap nenek itu

"Baiklah nek.. terima kasih sudah memberitahu. Aku pergi dulu ya nek"  aku mulai berpamitan

Aku pun kembali menyusuri jalanan ini. Seperti biasa, aku akan mampir ke restaurant kesukaanku.

"Aku pesan seperti biasa" ucapku pada salah satu pelayan disana

"Ishh.. memangnya kau tidak bosan memakan makanan yang sama selama beberapa bulan terakhir? Di restaurant kami punya banyak menu" katanya. Bahkan para pelayan disini sudah seperti teman bagiku.

"Emm benar juga.. kalau begitu aku pesan paket yang ini saja. Ayam goreng, spageti, beef burger, dan cola" ucapku seraya membaca menu yang tertera

"Baiklah, 1 paket lengkap akan segera datang.. mohon ditunggu ya"

"Tiga" sahutku

"Huh?"

"Aku pesan tiga paket untuk dimakan disini"

"Baiklah, 3 paket lengkap akan kami persiapkan.. mohon ditunggu" katanya melesat pergi kearah dapur

Hupla!!

Setelah beberapa menit menunggu, makanan sudah tersaji didepanku. Tertata dengan rapi dan sedap dipandang. Bahkan satu meja ini pun dipenuhi dengan makanan semua.

Beberapa orang melirikku. Memandangku dengan tatapan aneh.

'Apa dia seorang foodbloger?'

'Lihatlah, anak kecil seperti dia ternyata menghabiskan banyak makanan'

'Aku tak tahu jika disini ada babi seperti dia'

Cibiran demi cibiran bisa terdengar ditelingaku. Tapi aku tak menghiraukannya. Aku sudah terbiasa dipandang sebelah mata kan? Toh, aku pun tak kenal siapa mereka, kenapa harus kupikirkan?

Pandanganku kembali ke hidangan yang sudah menggugah selera ini sejak tadi. Harumnya bahkan menembus dihidungku sampai sampai perutku langsung berbunyi keras.

"Baiklahh... mana yang harus kumakan terlebih dahulu ya??" Ucapku pelan, memilih milih apa yang harus kumasukkan kedalam perutku.

"Paha ayam ini terlihat enak" aku mengambil satu

Belum jadi ku makan, aku dikejutkan dengan kedatangan Axel yang tiba dari arah belakang.

"Ehem" ucapnya sebagai kata sapaan, ikut duduk bersamaku.

Dibelakangnya diikuti seorang laki laki yang hampir mirip dengannya. Ehh... bukankah dia pengemudi mobil yang kemarin?

"Haii" sapanya padaku, kemudian ikut bergabung dimeja yang sama

Aku masih mematung ditempat sembari memegangi paha ayamku yang mulai dingin. "K-kalian mau?" Tanyaku pada akhirnya, menawarkan makananku. Tak mungkin kan jika kita harus diam diaman seperti ini sampai restaurant ini tutup?

"Oh.. perkenalkan, aku Willy Morgen" ucapnya memperkenalkan diri. Dia tersenyum lebar, menebarkan pesona seperti pria pada umumnya.

"A-aku Valerie. Salam kenal" ujarku menanggapinya.

"Maaf atas kejadian yang kemarin. Terlebih aku meninggalkanmu sendirian di klinik itu. Ada beberapa hal mendesak yang harus kulakukan. Jadi aku tak sempat melihat kondisimu... Apa ada luka serius?" kata Willy menjelaskan.

"Tak apa. Aku baik baik saja, hanya retakan kecil" sahutku menunjukkan balutan tangan ini.

"Oh iya, apa yang kalian lakukan disini?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan agar orang ini tak merasa bersalah terus terusan.

"Kami sedang ada rapat" jawab Axel

"Rapat? Kalau begitu silahkan menikmati rapatmu. Jika kau terus terusan disini mungkin kau akan terlamba--" kataku cepat. Berharap jika kedua orang ini lekas pergi dari hadapanku.

Belum sempat aku melanjutkan kalimatku, seseorang datang menghampiri meja kami. Seorang pria dengan rambut hitam tersenyum dan menyapa kedua pria didepanku. Aku hanya melongo dan memperhatikan intraksi ketiganya. Dari sekian banyak meja yang kosong, kenapa harus disini?

"Kalian sudah lama menunggu? Maaf tadi jalanan begitu macet" ucapnya

"Tidak, kami juga baru saja sampai. Duduklah dulu" sahut Willy

Pria itu pun mulai menyadari keberadaanku dan memasang wajah kebingungan. "Kenapa ada anak kecil disini?" Tanya nya pada Axel

A-anak kecil?

Oh.. yang benar saja. Harusnya aku yang bertanya seperti itu kan? Siapa kau, huh? Aku yang duduk terlebih dulu disini tau.